19 menit paling kritis sebelum pesawat AirAsia QZ8501 jatuh

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Misteri tercabutnya 'circuit breaker' dan satu menit percakapan pilot yang hilang. Siapa yang mencabut?

 Serpihan pesawat AirAsia QZ8501 dan barang penumpang, saat ditemukan di Perariran Majene, Sulawesi Barat. Foto oleh Mansyur Rahim/Rappler

JAKARTA, Indonesia — Pesawat AirAsia QZ8501 terbang dari Surabaya ke Singapura pada Minggu, 28 Desember, pukul 5:35 pagi WIB. Setelah bertolak selama 26 menit, tepatnya pukul 06:01 di ketinggian 32.000 kaki, gangguan pertama terjadi.  

Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang dirilis hari ini, Selasa, 1 Desember, kotak hitam mengungkapkan menit-menit krusial sebelum pesawat jatuh di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Rekaman terakhir di kotak hitam adalah pada pukul 6:20 WIB. Itu berarti ada 19 menit krusial sebelum pesawat hilang dan ditemukan jatuh. 

Seperti apa menit-menit terakhir pesawat AirAsia QZ8501 yang menewaskan 155 penumpang dan 7 kru ini?

Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkapkannya dalam konferensi pers di Jakarta hari ini.

06:01 WIB: Gangguan pertama, RTLU mati 

Pada pukul 06:01 WIB, pesawat berada dalam ketinggian 32.000 kaki, sebelum ada laporan bahwa Rudder Travel Limiter Unit (RTLU) mengalami kerusakan dan alarm menyala. RTLU adalah sistem kendali pesawat yang mengatur sudut derajat belokan dan kecepatan pesawat. 

“RTLU rusak gara-gara solder sobek. Tapi yang tercatat yang muncul di kokpit itu RTLU,” kata Nurcahyo.

Sobekan ini diketahui setelah komponen RTLU dibawa oleh tim KNKT ke pabrik produsen pesawat AirBus di Perancis. Ternyata bahan dari RTLU yang diproduksi AirBus memang tak tahan cuaca esktrim. 

Kerusakan di solder ini menyebabkan listrik yang mengalir ke RTLU putus nyambung. 

Kemudian pilot mendapat petunjuk Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) yang muncul di layar. Pilot mematuhi dan melaksanakan prosedur yang disarankan. 

06:09 WIB: Gangguan kedua, RTLU kembali mati  

Selang 8 menit kemudian, terjadi kerusakan yang sama, yakni RTLU pesawat kembali mati, dan master caution atau alarm menyala. Pilot melaksanakan perintah yang tertera di layar ECAM. Pesawat kembali dapat dikendalikan. 

06:13 WIB: Gangguan ketiga, RTLU mati lagi

Tak lama kemudian, RTLU pesawat kembali tak berfungsi karena aliran listrik yang putus sambung, dan master caution kembali menyala. Pilot pun mengulangi petunjuk ECAM, dan pesawat kembali normal. 

06:15 WIB: Gangguan keempat, listrik komputer mati

Kali ini, meski bukan RTLU yang mati, namun master caution tetap menyala.

“Setelah gangguan keempat ini, Flight Data Recorder atau kotak hitam mencatat indikasi yang berbeda dibandingkan gangguan pertama,” ujar Nurcahyo. 

Gangguan terjadi pada Flight Augmentation Computer (FAC). Tidak ada aliran listrik di FAC yang memberikan aliran listrik ke RTLU, sehingga alat kendali pesawat itu pun total tak berfungsi. Autopilot dan Autothrust pun mati. 

Setelah autopilot mati, sempat terjadi kekosongan selama sembilan detik. “Tidak ada input pada kemudi atau side stick selama sembilan detik, sehingga pesawat berguling hingga 54 derajat,” kata Nurcahyo.

Kecepatan pesawat saat berguling adalah 6 derajat per detik.  

Kemudian setelah 9 detik, baru ada pergerakan dari pilot. Tapi itu sudah terlambat, pesawat sudah mencapai sudut 40 derajat dan posisinya menukik ke atas.

“Di 40 derajat ini pesawat mengalami suatu kondisi di luar batas terbangnya dan kehilangan daya angkatnya,” ungkapnya. 

Setelah itu, pesawat pun memasuki kondisi upset, yakni menukik dengan kecepatan naik 20.000 kaki per menit dan berguling di posisi 104 derajat dan kecepatannya mencapai 57 knot di ketinggian 38 ribu kaki. 

Kondisi normal saat hidung pesawat naik adalah antara plus 25 sampai minus 10 derajat. 

Tapi gulingan pesawat biasanya masih bisa diatasi di sudut 33 derajat, karena ada 6 proteksi yang mengaturnya. 

Namun kali ini, kondisi pesawat berada di luar kendali pilot. 

Co-pilot AirAsia QZ8501 Remi Emmanuel Plesel diduga memegang kemudi saat pesawat jatu. Foto dari AFP

Ditambah lagi, menurut Nurcahyo, ada perintah yang salah dari pilot kepada co-pilot. “Pull down, pull down!” kata Nurcahyo mengutip ucapan pilot.

Padahal pull artinya tarik, dan down artinya turun. “Seharusnya kan push down,” katanya.

Akibatnya, pilot menarik kemudi, sedangkan co-pilot mendorong kemudi. Keduanya bertolak belakang. 

Selama dua menit hidung pesawat naik dan akhirnya hilang kontak pada 6:20 WIB. 

Misteri tercabutnya ‘circuit breaker’ dan satu menit percakapan pilot

Badan pesawat AirAsia QZ8501 di dasar laut perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Foto dari Facebook Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen

Nurcahyo juga mengungkapkan bahwa saat gangguan keempat terjadi, data di kotak hitam menunjukkan listrik FAC mati.

KNKT menduga seseorang mencabut circuit breaker yang fungsinya mengalirkan listrik ke FAC. 

“Kemungkinan ya, tapi siapa enggak tahu,” katanya. Pencabutan circuit breaker itu diduga dilakukan dengan sengaja. “Ada fase hidup, ada fase mati lagi,” katanya.  

Bukti kuat lainnya yang mengarahkan atas pencabutan circuit breaker ini adalah grafik yang sama yang ditunjukkan oleh kotak hitam, yakni pada 25 dan 28 Desember.

Pada 25 Desember, 3 hari sebelum keberangkatan dari Surabaya ke Singapura, teknisi memperbaiki RTLU yang rusak pada pesawat AirAsia QZ8501 yang saat itu akan terbang dengan rute Surabaya Kuala Lumpur dengan mencabut circuit breaker. Grafik menunjukkan gambar mirip sisir saat circuit breaker dicabut oleh sang teknisi. 

Kemudian pada 28 Desember saat pesawat jatuh, grafik yang sama muncul di rekaman kotak hitam. “Peristiwa catatan gambar ini serupa pada peristiwa pada 25 Desember dari Surabaya Kuala Lumpur,” katanya, yakni berbentuk sisir. 

Kemiripan lainnya adalah, pesawat dikendalikan oleh pimpinan penerbangan yang sama. 

Misteri lainnya yang belum terpecahkan adalah obrolan antara pilot dan co-pilot dalam bahasa Inggris selama 1 menit, setelah gangguan keempat.

“Ada satu menit yang mau kita dengar. Itu ada diskusi, ada orang mengobrol, tapi suaranya sangat lemah,” katanya. 

KNKT sudah membawa rekaman itu ke tempat yang dianggap mampu memperbaiki suara obrolan, tapi tak berhasil. 

Apa isi obrolannya? “Ya, itu kita tidak tahu,” katanya. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!