SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
Akibatnya, Pilkada Surabaya 2015 ditunda ke pilkada serentak berikutnya pada 2017.
Pengamat Poltracking Institute Agung Baskoro mengungkapkan bahwa situasi ini terjadi karena mahalnya “ongkos politik” untuk bersaing dengan Risma yang didukung oleh PDI-Perjuangan.
“Kinerja Bu Risma sudah diakui oleh publik. Untuk apa maju hanya untuk kalah?” kata Agung kepada Rappler, Selasa, 4 Agustus.
“Ini yang menjadi pertimbangan lawan-lawan politiknya. Dan ini bukan hanya tentang pamor politik di tengah masyarakat yang akan turun setelah mereka kalah, tapi juga ongkos politik yang sudah dikeluarkan,” ujarnya.
Pendaftaran calon kepala daerah dibuka sejak 23 Juli hingga 28 Juli 2015. Namun karena sejumlah daerah masih memiliki satu pasangan calon, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memperpanjang masa pendaftaran hingga Senin, 3 Agustus.
Setelah masa perpanjangan, ternyata masih ada 7 daerah yang hanya bercalon tunggal. Surabaya adalah salah satunya.
(BACA: Tanpa Perppu, 7 daerah harus ditunda pilkadanya)
Meski ditunda hingga 2017, Agung berpendapat penundaan ini tak akan mengubah situasi. Pasalnya pemilih Surabaya ia nilai termasuk pemilih yang cerdas dan kritis.
“Masyarakat Surabaya itu seperti di kota besar lain, cerdas, kritis dan well-informed. Mereka melihat kinerja dan rekam jejak. Jadi kalau lawan-lawan politik Bu Risma berpikir menunda ke 2017 akan membuat mereka semakin kuat, itu ya mimpi,” ujarnya.
Menghilangnya Haries
Di detik-detik terakhir masa perpanjangan, sebenernya sempat muncul pasangan kedua yaitu Dhimam Abror-Haries Purwoko yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat.
Namun saat sudah sampai ke kantor KPU Surabaya untuk melakukan pendaftaran, Haries tiba-tiba “menghilang”. Pasangan ini pun urung mendaftar.
Kepada media, Haries menjelaskan bahwa dirinya tak direstui sang ibu dan keluarganya untuk maju dalam Pilkada Surabaya. Mereka tak ingin harga diri Haries tercoreng lantaran dianggap maju sebagai “calon boneka”. Inilah penyebab pimpinan Pemuda Pancasila Surabaya ini akhirnya memilih mundur.
“Saya mengundurkan diri dari pencalonan karena saya dianggap sebagai calon boneka. Lalu saya ditelepon ibu saya dan disuruh untuk mundur. Saya menuruti keinginan ibu saya dan keluarga,” kata Haries.
(BACA: Dilema tunda pilkada: Calon boneka vs hak calon yang telah siap)
Keterangan Haries juga dikuatkan oleh Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Soekarwo.
“Haries Purwoko tidak diizinkan keluarganya maju sebagai calon wakil wali kota Surabaya,” kata Soekarwo, yang juga merupakan Gubernur Jawa Timur itu.
Tidak diperkenankan keluarga besar Haris, ibunya melarang keras maju @PaprasBLANCOS @Jarjit0_0
— Pakde Karwo (@pakdekarwo1950) August 4, 2015
Belakangan Soekarwo juga membantah adanya dugaan bahwa kandasnya pencalonan Haries terkait dengan gagalnya skenario “barter” politik yang dirancang Partai Demokrat.
Saat ini, Demokrat juga memiliki calon tunggal di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur yaitu Indartato-Yudi Sumbogo. —Rappler.com
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.