Pro kontra helikopter baru Jokowi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pro kontra helikopter baru Jokowi

AFP

Ternyata untuk melengkapi helikopter presiden dengan antipeluru, dibutuhkan tambahan anggaran.

JAKARTA, Indonesia—Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsma Dwi Badarmanto mengatakan pengadaan satu unit helikopter  akan digunakan khusus tamu “Very Very Important Person” (VVIP), termasuk Presiden Joko “Jokowi” dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pembelian helikopter ini sudah masuk dalam rencana strategis Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara tahun 2014-2019. Rencananya helikopter dibeli tahun depan.

Helikopter VVIP yang dibeli TNI ialah AgustaWestland AW101, jenis helikopter angkut menengah antikapal selam yang dapat digunakan untuk kepentingan militer dan sipil.

AgustaWestland AW101 dikembangkan oleh perusahaan patungan Westland Helicopters asal Inggris dan Agusta asal Italia. Helikopter ini diproduksi untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata angkatan laut modern.

Selama ini, sejumlah pejabat negara, termasuk Presiden RI mengunakan Helikopter Super Puma yang dioperasikan oleh Skuadron 17 VIP TNI AU di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Sampai akhirnya Super Puma  dirawat dan dioperasikan oleh Skuadron 45 VIP yang juga bermarkas di lokasi yang sama.

Namun, pembelian helikopter ini menuai protes dari pelbagai kalangan, mulai dari keriuhan di media sosial maupun para pakar. 

Di media sosial, netizen ramai-ramai mencuit tentang heli ini menggunakan hastag #PapamintaHelikopter sebagai sindiran pada Jokowi. 

Apa saja daftar keberatan mereka? 

1. Harga yang mahal

“Pertanyaannya apakah butuh? helikopter itu terlalu mahal, bodongnya saja sekitar US$ 45 juta,” ujar Pengamat penerbangan Gerry Soejatman.

Menurut Gerry, jika helikopter itu memang diperuntukkan untuk Jokowi yang gemar blusukan, maka dibutuhkan teknisi ahli. Selain itu, biaya operasionalnya pun tinggi. 

2. Produk luar negeri

Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya juga menyayangkan rencana pembelian helikopter VVIP. Menurut dia, pembelian helikopter yang dikembangkan secara joint venture antara Westland Helicopters di Inggris dan Agusta di Italy telah mengabaikan industri dalam negeri.

Menurut dia, keraguan presiden menggunakan produk dalam negeri, dalam hal ini produk yang dihasilkan PT Dirgantara Indonesia akan berdampak negatif.

”Kalau Presiden ragu dengan produksi dalam negeri, itu akan menjadi advertensi yang buruk bagi calon pemakai,” tutur Tantowi. 

Apa kata Istana?

Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan rencana pembelian tiga helikopter tersebut penting untuk keselamatan presiden. Helikopter AgustaWestland AW101 harus memiliki kelengkapan penting, di antaranya antipeluru.

KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna menambahkan, pembelian helikopter VVIP yang diperuntukkan bagi presiden, wakil presiden, pejabat tinggi negara dan tamu negara lebih mengutamakan safety (keamanan) dan kenyamanannya.

“Kalau tidak safety, dan nanti terjadi apa-apa, maka saya yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, saya minta agar helikopternya safety,” Agus. 

Namun ternyata untuk melengkapi dengan anti peluru, dibutuhkan tambahan anggaran. KSAU akan menyesuaikan dengan ketersediaan anggaran. “Bila mencukupi, bisa saja dipasang antipeluru, antijamming, antirudal, dan lainnya,” katanya. 

Biayanya bisa mencapai 120 juta USD. “Kalau helikopter presiden AS dipasang segala macam, dengan anggaran bisa mencapai 120 juta dolar AS,” kata KSAU. 

Agus selanjutnya berharap satu unit Helikopter AW 101 akan tiba pada tahun 2016. “Insyallah, sebelum 9 April 2016, helikopter tersebut sudah tiba di Tanah Air,” ujarnya. 

Apakah kamu setuju dengan rencana pembelian helikopter ini? —Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!