Indonesia bisa jadi pemersatu Palestina lewat KTT OKI

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Indonesia bisa jadi pemersatu Palestina lewat KTT OKI

EPA

KTT Luar Biasa ke-5 OKI diselenggarakan agar dunia tak melupakan isu Palestina. Hingga saat ini warga Palestina masih dijajah oleh Israel

JAKARTA, Indonesia — Pengamat Timur Tengah dan jurnalis senior, Trias Kuncahyono, mengatakan Indonesia bisa memainkan peranan penting melalui Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang akan dihelat di Jakarta pada 6-7 Maret.

Trias menyebut Indonesia bisa menjadi pemersatu kedua faksi besar yang masih bertikai di dalam Palestina, yakni Fatah dan Hamas.

Sejak memenangkan pemilihan umum pada Januari 2006 lalu, faksi Hamas dan Fatah justru lebih fokus untuk memperebutkan kekuasaan.

“Kesalahan faksi Fatah dalam mengelola Palestina justru memberikan ruang bagi Hamas untuk memenangkan hati rakyat Palestina yang bermukim di kota Gaza. Justru, jika Palestina tidak bersatu, maka ke depan akan sulit untuk melawan Israel,” kata Trias dalam bincang mengenai KTT OKI di kantor Presiden di Jakarta, pada Rabu, 2 Maret.

Dalam sejarah di Timur Tengah, negara yang sudah kompak sekalipun sulit untuk mengalahkan Israel. Sementara, Palestina harus terus memperjuangkan hak atas wilayahnya yang selama ini diduduki oleh Israel secara sepihak.

“Indonesia bisa masuk ke situ dengan menjadi pemersatu. Dengan dipercayai oleh kedua faksi di Palestina untuk menjadi tuan rumah KTT, maka sudah bisa menjadi modal,” tutur Trias.

Dia juga menjelaskan, Indonesia bisa berperan mengingatkan dunia agar kembali fokus kepada isu Palestina. Sebab, isu tersebut selama ini tertutup dengan konflik lain yang terjadi di Timur Tengah seperti peperangan di Suriah dan pengungsi Suriah yang membanjiri benua Eropa.

Diharapkan dengan menyatukan suara dari 56 negara anggota OKI, maka ada kesatuan sikap terkait isu tersebut sehingga dianggap kuat.

“OKI memiliki kapasitas untuk berperan dalam proses perdamaian Israel dan Palestina. Sebab, kalau tidak dituntaskan, maka OKI akan memiliki hutang sejarah di masa mendatang,” kata dia.

Jika Palestina sudah bersatu, maka mereka bisa fokus untuk kembali membicarakan perdamaian dengan Israel. Menurut Trias, ada lima isu utama yang selama ini belum disepakati antara Israel dengan Palestina, yakni status kota Yerusalem, pengungsi, perbatasan, keamanan, dan akses air.

Trias mengatakan jika Indonesia ingin ikut terlibat dalam pembicaraan damai antara Palestina dengan Israel, maka tidak bisa hanya menjalin komunikasi dengan satu pihak saja. Sementara, ketika berkomunikasi dengan warga Israel kemudian Indonesia memilih jalur tidak langsung melalui negara sekutu Israel.

“Khawatirnya, apa yang disampaikan oleh Indonesia akan dipelintir oleh negara tersebut. Alih-alih menggunakan bantuan negara sekutu seperti Amerika Serikat, Indonesia bisa menjalin kerjasama dengan negara yang dipercayai oleh Israel dan Palestina,” papar Trias.

Jika KTT ini sukses, menurutnya, maka peran Indonesia di dunia internasional akan naik. Ke depan jika ada KTT luar biasa lainnya yang diselenggarakan di Indonesia akan menjadi perhatian dunia.

Hasilkan dua dokumen

Di tempat yang sama, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan Indonesia menggelar KTT tersebut atas permintaan dari Palestina dan OKI. Lalu, apa urgensinya bagi Indonesia menerima tawaran tersebut?

Retno menjelaskan, karena kondisi di area Yerusalem yang semakin memburuk, sehingga butuh segera untuk ditindaklanjuti.

“75 persen warga Palestina yang bermukim di sana, hidup di bawah garis kemiskinan. Hanya 41 persen dari mereka yang memiliki akses ke pendidikan dan 64 persen warga yang bisa memperoleh air bersih. Jika isu kemanusiaan ini tidak diatasi sekarang, maka akan dilupakan oleh dunia internasional,” kata Retno.

Dia membenarkan OKI juga akan menggelar KTT yang terjadwal pada April di Istanbul, Turki.

“Tetapi, isu yang akan dibahas ada banyak. Sementara, dalam KTT ini, kita bisa fokus membahas isu Palestina,” ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Belanda itu.

Kendati di luar dari jadwal, sebanyak 49 negara dari 56 negara anggota OKI telah memastikan kehadirannya. Selain negara anggota OKI, Indonesia juga mengundang 4 negara pengamat dan 4 pihak lain yang dianggap memilik pengaruh dalam proses perdamaian Israel dengan Palestina atau lazim disebut kuartet. 

Empat negara pengamat terdiri dari Thailand, Republik Afrika Tengah, Bosnia, dan Rusia. Sementara yang dimaksud kuartet yaitu Rusia, AS, PBB dan Uni Eropa.

Dalam pertemuan yang digelar selama dua hari akan dihasilkan dua dokumen. Pertama, resolusi yang berisi seruan secara politik dari negara anggota OKI terhadap isu Yerusalem. Kedua, deklarasi Jakarta yang berisi hal konkrit yang dapat ditindaklanjuti usai KTT diselenggarakan.

Retno menyebut KTT ini bukan sebuah selebrasi dan peristiwa. Sehingga, usai dilakukan KTT masih dibutuhkan upaya untuk mewujudkan terbentuknya negara Palestina yang berdaulat. —Rappler.com

BACA JUGA: 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!