Mensos: Saya mau rebus LGBT? Ada-ada saja

Uni Lubis, Febriana Firdaus

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mensos: Saya mau rebus LGBT? Ada-ada saja

ANTARA FOTO

Sebelumnya, Redaksi Kota memberitakan Menteri Khofifah akan merehabilitasi kaum LGBT dengan metode rebus. Benarkah?

 

JAKARTA, Indonesia — Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa membantah akan memakai metode rebus untuk “menyembuhkan” kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Menurut Khofifah, justru yang sedang didalami untuk LGBT adalah metode Emotional Spiritual Quotient (ESQ).

“Kalau rehab napza (atau narkotik, psikotropika, dan zat aditif) metode rebus dengan rempah-rempah, sudah lama itu, di Purbalingga, saya sudah ke sana dan sudah coba,” kata Khofifah pada Rappler, Minggu, 13 Maret.

Tapi untuk LGBT, Mensos sedang memfinalisasi format ESQ dengan Ary Gynanjar.

“Saya sudah bertemu dengan tim ESQ langsung dipimpin Pak Ary Ginanjar sendiri,” katanya. 

Pemberitaan tentang teknik rebus ini pertama kali diberitakan oleh Redaksi Kota.

Dalam berita tersebut, Khofifah menyebut pada 16 Maret mendatang, akan diadakan sebuah metode “penyembuhan” bagi kaum LGBT agar dikembalikan sesuai dengan fungsi sosialnya semula.

Proses rehabilitasi LGBT bisa dilakukan dengan cara memasukkan anggota LGBT ke dalam air rebus. Lalu korbannya dimasukkan di sebuah tempat dengan suhu 85 derajat celcius. Dan proses tersebut tidak berbahaya karena ada rempah-rempah.

Sebelumnya, di Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ichsan Al-Islami Syifa Ar-Ridlo di Purbalingga, Jawa Tengah, diterapkan metode rebus untuk korban ketergantungan narkoba. Terapi ini yang ingin diterapkan oleh Khofifah bagi korban narkoba, bukan untuk kaum LGBT.

Sedangkan untuk LGBT, Khofifah sedang memikirkan rencana untuk “menyembuhkan” melalui metode ESQ yang digarap oleh Ary Ginandjar.

Apa tanggapan kaum LGBT?

Dede Oetomo, pendiri GaYa Nusantara yang juga aktivis LGBT, mengatakan metode “penyembuhan”seperti yang dijelaskan di atas, termasuk ESQ, pun tak sesuai.

“Sains psikologi dan psikiatri sudah meneliti dan menyimpulkan bahwa orientasi seksual dan identitas gender tidak bisa diubah,” kata Dede pada Rappler, Minggu.

“Jadi usaha-usaha ini pengelabuan publik, bahkan bisa membahayakan individu yang menjalaninya. Oleh PBB digolongkan penyiksaan,” ujarnya. 

Redaksi Kota minta maaf

Sementara itu, selang berapa jam kemudian, Redaksi Kota meminta maaf atas pemberitaan terkait pernyataan Menteri Khofifah tersebut.

Situs berita tersebut mengaku salah kutip pertanyaan menteri.  “Jadi, proses rehabilitasi pelaku penyimpangan seksual LGBT dengan cara diletakkan dalam air rebusan yang menghebohkan publik tersebut adalah tidak benar,” kata Redaksi Kota. 

“Kami dari seluruh jajaran redaksi di Redaksikota.com mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang merasa tidak nyaman dengan pemberitaan tersebut,” katanya lagi. 

Baca selengkapnya penjelasan Redaksi Kota di sini.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!