Universitas Islam Bandung tak yakin alumninya berangkat ke Suriah

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Universitas Islam Bandung tak yakin alumninya berangkat ke Suriah
Pihak universitas menyebut Rudi pamit ke keluarga untuk mengadu nasib dan bekerja di Singapura atau Turki

 

 BANDUNG, Indonesia – Universitas Islam Bandung (Unisba) teah membentuk tim khusus untuk menelusuri keberadaan salah satu alumninya, Rudi Jaelani, yang dikabarkan tewas di Suriah usai bergabung dengan kelompok Islamic State of Iraq and Al-Sham (ISIS). Mereka mengaku menanggapi serius kabar dugaan keterlibatan alumni lulusan Fakultas Ekonomi tahun 2004 tersebut.

“Kami peduli dengan isu ini karena ini bukan isu yang biasa tetapi isu yang sensitif. Apalagi Unisba kampus Islam, jadi biasanya orang sensitif,” kata Kepala Bidang Humas Unisba, ME Fuady, kepada Rappler pada Kamis, 10 Maret.

Dia menegaskan Unisba adalah kampus yang mengajarkan Islam sebagai agama yang memberikan rahmat kepada umatnya. Beberapa kegiatan yang sering digelar pun bertema plularisme, menentang radikalisme, dan tindak kekerasan atas nama agama.

“Kami sudah berdiri selama 57 tahun. Jika selama ini kami salah mendidik mahasiswa, maka sudah berapa banyak sarjana yang menjadi radikal? Alumni kami sebanyak 30 ribu orang semuanya oke, sarjana yang berkualitas,” kata Fuady.

Dia menambahkan alumni sesungguhnya sudah bukan lagi menjadi tanggung jawab pihak kampus. Tetapi, karena isu ini sensitif, maka pihaknya secara proaktif berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang seperti Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), KBRI Damaskus, dan Kementerian Luar Negeri.

Tetapi, hingga saat ini, pihak kampus belum mendapat informasi yang jelas mengenai keberadaan Rudi. Belum ada konfirmasi apakah betul Rudi terlibat dengan ISIS dan tewas.

“Ini masih belum jelas. Kami masih menunggu kabar dari KBRI Damaskus dan BNPT. Ranahnya kan ada di tangan pemerintah dan perlindungan terhadap WNI (wewenangnya) bukan pada kami, tapi kami proaktif mencari informasi tentang yang bersangkutan,” kata Fuady.

Selama ini, Fuady menjelaskan, Rudi izin kepada keluarga untuk ke Singapura atau Turki. Tujuannya untuk bekerja.

Mereka yakin dengan hal tersebut karena Rudi membawa perlengkapan dokumen seperti orang yang ingin melamar pekerjaan yaitu ijazah, transkrip nilai, dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK).

“Kami telah menelusuri kepada orang tua yang bersangkutan dan mereka mengatakan Rudi pamit untuk bekerja di Singapura dengan kontrak selama dua tahun, karena dia membawa kelengkapan ijazah, transkrip nilai dan juga bawa dasi. Orang tuanya bahkan memberi bekal sebanyak Rp 7 juta. Apakah dia berangkat ke sana (Turki) masuk ke Suriah, itu yang belum bisa kami pastikan,” ujar Fuady.

Pihak kampus curiga mungkin Rudi bekerja dengan diiming-imingi gaji yang besar.

“Kalau tidak di Singapura ya di Turki,” tutur Fuady.

Lalu, seperti apa sosok Rudi? Fuady mengatakan dia sosok mahasiswa yang biasa dan dikenal baik.

“Dia beraktivitas secara normal, meski tidak aktif di organisasi kampus. Rudi juga tidak memiliki catatan pelanggaran atau tindak kriminal apa pun. Terbukti, dia mendapat SKCK,” kata dia.

Sementara itu, Ketua RT 11 RW 06 Kelurahan Warung Muncang, Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung, Agus Mulyana, mengaku terkejut ketika mendengar ada salah satu warganya itu terlibat dalam kelompok ISIS. Tetapi, Agus ragu jika Rudi dikatakan sebagai anggota salah satu anggota kelompok tersebut.

“Untuk saat ini, enggak mungkin. Soalnya orangnya enggak pernah neko-neko,” ungkap Agus kepada Rappler.

Agus menuturkan, kali terakhir bertemu Rudi saat pemuda itu mintai dibuatkan SKCK pada 14 Agustus 2014. Saat itu, Agus sempat menanyakan tujuan dari pembuatan surat tersebut.

“Iya, saya bikinin (SKCK). Katanya mau ngelamar kerja, tapi tidak tahu mau ngelamar ke mana,” kata dia.

Sementara itu, pejabat bidang konsuler KBRI Singapura, Dwiki Miftach yang dihubungi Rappler mengatakan tidak ada data mengenai Rudi yang pernah menjejakkan kaki ke Negeri Singa. Sebab, dia tidak pernah melaporkan diri ke KBRI.

Prosedur Ilegal

Sementara itu, KBRI Damaskus mengaku belum menerima informasi resmi dari Pemerintah Suriah mengenai adanya salah satu alumni Unisba yang tewas usai bergabung dengan ISIS. Misi utama KBRI Damaskus adalah perlindungan dan repatriasi WNI dari negara konflik Suriah.

“Mereka yang bergabung sebagai pejuang asing di Suriah tidak masuk ke dalam fokus repatriasi, karena mereka secara dengan sengaja ingin bergabung dengan kelompok teroris di Suriah dalam situasi konflik,” ujar Pejabat Bidang Sosial dan Budaya KBRI Damaskus, AM Sidqi melalui pesan pendek pada Selasa, 8 Maret.

Sidqi menyebut mereka yang bergabung dengan kelompok teroris dapat dipastikan masuk melalui pintu dan prosedur ilegal.

“Biasanya melalui perbatasan Suriah dengan Turki di utara Suriah. Jadi, dipastikan hampir mustahil (anggota teroris) bisa masuk melalui pintu ibukota Damaskus, mengingat ketatnya penjagaan dan screening di Damaskus, “ tutur dia.

Dia menegaskan, sesuai dengan UU No 12 tahun 2006 mengenai kewarganegaraan, WNI yang bergabung dengan kelompok teroris bisa kehilangan kewarganegaraannya. Dengan kata lain, status kewarganegaraan Indonesianya dipertanyakan dan diragukan.

Kabar keterlibatan Rudi sebagai pejuang ISIS berawal dari munculnya dokumen ijazah dan transkrip nilai dari Unisba atas nama Rudi Jaelani yang diunggah pemilik akun Twitter @DrPartizan pada 5 Maret 2016. Pemilik akun tersebut menyatakan dokumen tersebut milik anggota ISIS yang datang melalui Turki.

@DrPartizan mengaku sebagai tentara Kurdi itu mengatakan pemilik dokumen tersebut sudah tewas. – dengan laporan Santi Dewi/ Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!