Korea Utara tak sepenuhnya terapkan pemikiran Bung Karno

Haryo Wisanggeni, Miryam Joseph Santolakis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Korea Utara tak sepenuhnya terapkan pemikiran Bung Karno

AFP

Retorika politik Korea Utara memang menentang ketidakadilan global dan nekolim, tapi di sisi lain ini menjadi justifikasi terhadap ketidakadilan domestik.

JAKARTA, Indonesia — Yayasan Pendidikan Soekarno berencana memberikan penghargaan Soekarno Award kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Kami akan memberikan award kepada Presiden Kim Jong-un karena beliau itu secara konsisten tetap melaksanakan jalan pikiran pemimpin besar mereka yaitu Kim Il-sung, melawan terhadap imperialisme,” ujar ketua yayasan Rachmawati Soekarnoputri.

Lebih jauh, putri Bung Karno ini mengungkapkan bahwa pihaknya juga pernah memberikan penghargaan serupa kepada kakek dan pendahulu Kim Jong-un, Kim Il-sung pada 2001. 

“Jadi kita akan mengulangi memberikan Soekarno Award kepada Kim Jong-un karena kegigihannya melawan nekolim,” ujar Rachmawati.

Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un. Foto oleh AFP

Apa itu nekolim?

Menurut pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia Shofwan Al Banna, nekolim adalah “neo-kolonialisme dan neo-imperialisme, evolusi dari kapitalisme.”

“Kan dulu bentuk tertinggi dari kapitalisme itu kan penjajahan, imperialisme. Lalu kemudian berevolusi,” kata Shofwan.

“Kontrolnya tidak lagi berbasis senjata tapi ketergantungan yang diciptakan oleh,” ujarnya lagi.

Menurut Shofwan, retorika politik Korea Utara memang menentang ketidakadilan global yang tercipta dari praktik nekolim di tingkat global.

Meski demikian, menurutnya, apa yang dilakukan oleh Korea Utara dalam tataran implementasi tak sepenuhnya sejalan dengan pemikiran Bung Karno. 

“Harus dipahami, retorika politik itu tidak hanya memiliki fungsi untuk hubungan internasional tapi juga untuk melakukan konsolidasi politik domestik. Korea Utara dan retorika politiknya memang menentang ketidakadilan global dan nekolim, tapi di sisi lain ini menjadi justifikasi terhadap ketidakadilan domestik mereka,” kata Shofwan. 

“Ini tak sesuai dengan pemikiran Bung Karno secara umum. Bung Karno selain menentang ketidakadilan global, juga menentang ketidakadilan yang terjadi di dalam negeri, misalnya praktik feodalisme,” ujarnya lagi. — Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!