SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia — Nama Fadli Zon ramai dibicarakan sejak beberapa minggu lalu, saat dirinya mendampingi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto menghadiri konferensi pers bakal calon presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Fadli, Wakil Ketua DPR dari Fraksi Partai Gerindra, kembali mencuat pekan ini setelah sebuah majalah pria remaja Hai menerbitkan kembali surat pembaca yang pernah ia tulis 25 tahun silam.
Dalam tulisannya di kolom pembaca Hai pada 20 November 1990 ini, Fadli sangat vokal menyuarakan ketidaksukaannya kepada musik metal. Ia turut mengkritik remaja Indonesia yang mengagumi musik metal.
Dalam tulisannya yang berjudul Siapa Hakim, Siapa Terdakwa, ia membandingkan kegemarannya mendengarkan musik klasik dengan metal, yang menurutnya, membuat “kepala akan jadi berat”.
“Setelah mendengar Symphony No. 2 dari Rachmaninoff atau Symphony No. 13 Beethoven, kita akan merasa tenteram dan damai. Tapi setelah Slayer beraksi dengan musik metalnya, kepala akan jadi berat,” tulis Fadli dalam suratnya.
Saat itu ia masih duduk di bangku sekolah, tepatnya di SMA Negeri 31, Jakarta Timur. Ia menulis kolom opini ini berdasarkan pengalamannya bersekolah setahun di Harlandale High School, Texas, AS, dalam rangka pertukaran pelajar.
“Di Amerika, pecandu heavy metal stereotipe-nya adalah terlibat obat penenang narkotik, alkohol, dan seks bebas. Mereka juga anti melaksanakan ajaran agama,” kata Fadli.
“Pelajar-pelajar pecandu musik ini terbelakang dalam pelajaran karena ketidakpedulian yang tinggi. Tak sedikit yang tinggal kelas, bahkan sampai bertahun-tahun.”
Selain Slayer, Fadli juga menyebut sederet band-band lain yang menurutnya membawa pengaruh buruk pada generasi muda, seeprti Guns N’ Roses, Poison, dan Metallica.
Bukan hanya generasi muda Amerika Serikat saja yang tergila-gila musik metal, tapi juga anak muda Indonesia, ujarnya. Katanya, remaja Indonesia suka latah mengikuti yang sedang tren di barat.
“Kita memang paling sering latah. Hingga tak tahu mana yang indah dan jelek, mana yang baik dan buruk. Karena latah, kita hanya tahu bentuk. Bahwa yang begini itu ‘modern’, dan yang begitu itu ‘barat’. Kita hanya kenal kehura-huraannya,” ungkapnya.
Mungkin seperempat abad lalu, Fadli tak pernah menyangka bahwa salah satu anak bangsa penggemar musik metal berhasil menjadi presiden RI yang ketujuh.
Lalu, bagaimana tanggapan anak muda zaman sekarang terhadap komentar Fadli?
Haha, makanya ngga cocok sama Jokowi yang metalhead http://t.co/yBBeVzm6Il
— Y® (@omyusup) September 18, 2015
Dari kritik fadli zon ini, kita jadi tahu masa muda si zon ini terlampau membosankan.. http://t.co/ECdzecs6LP
— BANKERAY (@Bankeray) September 18, 2015
Ternyata sejak muda dia memang sudah garing. Pantesan pas tua jadi Jon Banting http://t.co/4xW830d1fy
— R.T (@PLRKPRT) September 18, 2015
Dulu bilang org latah. Skrg u yg latah. :)) Fadli Zon Mengkritik Musik Metal di Kolom Pembaca Majalah HAI http://t.co/yxLT66H36Z
— Mohd. Yogi Pratama (@yogi7593) September 19, 2015
Yahaha selera musikmu terlalu tua pak, tak iki kasih cermin sebelum mengkritik… http://t.co/PcLHh04WgP
— anggi andrian (@anggiandrianx) September 18, 2015
Kalau kamu, apakah setuju dengan pendapat Fadli Zon? Atau punya pandangan sendiri? —Rappler.com
BACA JUGA:
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.