Indonesia

Bertamu ke rumah Bilbo Baggins di Hobbiton

Anton Muhajir

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bertamu ke rumah Bilbo Baggins di Hobbiton

SHAUN JEFFERS

Penggemar film 'Lord of The Rings' dan 'The Hobbit' pasti menikmati kunjungan ke Hobbiton di Selandia Baru


HAMILTON, Selandia Baru – Padang rumput di bagian utara Selandia Baru itu kini menjadi salah satu tujuan wisata favorit dunia. Semua gara-gara Peter Jackson.

Lima hobbit menyambut bus kami setelah sekitar 1,5 jam perjalanan dari Hamilton. Salah satu hobbit perempuan masuk ke dalam bus. Dengan tinggi sekitar 1,5 meter dan rambut ikal keperakan, dia benar-benar serupa hobbit dalam film Lord of The Rings dan prekuelnya, The Hobbit.

Welcome to Hobbiton Set Movie,” kata Teresa Hopson, si pemandu, begitu masuk bus kami. Inilah lokasi di mana dua film karya Peter Jackson tersebut dibuat.

“Siapa yang sudah pernah menonton film Lord of the Rings atau The Hobbit?” tanyanya.

Hanya sekitar separuh dari 30-an penumpang bus kami yang angkat tangan. “Jangan khawatir. Memang begitu. Sekitar lima puluh persen pengunjung lokasi ini bahkan belum pernah menonton filmnya,” Teresa menambahkan.

Berarti saya beruntung karena sudah pernah menonton kedua film favorit saya tersebut. Kedua film itu pula yang membuat saya berharap suatu saat bisa berkunjung ke Hobbiton, desa nan damai di mana para hobbit tinggal seperti diceritakan dalam film tersebut.

Hobbiton Set Movie masuk distrik Matamata. Kota terdekat adalah Hamilton, kota terbesar keempat di Selandia Baru. 

Dari tempat saya menginap di Kota Hamilton, perlu waktu antara 1 – 1,5 jam perjalanan. Dari Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, perlu sekitar dua jam. Transportasi terbaik adalah dengan kendaraan pribadi. 

Imajinasi yang menjadi kenyataan

Wisatawan asing tak berhenti berdecak kagum melihat pemandangan di sekitar Hobbiton. Foto oleh Anton Muhajir/Rappler

Bagi saya, memasuki kawasan ini memang serupa imajinasi yang menjadi kenyataan. Pertengahan Oktober lalu, Selandia Baru memasuki musim semi. Cuaca cerah. Langit biru. Rumput hijau di antara ribuan hektar lahan yang sebagian besar amat datar meskipun sebagian ada pula yang berbukit-bukit landai.

Rumput hijau serupa permadani itu menjadi pemandangan sangat khas Selandia Baru, negara yang “terisolir” di bagian selatan bumi. Sejak keluar dari Bandara Auckland hingga Hamilton, di daerah Waikato, pemandangan serupa selalu memanjakan mata.

Namun, suasana terasa lebih menghipnotis tetap terasa begitu masuk daerah Hobbiton. Bus yang kami tumpangi melewati jalan naik-turun yang diapit bukit-bukit landai. Kadang kami di bagian bawah bukit lalu mendaki di lereng dan kemudian puncak bukit-bukit landai tersebut.

Beberapa penumpang bus, semuanya jurnalis dari berbagai negara, tak henti berdecak kagum. “Wow. It is just incredible. Amazing,” ujar seorang wartawan sambil klak-klik memotret dari dalam bus.

Di antara hamparan hijau lahan peternakan itu, terlihat bintik-bintik putih domba atau sapi, doa hewan ternak utama di Selandia Baru. Setelah sekitar 20 menit dari jalan utama, sampailah kami di rumah-rumah para hobbit.

Teresa menjelaskan aturan main bagi pengunjung. Dia juga menjelaskan sejarah tempat ini.

Dalam dua novel berjudul sama karya JRR Tolkien, yang menjadi kemudian difilmkan oleh Peter Jackson, Hobbiton masuk di kawasan Shire. Di desa ini, tinggal makhluk kecil yang jujur, berani, dan ulet bernama Hobbit. Dia salah satu makhluk di antara makhluk-makhluk rekaan Tolkien lain, seperti Dwarf, Elf, dan Orc.

Peter Jackson, sutradara kelahiran Wellington, Selandia Baru, menemukan lahan milik keluarga Alexander pada 1998. Bagi Jackson, lahan seluas 505 hektar tersebut amat mewakili imajinasi Tolkien tentang Shire, daerah di mana para Hobbit tinggal.

Menyulap ladang peternakan

Dari semula hanya menjadi ladang peternakan milik keluarga Alexander, Jackson menyulap tempat ini menjadi daerah tujuan wisata yang dikunjungi lebih dari 500 ribu turis tiap tahun.

Tulisan 'No Admittance, Exception Party Business' seperti dalam film 'The Hobbit' masih ada di pintu gerbang rumah karakter Bilbo Baggins. Foto oleh Anton Muhajir/Rappler

Dari papan selamat datang di Hobbiton, hanya terlihat bukit-bukit landai nan hijau. Tak terlihat rumah Hobbit sama sekali. Teresa mengajak kami berjalan kaki melewati jalan setapak di samping bukit sebelum kemudian rumah-rumah para Hobbit menyapa kami.

Dari total 500 hektar milik keluarga Alexander, Jackson menyulap 5,5 hektar lahan di sini menjadi rumah-rumah para Hobbit. Ada 44 rumah yang semua menempel di kaki-kaki bukit. Ciri khas rumah tersebut sama, mereka berada di kaki bukit. Seperti digali menembus ke badan bukit.

Tiap rumah Hobbit berisi pintu bulat dengan diameter hanya sekitar 1 meter. Bentuk rumah mereka mengikuti kontur bukit yang cenderung landai. Di depan tiap rumah ada halaman rumput. Sebagian rumah berisi meja kursi di halaman. Sebagian lainnya berisi peralatan memasak termasuk kayu bakar.

Dalam film-film Lord of The Rings ataupun The Hobbit, terlihat bahwa rumah para hobbit ini sangat panjang. Nyatanya, bagian dalam rumah para hobbit tak lebih dari 1 meter. Rumah-rumah itu tak berisi apa pun. Sebagian besar malah tidak boleh dimasuki orang bahkan hanya halamannya sekali pun.

By the way, lokasi rumah para hobbit sebagaimana dalam dua film kolosal tersebut sebenarnya diambil di sebuah studio di Wellington, ibu kota Selandia Baru. 

Meskipun demikian, banyak adegan lain dalam dua film tersebut diambil di Hobbiton. Dalam film Lord of the Rings bagian pertama, misalnya, terlihat bagaimana Gandalf sang penyihir datang ke Shire dan disambut dengan riang gembira oleh Frodo, salah satu hobbit. 

Ada pula adegan dalam The Hobbit ketika Gandalf datang untuk pertama kali ke rumah Bilbo Baggins, tokoh utama dalam film tersebut. Rumah Bilbo berada di bagian paling tinggi. Bahkan, tulisan “No Admittance, Exception Party Business” seperti dalam film pun masih ada di pintu gerbang rumah Bilbo ini.

Dari depan rumah Bilbo, saya bisa melihat ke seluruh bagian dari Hobbiton ini.

Rumah-rumah hobbit berada di semacam perbukitan kecil. Berjarak sekitar 2 km dari jalan utama tempat di mana para hobbit jadi-jadian seperti Teresa menyambut tiap pengunjung. Karena tempatnya agak jauh dari jalan raya, tak ada penduduk lokal yang tahu bahwa di tempat tersebut sedang dibuat film yang kemudian jadi film-film favorit sepanjang masa.

Menurut Teresa, pembuatan film tersebut memang dibantu tentara Selandia Baru. Ketika ada penduduk curiga apa yang sedang terjadi di lokasi tersebut, para pembuat film akan menjawab singkat, “Ada tentara sedang membuat jalan baru.”

Rahasia tentang pembuatan film selama kurang lebih tiga bulan itu dijaga ketat. Semua kru pembuatan film terikat kontrak untuk tidak membocorkan informasi tersebut ke mana pun termasuk foto-foto.

Namun, dari semula menjadi tempat rahasia, Hobbiton Set Movie kemudian terkenal dan menjadi salah satu lokasi wisata favorit di daerah Waikato, di Selandia Baru bagian utara. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!