Final Piala Jenderal Sudirman: Duel dua tim bertahan, mental jadi penentu

Mahmud Alexander

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Final Piala Jenderal Sudirman: Duel dua tim bertahan, mental jadi penentu
Di final Piala Sudirman, tekanan akan dirasakan pada kiper kedua klub. Final Piala Sudirman akan digelar pada Mingu, 24 Januari 2016.

JAKARTA, Indonesia – Dari awal turnamen, Semen Padang memang tak diunggulkan sebagai finalis. Kegagalan meraih tiga kemenangan dari laga normal di tiga pertandingan awal membuat tim berjuluk Kabau Sirah itu berada di urutan terbawah.

Tapi, perlahan tapi pasti skuat asuhan Nilmaizar itu menunjukkan kekuatannya. Kolektivitas dan kebersamaan pemain yang rata-rata sudah bersama sejak 2012 membuat mereka menunjukkan peningkatan grafik performa.

Melawan Mitra Kukar, secara statistik Semen Padang memang kalah. Namun, secara “agregat” gol, mereka lebih unggul. Dalam pertemuan pertama, klub kebanggaan masyarakat Padang itu imbang 0-0 dan di laga kedua menang 2-1.

Memang, di laga pertama Semen Padang kalah adu penalti 4-5. Tapi, Nilmaizar tak pernah menganggapnya sebagai kekalahan. Sebab, bagi dia, yang diperhitungkan adalah performa selama 90 menit.

 “Saya tak pernah hitung kalah dari mereka. Dalam sepak bola, adu penalti tak seharusnya dihitung, karena bukan fase gugur. Jadi, dalam 90 menit, kami belum pernah kalah dari mereka,” tutur Nilmaizar saat ditemui di sela-sela uji lapangan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu 23 Januari.

 Berdasarkan statistik, Mitra Kukar memang lebih unggul. Mulai dari akurasi tembakan, umpan, sampai tekel. Namun, dari jumlah gol dan kinerja barisan pertahanan, Kabau Sirah ada di atas Naga Mekes.

Yang perlu dicermati adalah dari statistik dribel. Semen Padang lebih unggul. Ini menunjukkan bahwa secara individual para pemain Kabau Sirah lebih berani menembus pertahanan lawan. Mereka juga lebih tajam melakukan tusukan ke kotak penalti lawan. Tidak sekadar menjaga penguasaan bola di area tengah.

Selain itu, Semen Padang juga kerap memanfaatkan tusukan dari sayap. Karena itu, crossing yang dilepaskan juga lebih banyak, meski persentase keberhasilannya sedikit. Nilmaizar saat dikonfirmasi mengakui, presentase dan statistik timnya memang kalah dari tim lain. Tapi, statistik bukan segalanya.

“Statistik itu bergantung bagaimana strategi kami. Dengan materi yang saya miliki, kami lebih nyaman banyak memanfaatkan serangan balik,” kata Nilmaizar.

Dia juga mengingatkan agar pemainnya tak perlu terpengaruh dengan statistik. Bagi dia, yang penting adalah skor di akhir laga dan menjadi pemenang setelah peluit panjang dibunyikan.

“Lawan Bali United, kami juga kalah statistik. Ball posession, shooting, sampai corner,mereka paling banyak. Tapi pemain membuktikan, kami bisa menang dari mereka,” terang pelatih yang pernah tergabung dalan Timnas Pra Olimpiade Barcelona 1992 tersebut.

Kedua tim jago serangan balik

Semen Padang dan Mitra Kukar memiliki karakter yang kurang lebih sama. Dua-duanya gemar bermain bertahan dan memanfaatkan serangan balik. Dalam 9 laga sepanjang turnamen, Mitra Kukar bermain agresif di empat laga. Tapi di sisa laga lainnya, mereka lebih banyak mengandalkan serangan balik.

Situasi hampir sama juga terjadi di Semen Padang. Mereka hanya bermain agresif di tiga laga, sisanya sama: lebih banyak bermain bertahan dan menunggu momen untuk serangan balik cepat. Dengan strategi itu, kolektivitas dan lini pertahanan menjadi faktor utama atau titik kunci permainan.

Karena itu, menarik untuk melihat perbedaan apa yang disiapkan kedua tim di babak final. Apalagi, Jafri Sastra, tampaknya berusaha menutupi skenario permainan yang akan disuguhkan di laga final.

Dia memilih melatih anak asuhnya di Malang. Di Jakarta, mereka hanya melakukan uji coba lapangan. Berbeda dengan Semen Padang yang langsung meluncur ke Jakarta begitu lolos ke final.

Jafri Sastra tampaknya telah menyiapkan strategi baru bagi Mitra Kukar. Ini untuk antisipasi agar kekalahan 1-2 di fase delapan besar lalu tak terulang di laga pemungkas.

Mitra Kukar hanya perlu bermain lebih sabar dan rapi di lini belakang. Sebab, tusukan sayap Semen Padang cukup berbahaya. Sedikit lengah dalam menjaga sayap dan pergerakan James Koko Lomell, mereka bisa kalah tipis.

 Selain itu, jika terlalu banyak menunggu di belakang, tim berjuluk Naga Mekes itu harus siap dengan kreasi peluang yang sedikit. Patrick Cruz Dos Santos, striker Mitra Kukar, tak boleh menyia-nyiakan peluang.

 Jika tidak, kedua tim bisa kembali bermain seri. Dan pertandingan pun bakal dilanjutkan dengan adu penalti. Lantas, bagaimana peluang kedua tim jika pertandingan harus melewati drama tos-tosan tersebut?

Adu penalti, duel dua kiper terbaik turnamen

Dalam turnamen ini, Semen Padang dan Mitra Kukar cukup sering bermain imbang sepanjang 90 menit. Tapi, Semen Padang lebih sering. Total sudah lima kali mereka menjalani laga dengan adu penalti. Hasilnya, empat kali kalah dan sekali menang. Sementara itu, Mitra Kukar sudah menjalani tiga kali adu penalti degan sekali kalah dan dua kali menang.

Pada babak penuh drama ini, kedua penjaga gawang bakal saling bersaing untuk mencatatkan penyelamatan sebanyak-banyaknya. Bagaimana performa mereka sepanjang turnamen?

Kiper Semen Padang Jandia Eka Putra memang memiliki rasio penyelamatan di bawah Shahar Ginanjar. Tapi, Jandia lebih berpengalaman dibanding Shahar yang eks penjaga gawang Timnas U-23 itu. Sebab, dia menghadapi lebih banyak adu penalti. Namun, mental Shahar sedang bagus setelah menangkis dua tendangan Arema Cronus di leg kedua semi final lalu.

Tekanan tak hanya pada kedua kiper. Tapi juga para eksekutor penalti. Kedua kubu sudah menyiapkan semua skenario yang bakal terjadi. Bahkan jika pertandingan harus berlanjut ke adu penalti.

 Karena itu, Nilmaizar dan Jafri Satra berusaha membuat para pemain lebih rileks dan tenang. .Pada Jumat, 22 Januari lalu, para pemain dibebaskan dari latihan. Mereka bebas jalan-jalan.

Bagi Nil, dalam laga final, faktor teknis pengaruhnya tak lagi sebesar faktor mental dan psikis. Sebab, laga ini bukan melulu berbicara skill, tapi juga mentalitas dan emosi pemain. “Saya berusaha membuat pemain se-enjoy mungkin,” katanya.

Hal senada diungkapkan Jafri Sastra. Tekanan, kata dia, justru ada pada Semen Padang. Sebab, ekspektasi kepada klub tersebut lebih besar karena pernah mengalahkan timnya.

 “Semen Padang lebih tertekan karena setelah mengalahkan kami di delapan besar, harapan kepada mereka lebih besar. Saya minta pemain menikmati permainan,” kata Jafri.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!