Panggung ‘el clasico’ menunggu aksi Neymar

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Panggung ‘el clasico’ menunggu aksi Neymar

EPA

Semua orang mengarahkan sorotannya dalam rivalitas Lionel Messi versus Cristiano Ronaldo di setiap edisi 'el clasico'. Tapi tidak kali ini

JAKARTA, Indonesia — Sejak era Josep “Pep” Guardiola, Lionel Messi adalah pusat permainan Barcelona. Seolah-olah bukan Messi yang bermain untuk El Barca—sebutan Barcelona—tapi El Barca yang bermain untuk pesepak bola kelahiran Rosario, Argentina, tersebut.

Semua pemain bergerak menyesuaikan dirinya. Mereka bagai pelayan yang meladeni tuan besar dalam sebuah jamuan makan malam. Hampir semua rekrutmen Barcelona disesuaikan dengan gaya permainan Messi. 

Lihat saja daftar pencetak gol terbanyak Barcelona sejak musim 2009-2010 atau setelah habisnya era striker Thierry Henry dan Samuel Eto’o di klub tersebut. Sepanjang enam musim, Messi selalu menjadi top scorer klub.

Ketika Neymar datang di musim 2013 dari klub Brasil, Santos, dia direkrut selain karena bakatnya, juga karena wilayah operasinya berbeda dengan Messi. Neymar cenderung berada di sayap kiri sedangkan Messi di sayap kanan atau sebagai gelandang serang atau juga penyerang bayangan.

Kedatangan Neymar dipastikan tak akan mengganggu Messi. Atau bahkan semakin membuatnya tajam. Karena itu, wajar jika di musim pertamanya, pemain kelahiran Mogi das Cruzes itu tak banyak mencetak gol. Dia mencetak 9 gol dan 9 assist. 

Neymar pun menjalani masa “magang” di bawah Messi tanpa pemberontakan. Dia mampu menempatkan dirinya di bawah bintang utama klub tersebut. Dalam beberapa konferensi pers dia selalu memuji pemain Argentina tersebut sebagai sosok yang membantunya beradaptasi dengan baik di klub lima kali jawara Liga Champions tersebut. 

“Saya datang ke klub ini untuk belajar dari yang terbaik,” katanya merujuk sang senior. 

Bukan lagi pelayan, tapi rekan

Tapi kekuasaan Messsi tak bisa selamanya. Bagaimanapun, Neymar adalah masa depan Barcelona. Pemain berjuluk La Pulga (Si Kutu) itu kini sudah berusia 28 tahun sedangkan Neymar masih 23 tahun.

Sepanjang tiga musim berada di bawah bayang-bayang Messi, Neymar perlahan mulai bisa menggantikan perannya. Jumlah gol dan assist-nya terus meningkat.

Jika di musim pertamanya, 2013-2014, Neymar memproduksi 9 gol dan 9 assist, pada 2014-2015 meroket menjadi 22 gol dan 7 assist, dan musim ini 11 gol dan 3 assist. Jauh di atas Messi yang hanya 3 gol dan 2 assist.

Tak salah jika mantan pejabat Real Madrid Jorge Valdano memujinya. “Dulu Neymar hanya pelayan Messi, sekarang dia adalah partnernya,” kata Valdano.

Musim ini saja, Messi absen dari laga-laga Barcelona sepanjang dua bulan karena cedera ligamen lutut. Saat el clasico digelar pada Minggu, 22 November dini hari WIB nanti, Messi belum tentu bermain. Kalaupun diturunkan entrenador (pelatih) Luis Enrique, kemungkinan tidak sejak menit pertama.

Dengan situasi tersebut, tak ada pilihan bagi Neymar untuk menjadikan el clasico ke-263 nanti sebagai panggung untuknya.

Dalam dua bulan tanpa Messi, Barcelona juga baik-baik saja. Mereka kini memimpin klasemen sementara Primera Division dengan surplus 3 angka dari Real Madrid. Mereka juga sudah mengunci tiket untuk lolos ke ronde kedua Liga Champions.

“Cedera Messi telah membuktikan bahwa Neymar dan Luis Suarez bisa menjaga tim ini. Neymar telah muncul untuk menjawab semua tantangan. Ketiadaan Messi memang membuat kekuatan Barca berkurang tapi dengan Neymar, orang-orang mulai lupa dengan Messi,” kata mantan pemain Real Madrid dan Barcelona Alfonso Perez.

Akankah kita melupakan Messi pada Minggu dini hari itu? — Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!