Philippine arts

Dari manakah aliran dana aksi terorisme bom Sarinah?

Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dari manakah aliran dana aksi terorisme bom Sarinah?

EPA

Aliran dana dari Suriah masih didalami oleh intelijen, sementara aliran dana dari Australia sudah terendus sejak 2014 kemarin.

JAKARTA, Indonesia—Asal-usul pendanaan aksi teror penembakan dan peledakan bom Sarinah hingga hari ini masih ditelusuri oleh kepolisian bekerja sama dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Detasemen Khusus (Densus) 88. 

Setidaknya ada dua negara yang disebut. Pertama adalah Suriah dan Australia. 

Pendanaan dari Suriah diungkap oleh Kepala Polisi RI Jenderal Badrodin Haiti. “Aliran dana yang sekarang sudah ada aliran dana dari Suriah,” kata Badrodin pada wartawan di Jakarta, 16 Januari lalu. 

Sementara itu, pendanaan dari Australia diungkap oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan. “Ada yang dapat dari Australia, beberapa waktu lalu kita dapat dari PPATK,” kata Luhut di kesempatan yang sama. 

Apakah ini berarti pendanaan terorisme bom Sarinah berasal dari dua negara? 

Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan, Polri sedang menyelidiki laporan PPATK terkait dengan 10 laporan hasil analisis transaksi mencurigakan yang diduga mengalir ke pelaku bom Sarinah. 

Pernyataan Anton ini melengkapi Kapolri Jenderal Badrodin Haiti yang menyebutkan dana itu ditransfer berkali-berkali, sebesar Rp 40-70 juta, dari Suriah melalui Western Union. 

Kepada Rappler, Wakil Ketua PPATK Agus Santoso membenarkan data tersebut. PPATK mengaku telah menyampaikan hasil analisis (LHA) kepada Densus 88.

Agus juga mengungkap PPATK saat ini sedang menelisik pendanaan terorisme untuk disetorkan pada Densus 88, sebab hanya dengan metode follow the money ini jaringan terduga teroris bisa terungkap. “Pola hubungan transaksi para pihak tentunya bisa membantu untuk mengkonfirmasi dalam proses penyelidikan, alias follow the suspect,” katanya, Rabu, 20 Januari. 

Namun Agus menolak mengkonfirmasi dari mana saja aliran dana yang terdeteksi oleh PPATK. Ia tak ingin mengganggu penyelidikan kepolisian dan polisi internasional. 

Namun sumber Rappler di lingkungan penegak hukum mengatakan saat ini Kepolisian sedang intensif mengejar aliran dana dengan Australian Federal Police (AFP) dengan bantuan PPATK. 

Transfer dana tak hanya untuk aksi 

Sementara itu, berita tentang transfer dana dari luar negeri ini sebelumnya telah terendus oleh PPATK. Pada akhir Maret, PPATK mengakui ada transaksi mencurigakan yang terkait jaringan terorisme Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di dua negara, Indonesia dan Australia. 

Sumber Rappler di PPATK saat itu menyebut dana US$ 500 ribu (Rp 6,4 miliar) dikirim oleh seorang simpatisan ISIS di Australia ke seorang terduga teroris di Indonesia.

Agus membenarkan ihwal temuan tersebut. Pelacakan terhadap rekening dilakukan sejak 2011 hingga 2014 lalu. Saat itu, kata Agus, PPATK Indonesia dan Australia mengadakan kerjasama dalam 3 bidang, termasuk pengiriman uang terkait terorisme.

Dari mana uang itu berasal?

Agus menjelaskan, kiriman duit itu berasal dari oknum di Australia bukan lewat bank, melainkan money transmitter. Seorang sumber Rappler menambahkan jumlah uang yang mengalir sebanyak US$ 500 ribu. Uang tersebut dikirim oleh seorang simpatisan ISIS di Australia.

Kemudian di Indonesia, ujar Agus, uang tersebut diterima nama pemilik akun bank yang diduga terkait dengan jaringan teroris. Tapi ia menolak menyebut siapa terduga yang dimaksud.

Menurut Agus, pengiriman duit terkait terorisme itu memakai model many to one, one to many. Artinya duit berasal dari satu orang, kemudian dipecah ke banyak orang. Kemudian kembali masuk ke rekening satu orang saja, dan kembali disebarkan ke banyak orang.

Dana tersebut untuk apa?

Sumber tersebut juga menyebut penampung dana tersebut terkait dengan 6 terduga fasilitator ISIS yang ditangkap beberapa hari lalu. (BACA: Densus 88 tangkap 6 terduga fasilitator ISIS). 

Penyelidikan kemudian terus dikembangkan, pada akhir Desember, sebagian peruntukan dana dari simpatisan ISIS tersebut mulai menemui titik terang. 

Ketua PPATK Muhammad Yusuf menyebut dana tersebut dikirim oleh pria Australia berinisial ‘L’ kepada janda-janda teroris.

“Suami dari si janda, telah tewas di Suriah beberapa waktu lalu,” kata Yusuf. 

Sumber Rappler di lingkungan penegak hukum menyebut, warga Australia yang dimaksud berinisial LND, dia memiliki beberapa istri, salah satunya orang Indonesia. Lewat rekening istrinya itulah, LND mengirim duit pada seseorang di Indonesia. 

Warga Negara Indonesia itu kemudian mengalirkan ke sebuah yayasan. Dan yayasan tersebut menyantunkan duit tersebut pada keluarga teroris yang telah mati di Suriah tersebut. 

Sementara itu, sumber Rappler di lingkungan Densus 88 membenarkan laporan aliran dana dari Australia tersebut. “Tapi itu laporan intelijen yang masih perlu didalami lagi,” katanya.

Sementara itu untuk dana dari Suriah, sang sumber mengatakan, belum terkonfirmasi. —Rappler.com

BACA JUGA

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!