5 jejak perjuangan Gus Dur untuk Indonesia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 jejak perjuangan Gus Dur untuk Indonesia
Mulai dari jadikan tahun baru Imlek hari libur hingga naikkan gaji PNS 100%

JAKARTA, Indonesia — 7 September 2015, merupakan versi kedua tanggal kelahiran mendiang mantan Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid.

Pada umumnya, Gus Dur memperingati hari lahirnya berdasarkan perhitungan kalendar Hijriyah. Gus Dur wafat di Jakarta pada 30 Desember 2009.


Perjuangan Gus Dur sebagai seorang aktivis, cendekiawan, lalu ketua organisasi massa Islam terbesar di tanah air —Nadhlatul Ulama— hingga Presiden Republik Indonesia, meninggalkan jejak-jejak yang masih bisa kita lihat dan rasakan hingga hari.

Untuk mengenangnya, berikut Rappler sajikan kembali beberapa di antaranya.

1. Jadikan tahun baru Imlek hari libur

Merayakan tahun baru Imlek sempat dilarang pada masa kolonial Belanda. Baru pada masa pendudukan Jepang, Imlek dijadikan hari libur resmi berdasarkan keputusan Osamu Seiri No. 26 tanggal 1 Agustus 1942. Pada masa pendudukan “saudara tua” kita ini pula, warga Tionghoa dapat dengan leluasa merayakan imlek.

Berlanjut ke masa kemerdekaan. Imlek tetap dapat dirayakan secara bebas di tanah air selama masa pemerintahan Presiden Sukarno. Pada masa Orde Baru, perayaan Imlek mulai dibatasi meskipun tidak sama sekali dilarang. Alasannya berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 14 Tahun 1967 adalah:

“Manifestasinya dapat menimbulkan pengaruh psikologis, mentalm dan moril yang kurang wajar terhadap warga negara Indonesia sehingga merupakan hambatan terhadap proses asimilasi.”

Adalah Gus Dur yang semasa menjadi presiden memutuskan untuk mencabut Inpres nomer 14/1967.

Beliau melakukan hal itu tersebut dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 6 Tahun 2000. Bersamaan dengan itu, Gus Dur juga kemudian menjadikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (berlaku bagi mereka yang merayakannya).

Penerus Gus Dur, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, kemudian meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional pada 2002, yang mulai berlaku 2003.


2. Jadikan Kong Hu Cu agama yang diakui

Di era Gus Dur, jumlah agama yang diakui di Indonesia berubah dari lima menjadi 6, bertambah agama Kong Hu Cu.

Sebelumnya selama puluhan tahun, penganut Kong Hu Cu tak bisa sepenuhnya mengklaim hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia, karena agamanya tak diakui. 

Sebagaimana perayaan Imlek, diskriminasi terhadap agama Kong Hu Cu juga diawali di masa Orde Baru dengan terbitnya Inpres No. 14 Tahun 1967.

Ini merupakan representasi betapa Gus Dur tidak menyetujui diskriminasi terhadap kaum Tionghoa di Indonesia.

3. Berusaha menghapus diskriminasi terhadap PKI

Setelah mengalami diskriminasi sosial, politik, hingga ekonomi di bawah rezim Orde Baru, mereka yang terkait dengan gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa lalu, akhirnya memperoleh angin segar saat Gus Dur menjadi presiden. 

Meski menghadapi tentangan yang tak sedikit, Gus Dur dengan berani mengusulkan pencabutan Ketetapan MPRS No. 25 tahun 1966, salah satu landasan legal proses diskriminasi tersebut. Ketetapan MPRS tersebut berisikan larangan penyebaran paham komunisme di Indonesia.

Namun, bukan berarti Gus Dur menutup mata bahwa sikap dan tindakan PKI juga tak selalu benar.

Intelektual muslim Akhmad Sahal pernah menjelaskan tentang sikap Gus Dur ini secara lebih mendalam dan mengapa sikap tersebut mendapatkan banyak tentangan dalam tulisannya pada 2012.

ISLAM, MAAF DAN PKIAkhmad Sahal (Kolom TEMPO, 9 April 2000)MENGAPA kalangan Islam menolak usul Gus Dur untuk…

Posted by Akhmad Sahal on Tuesday, October 2, 2012

Gus Dur memang tak berhasil mewujudkan usulnya ini. Namun demikian, apa yang dilakukannya telah menjadi inspirasi bagi para aktivis generasi selanjutnya untuk memperjuangkan penghapusan diskriminasi bagi PKI dan kelompok marginal lain. 

4. Merawat paham kebangsaan di tubuh NU

Sebagai organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), memiliki peran besar dalam proses pembangunan Indonesia dari masa ke masa.

Dalam proses tersebut, NU berhasil menjadi jembatan antara umat Islam dan elemen lain bangsa Indonesia dengan keyakinan bahwa persoalan keumatan adalah persoalan kebangsaan, begitupun sebaliknya. 

Saat menjabat sebagai Ketua Umum NU, Gus Dur secara konsisten terus memperjuangkan paham kebangsaan NU ini. 

5. Sejahterakan PNS

Gus Dur turut berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan mendorong naiknya gaji mereka secara signifikan saat menjabat sebagai presiden. 

“Di masa pemerintahan Gus Dur, gaji PNS naik sekitar 100 persen, itu sangat luar biasa bagi kesejahteraan PNS, ditambah pangkat dan golongan para PNS juga lebih baik,” kata Bupati Mamuju Suhardi Duka pada 2010 kepada Antara. —Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!