5 keluarga terkaya di Indonesia versi Forbes

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 keluarga terkaya di Indonesia versi Forbes
Dalam proses pembuatan daftar ini, Forbes menilai kekayaan ratusan keluarga. Proses penilaian dilakukan berdasarkan harga saham dan nilai tukar yang berlaku pada 25 September

JAKARTA, Indonesia — Untuk pertama kalinya, Forbes baru saja meluncurkan daftar 50 keluarga terkaya di Asia, sebagai upaya untuk mengobservasi peran bisnis keluarga dalam dunia bisnis di Asia. 

Lima keluarga terkaya asal Indonesia masuk dalam daftar tersebut. Siapa saja mereka dan bagaimana perjalanan mereka mengumpulkan kekayaan? 

1. Keluarga Hartono (urutan 12, kekayaan: US$ 12,7 miliar)

Pada 1950, Oei Wie Gwan mengambil alih sebuah perusahaan yang hampir bangkrut di Kudus, Jawa Tengah. Belakangan ia menamainya Djarum. Kedua anaknya Robert Budi dan Michael Hartono mewarisi bisnis Djarum saat Oei meninggal dunia pada 1963. Hari ini Djarum adalah salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.  

Belakangan, keluarga Hartono juga merambah bisnis perbankan dengan mendirikan Bank Central Asia (BCA) yang saat ini menjadi bank dengan nilai aset terbesar kedua di Indonesia.

2. Keluarga Widjaja (urutan 28, kekayaan: US$ 5,8 miliar)

Eka Tjipta Widjaja bermigrasi dari Tiongkok ke Indonesia saat masih sangat belia dan mulai berbisnis di usia 17 tahun dengan berjualan biskuit. Pada 1962, ia mendirikan Grup Sinarmas.

Hari ini Sinarmas menjadi salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia dengan portofolio meliputi sektor pertanian dan makanan, properti, jasa keuangan, energi, infrastruktur serta kertas.

3. Keluarga Lohia (urutan 31, kekayaan US$ 5,5 miliar)

Mohan Lal Lohia, seorang pedagang tekstil dan anaknya Sri Prakash Lohia pindah ke Indonesia pada 1973 dan mulai berbisnis dengan mendirikan produsen benang berputar dengan nama Indorama Synthetics.

Pada 1975, keluarga Lohia melakukan diversifikasi bisnis ke sektor petrokimia yang menjadi salah satu sumber utama kekayaan mereka hari ini.

4. Keluarga Wonowidjojo (urutan 32, kekayaan US$ 4,9 miliar)

Klan Wonowidjojo bermigrasi dari Tiongkok pada 1927. Salah satu anggotanya, Surya mendirikan pabrik rokok kretek Gudang Garam pada 1958 yang kemudian tumbuh menjadi salah satu “raksasa” dalam industri rokok Indonesia.

Pada 1983, putra tertua Surya Rachman Halim mengambil alih bisnis Gudang Garam sebelum meninggal dunia dan digantikan oleh Susilo Wonowidjojo pada 2008. Susilo adalah saudara laki-laki Rachman Halim. 

5. Keluarga Salim (urutan 37, kekayaan US$ 4,1 miliar)

Grup Salim berakar pada bisnis Liem Sioe Liong yang bermigrasi dari Tiongkok ke Indonesia pada 1938 dan memulai bisnisnya dengan berjualan pakaian dari pintu ke pintu. Grup Salim hari ini dipimpin oleh putra Liem, Anthony Salim dan mengoperasikan bisnis di berbagai sektor seperti makanan, otomotif, telekomunikasi, properti, ritel dan perbankan. 

Dalam proses pembuatan daftar ini, Forbes menilai kekayaan dari ratusan keluarga dengan batas minimal kekayaan sebesar US$ 2,9 miliar. Proses penilaian dilakukan berdasarkan harga saham dan nilai tukar yang berlaku pada 25 September. 

India menjadi negara yang paling banyak menempatkan wakilnya dengan 14 keluarga.

Salah satu temuan lain yang juga menarik dari daftar ini adalah meskipun banyak di antaranya adalah keturunan Tiongkok, tak satupun dari 50 keluarga dalam daftar yang berasal dari Tiongkok. — Rappler.com

Baca juga: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!