SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
1. Dimas Oky Nugroho-Babai Suhaimi
Sesuai keterangan di laman situs resmi mereka, Dimas hingga saat ini masih tercatat sebagai Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC). ARSC adalah sebuah firma penyedia jasa konsultasi politik dan strategi komunikasi.
Pria berusia 37 tahun ini juga pernah menjadi akademisi di Universitas Airlangga dan bekerja untuk United Nations Development Programme (UNDP). Doktor antropologi politik dari Universitas New South Wales (UNSW) di Sydney, Australia, ini adalah anggota tim pemenangan Presiden Joko “Jokowi” Widodo.
Jika Dimas adalah orang baru dalam peta politik Depok, pasangannya, Babai Suhaimi, telah lebih dulu berkiprah di kota ini. Babai adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat sejak 2004, mewakili Partai Golkar.
“Yang pasti, pasangan Dimas-Babai akan mencerminkan pasangan nusantara dari Sabang sampai Merauke. Dimas Babai mewakili semua elemen,” kata Ketua DPC PDI-P Depok Hendrik Tangke Alo.
Profil @DimasONugroho (Calon Walikota Depok) dan Babai Suhaemi (Calon Wak. Walikota) 2016-2021.
@Pedas_Depok #DB pic.twitter.com/1knodDwa8e
— Suryadi Amirullah (@suryadi_depok) July 28, 2015
2. Idris Abdul Shomad-Pradi Supriatna
Idris adalah wajah lama dalam struktur birokrasi Kota Depok. Ia merupakan wakil wali kota petahana mendampingi Nur Mahmudi Ismail.
Pernah menimba ilmu agama di berbagai tempat termasuk Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo dan Universitas Imam Muhammad Ibn Saud, Arab Saudi, Idris yang berusia 54 tahun memang dikenal sebagai seorang ulama di tengah masyarakat Depok.
Nama Idris mengemuka sebagai bakal calon saat terjaring pemilihan raya Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PKS di Kota Depok.
“DPP PKS memilih saya, dan saya hanya mau berpasangan dengan sosok yang sama-sama bertekad membangun Depok menjadi lebih maju,” kata Idris.
Salah-satu calon yang berangkat dari tokoh Ulama adalah KH. DR. M. Idris Abdul Shomad MA yg saat ini menjabat Wawali. pic.twitter.com/De4YZh2fzM
— Awang Abdurrahman (@AwangAbdurrahma) September 2, 2014
Jika Idris berasal dari PKS, maka sang wakil, Pradi Supriatna, merepresentasikan Partai Gerindra. Pradi adalah Ketua DPC Kota Depok Partai berlambang kepala garuda ini.
Sebelum terjun ke dunia politik, Pradi dikenal aktif di sejumlah organisasi masyarakat seperti Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi) Depok dan dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kecamatan Beji. Ia juga berpengalaman sebagai seorang wirausahawan di berbagai bidang mulai sawit, properti hingga media.
Pradi pernah maju dalam Pilkada Depok 2010 sebagai wakil wali kota mendampingi Yuyun Wirasaputra. Yuyun akhirnya harus mengakui keunggulan Nur Mahmudi yang ketika itu berpasangan dengan Idris.
Siapa yang unggul?
“Basis massa tradisional PKS dan Gerindra ini masih kuat di Depok, jadi secara mesin politik dan basis elektoral ya mereka (Idris-Pradi) lebih unggul,” kata pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya kepada Rappler pada 29 Juli 2015.
Namun demikian, Dimas sebagai wajah baru di Depok yang mewakili kaum muda dan intelektual dapat menjadi tantangan berat bagi Idris-Pradi. Pasalnya, menurut Yunarto, ada sebagian masyarakat Depok yang kurang puas dengan kinerja Pemerintah Kota Depok saat ini, di mana Idris merupakan bagian darinya.
“Dimas-Babai harus memanfaatkan ini, turun berkomunikasi langsung dengan masyarakat dan membawa program konkret,” ujar Yunarto. — Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.