Tanya Rappler: Menolak ‘move on’

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tanya Rappler: Menolak ‘move on’
Move on sering disalahartikan sebagai melupakan kenangan bersamanya



Dear Tanya Rappler,

Saya punya pemikiran tentang “move on”. Setiap kita bercerita bahwa kita sedang patah hati, secara umum, paling tidak berdasarkan observasi pribadi saya, saran yang akan kita terima adalah move on.

Menurut saya, ada miskonsepsi tentang “move on” ini, sekali lagi paling tidak berdasarkan diskusi-diskusi yang saya alami sendiri. “Move on” sering disamakan dengan tindakan melupakan kenangan-kenangan bersama orang yang membuat kita patah hati.

Menurut saya, memang sih ini akan membuat hidup kita lebih mudah. Tidak harus sedih setiap melihat benda apapun yang bikin kita ingat sama dia, nggak harus nangis sendiri setiap malem sambil liatin Instragramnya, dst :”)

Tapi, artinya kita harus meninggalkan kenangan-kenangan yang pernah bikin hidup kita indah banget.

Kalau buat saya, “move on” itu ya sesederhana kita nerima bahwa kenangan-kenangan itu tinggal kenangan, yang nggak bisa diulang lagi. Menerima bahwa waktu kita sama dia udah selesai dan (mungkin) dia udah bahagia sama orang lain. Nggak harus melupakan dia dan bahkan nggak harus berhenti sedih karena dia, ya selama sedihnya kita nggak mengganggu kita dalam menyelesaikan berbagai tanggung jawab yang kita punya; kerjaan, sebagai anggota keluarga, dst.

Kalo menurut admin sendiri gimana?

Bintang 

JAWAB

Halo Bintang,

Saya setuju dengan kesimpulan kamu. Melupakan kenangan bersama sang mantan adalah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan, kecuali jika kita menderita alzheimer. Atau amnesia seperti di sinetron Tersanjung 5. 

Tidak ada yang salah dengan menangis sendirian setiap malam saat tak sengaja melihat postingannya di media sosial, saat melihat senyumnya yang nampak bahagia dan kita tidak tahu apa yang membuatnya bisa sebahagia itu. (Tapi tolong jangan siksa diri sendiri dengan sengaja membuka-buka halaman Instagramnya untuk mencari bahan tangisan.)

Kenang-kenangan bersama mantan adalah hal yang berharga dalam hidup kita. Kenangan itulah yang membuat diri kita jadi seperti yang sekarang. Dari pertanyaan (atau lebih tepatnya, pernyataan) kamu ini saya yakin sebenarnya kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan.

Move on adalah meneruskan hidup kita, meskipun dengan luka. Move on adalah melangkah ke depan dan tidak menengok ke belakang lagi.

Lalu bagaimana dengan lukanya? Saya percaya dengan pepatah lama, bahwa waktu adalah penyembuh luka yang paling utama. Karena waktu memberi jarak sehingga kamu bisa melihat perasaanmu dan keadaan ini dengan lebih jernih.

Tak perlu buru-buru. Kamu hanya harus menunggu, sampai saatnya kamu merelakan, sehingga kenangan itu tidak lagi menyakiti kamu. Sampai kamu bisa tersenyum ketika melihat hal-hal yang terkait dengan dia, karena hal-hal itu mengingatkan pada kenangan indah saat bersamanya, dan kamu bersyukur bahwa kamu pernah merasakan kenangan tersebut.

Sekali lagi, yang kita butuhkan bukan “move on” dalam arti melupakan, tapi menerima dan merelakan. 

Tanya Rappler adalah rubrik konsultasi mingguan yang akan menjawab semua pertanyaan pribadi kamu. Silakan tanya apa saja ke tanya@rappler.com, pertanyaan terpilih akan dimuat dan dijawab setiap hari Senin.

—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!