Final Piala Liga: Liverpool vs Manchester City, mengejar gelar sayonara

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Final Piala Liga: Liverpool vs Manchester City, mengejar gelar sayonara
Liverpool siap mengulangi kemenangan besar atas City di Liga Primer.

 

JAKARTA, Indonesia – Waktu Manuel Pellegrini di Manchester City tak banyak. Akhir musim, manajer yang menukangi The Citizens sejak dua musim lalu itu harus angkat koper demi memberi ruang bagi Josep “Pep” Guardiola.

Karena itu, juru taktik asal Chile itu sedang berburu gelar. Tujuannya, bisa hengkang dengan kepala tegak dari Etihad Stadium, markas City.

Peluang untuk meraih gelar pertama tinggal selangkah lagi. Vincent Kompany dan kawan-kawan ditantang Liverpool di final Piala Liga di Stadion Wembley, Minggu, 28 Februari pukul 23:30 WIB. Di stadion yang diklaim warga Inggris sebagai “Mekah-nya sepak bola” itu, satu kemenangan bakal membuat nama Pellegrini abadi.

Memang, ajang turnamen tersebut dianggap sebagai gelar kelas dua bagi tim-tim Liga Primer. Gengsi kompetisi domestik jelas lebih berat di Liga Primer.

Masalahnya, City berjarak cukup jauh dari pemuncak klasemen Leicteser City, sembilan poin. Mereka juga masih berpeluang di dua kompetisi lainnya, Piala FA dan Liga Champions. Apalagi setelah rival sekota Manchester United itu baru saja membantai wakil Ukraina Dynamo Kyiv 3-1 di leg pertama 16 besar.

Dari tiga ajang itu, hampir mustahil City bisa meraup semuanya. Terutama di Liga Primer dan Liga Champions yang cukup berat persaingannya. Karena itu, Piala Liga adalah yang paling realistis sebelum berbicara gelar lainnya.

‘Gegenpressing versus passing game’

Namun, upaya Pellegrini tersebut bakal berhadapan dengan tradisi kuat Liverpool di Piala Liga. Setelah tahun 2000, Liverpool menjadi raja Piala Liga. Mereka menjuarai tiga edisi pada 2000-2001, 2002-2003, 2011-2012. Sebaliknya, City hanya sekali pada 2013-2014.

Selain itu, Jurgen Klopp juga tak mau kalah dalam ambisi perburuan gelar juara. Manajer asal Jerman itu berpeluang langsung meraih piala di debutnya di sepak bola Inggris. Selain Piala Liga, mereka juga masih menjaga peluangnya di Europa League.

Catatan pertemuan di Liga Primer musim ini antara kedua tim juga tidak berpihak ke City. Di putaran pertama, Liverpool membekuk City 4-1 di depan pendukungnya di Etihad Stadium. Jika Pellegrini belum mampu membongkar strategi gegenpressing ala Klopp, pasukannya terancam kembali dibantai.

Apalagi, sejak kehadiran Klopp, Liverpool selalu sulit dikalahkan tim-tim besar. Mereka mengalahkan Chelsea 3-1, menahan Arsenal 3-3, menahan Tottenham Hotspur 0-0, dan mengalahkan City 4-1. Manchester United pun hanya bisa mengalahkan Jordan Henderson dengan kemenangan tipis 1-0.

Salah satu kunci kemenangan tersebut adalah agresivitas anak asuh Klopp di lapangan tengah. Para gelandang Liverpool adalah perebut bola yang ganas. Tim-tim dengan karakter passing game yang kuat kerap mati kutu.

Dalam laga melawan Arsenal, misalnya. Skuat Liverpool memaksa Arsenal tidak banyak memainkan bola di tengah. Akibatnya, mereka kehilangan kendali hingga kemenangan 2-3 pun batal di tangan Joe Allen.

Karakter permainan City yang mirip Arsenal dalam hal passing game bisa berbuah masalah. Apalagi, Liverpool cukup ahli dalam merusak dominasi penguasaan bola. Selain itu, pressing yang ketat sejak di area lawan bakal membuat para pemain City gugup.

Dua gol Liverpool ke gawang City saat menang 4-1 juga berawal dari skema tersebut. Para pemain The Reds—sebutan Liverpool—merebut bola bahkan saat City baru saja membangun serangan dari pertahanan.

Liverpool krisis bek

Lantas, bagaimana strategi Klopp menjinakkan City nanti?

Mantan pelatih Borussia Dortmund itu merahasiakannya. “Saya kira di Manchester, mereka juga memiliki televisi,” katanya seperti dikutip BBC.

Liverpool cukup memiliki masalah di lini belakang. Dua bek mereka belum sepenuhnya pulih. Bek tengah Martin Skrtel memang sudah kembali berlatih dari cedera hamstring, tapi dia mungkin belum siap untuk laga malam ini.

Begitu juga Dejan Lovren yang baru saja sembuh dari sakit.

Klopp pun harus menyiasati defisit bek tengah di timnya. Gelandang bertahan Lucas Leiva kemungkinan harus berkorban dengan menjadi bek tengah, berdampingan dengan Mamadou Sakho.

Lucas tak bakal kaget dengan posisi barunya itu. Sebab, dia juga berperan sebagai bek tengah saat Liverpool menyingkirkan Augsburg di Europa League.

Beberapa pemain City juga kembali dari cedera. Striker Wilfried Bony bisa kembali melapisi Sergio Aguero. Begitu juga winger Jesus Navas yang bisa langsung mengisi pos yang ditinggalkan Kevin de Bruyne di sayap kanan.

Pertahanan City bakal semakin kuat dengan kembalinya sang kapten, Vincent Kompany, dan bek kanan Bacary Sagna. Apalagi, Kompany sukses mengawal gawangnya dari serbuan bomber Dynamo Kyiv di Liga Champions Kamis, 24 Februari lalu.

Masalah City hanya kebugaran. Masa pemulihan kebugaran mereka jelas berkurang karena harus berada dalam perjalanan dari Kiev untuk kembali ke Manchester.

Tapi, Klopp tidak menganggap itu faktor yang menentukan. “Ini laga final. Mereka pasti fit, kami juga. Di laga final, tidak ada yang peduli di mana kamu terakhir bermain,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!