Kampanye HIV/AIDS komunitas gay dibubarkan polisi

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kampanye HIV/AIDS komunitas gay dibubarkan polisi

EPA

Jaringan Islam Antidiskriminasi Jawa Timur mengatakan polisi tunduk pada tekanan kelompok radikal di Surabaya.

 

JAKARTA, Indonesia (CORRECTING TYPO)—Acara #GueBerani Party komunitas gay di Surabaya, Jawa Timur yang sejatinya akan diselenggarakan pada 7 Februari kemarin dibatalkan setelah Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan pihak kepolisian menilai rencana tersebut akan meresahkan masyarakat. Pihak komunitas mengatakan acara tersebut sesungguhnya bukan pesta kaum gay, tetapi kampanye HIV/AIDS.  

Penolakan terhadap acara ini diumumkan oleh Soekarwo sendiri di akun twitternya @PakdeKarwo1950. 

Menurut Kabag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Lily Djafar, acara tersebut dibubarkan bukan hanya karena meresahkan, tetapi juga belum memiliki izin keamanan maupun keramaian acara dari Polsek Dukuh Kupang, tempat acara itu akan digelar. 

Tapi pernyataan ‘meresahkan’ ini kemudian ditanggapi oleh penyelenggara. Ketua Dewan Pembina GAYa Nusantara Dede Oetomo mengatakan acara yang akan digelar Minggu malam itu bukan pesta melainkan seminar mengenai HIV/AIDS. Dede mengklaim kegiatan ini sudah diberitahukan ke Kementerian Kesehatan.

Pernyataan serupa juga disampaikan panitia di lama Facebooknya. 

//

Polisi dinilai melampaui batas  

Pernyatan Dede ini diperkuat oleh Aan Anshori, Dewan Ahli Ikatan Sarjana NU wilayah Jombang, yang juga anggota Jaringan Islam Antidiskriminasi (JIAD) Jawa Timur, yang ikut memantau acara tersebut. 

“Upaya keras Polrestabes Surabaya yang membubarkan pertemuan komunitas gay di Surabaya merupakan hal yang berlebihan. Polisi berpandangan acara tersebut tidak memiliki izin keramaian sehingga dikuatirkan mengganggu ketertiban umum,” katanya pada Rappler, Senin, 8 Februari. 

Kata Aan, polisi sesungguhnya telah salah paham. “Menurut informasi yang saya dapat, acara kumpul-kumpul itu merupakan pertemuan biasa. Bahkan kegiatan tersebut bersifat edukatif karena ditujukan untuk mempromosikan urgensi kesehatan reproduksi dan kampanye bahaya HIV/AIDS,” katanya. 

“Secara khusus, acara tersebut juga digunakan untuk memperkenalkan situs kementrian kesehatan bagi peserta yang hadir,” katanya lagi. 

Aan memperingatkan jajaran polisi tentang kemerdekaan berkumpul dan berserikat yang merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang. 

“Saya meyakini kegigihan polisi ini dipicu oleh bertemunya dua hal: masih kuatnya homophobia di kalangan kepolisian, dan kuatnya tekanan dari kelompok radikal Islam Surabaya,” katanya. 

“Alih-alih melindungi hak konstitusional kalangan gay, polisi lebih memilih tersandera oleh dua hal itu, Saya mengecam tindakan represif Polrestabes Surabaya,” katanya lagi.—dengan laporan dari Febriana Firdaus/Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!