Aliansi UGM untuk tragedi 1965 minta rektor akui keterlibatan universitas

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Aliansi UGM untuk tragedi 1965 minta rektor akui keterlibatan universitas
Tak hanya mendiang Guru Besar Loekman Soetrisno yang diduga terkait tragedi 1965, tapi juga civitas akademika UGM

 

JAKARTA, Indonesia — Aliansi Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan petisi online di Change.org yang ditujukan pada Rektor Dwikorita Karnawati agar mengakui keterlibatan universitas tersebut pada peristiwa pembantaian massal 1965.  

Petisi mengutip kesaksikan Tintin Rahayu, penyintas tragedi 1965 di Pengadilan Rakyat Internasional, atau International People’s Tribunal (IPT), Den Haag, Belanda, pada 12 November lalu. 

“Yang menyiksa saya, yang paling kejam, boleh saya menyebut namanya?… Boleh saya menyebut namanya? Namanya Lukman Sutrisna,” ujar Tintin di hadapan hakim dan jaksa IPT 1965.

Lukman Sutrisna lebih dikenal sebagai Prof. Dr. Loekman Soetrisno, mendiang Guru Besar UGM yang sering bersuara kritis dan progresif terhadap perkembangan sosial pada masa Orde Baru. 

Namun kini namanya disebut terkait dengan sejarah gelap yang diungkap dalam IPT 1965.  

Sebagai korban, Tintin menyebut Loekman sebagai penyiksa yang paling kejam. Ia mengaku pernah dianiaya dan dilecehkan secara seksual dalam interogasi pasca tragedi 30 September 1965. 

“Saya lalu ditendang dan ditelanjangi. Saya disuruh menciumi kelamin mereka. Setelah selesai mereka semua di situ, saya ditanya lagi hal yang sama. Saya dimaki kenapa diam saja,” aku Tintin.

Nama Loekman sebagai eksekutor pada periode 1965-1966 tidak saja muncul dalam kesaksian di IPT 1965, tapi juga muncul dalam buku-buku memoar Mia Bustam dan Heryani Busono Wiwoho. 

Rektor UGM Dwikorita Karnawati, saat menanggapi laporan tersebut, mengatakan bahwa ada banyak nama Loekman dan perlunya mengedepankan asas praduga tak bersalah.

Selain peran Loekman, UGM juga dikaitkan dengan piagam yang diberikan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tanggal 15 Desember 1965, sebagai yang “telah memberikan bantuan-bantuan bentuk apapun dalam rangka penumpasan Gestapu/PKI di Jawa Tengah”. 

Menurut pembuat petisi, piagam ini mengindikasikan bahwa dugaan keterlibatan UGM bukanlah sekadar Loekman Soetrisno belaka, melainkan ada peran-peran lain secara kelembagaan.

“UGM belum berani memberikan kepemimpinan moral bagi bangsa ini untuk secara tulus mengakui keterlibatan civitas akademika UGM dalam tragedi 1965. Padahal, rekonsiliasi tanpa keputusan siapa yang salah dan yang benar, tidak akan pernah bermanfaat bagi keadilan sosial,” tulis organisasi tersebut. 

Selanjutnya mereka mendesak agar Dwikorita mengakui keterlibatan civitas akademika UGM dalam tragedi 1965 dan meminta maaf kepada para korban serta keluarganya. 

“Civitas akademika UGM yang sekarang harus mengambil alih tanggung jawab moral untuk menyampaikan pengakuan dan penyesalan.

“Dengan cara ini, UGM akan dicatat sebagai lembaga yang mengedepankan akal budi dan hati nurani demi penuntasan konflik di negeri ini,” ujar mereka.

Petisi ini juga meminta alumni UGM tetap kritis. “Alumni UGM dan siapapun, di manapun juga, yang peduli pada perdamaian bagi bangsa ini, kami mohon dukungannya bagi petisi ini.” 

Jika kamu setuju dengan isi petisi ini, silakan tandatangani di sini. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!