Takut diserang, ratusan mahasiswa asal NTT tinggalkan Malang

Dyah Ayu Pitaloka

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Takut diserang, ratusan mahasiswa asal NTT tinggalkan Malang
Warga setempat khawatir ada serangan balasan buntut bentrok antar mahasiswa sebelumnya

MALANG, Indonesia –  Ratusan mahasiswa asal Provinsi Nusa Tenggara Timur meninggalkan Malang, Jawa Timur pada Rabu, 23 Maret, setelah beredar rumor mahasiswa asal daerah lain akan menyerang balik sebagai buntut dari tawuran antar mahasiswa itu di kampus Universitas Wisnuwardhana.

Ketakutan para mahasiwa tersebut semakin besar setelah Pemerintah Kabupaten Malang tidak beusaha meredam konflik antar kelompok mahasiwa tersebut. Sebaliknya, mereka mendorong mahasiswa NTT, yang sebagian besar tinggal di Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang untuk mengungsi.

Bahkan mobil patroli kepolisian setempat ikut mengawal proses evakuasi mahasiswa tersebut pada Rabu petang. Satu persatu mahasiswa masuk kedalam bis sesuai dengan nama mereka.

Patricius Jama Nuna, seorang mahasiswa Universitas Wisnuwardhana asal Kabupaten Sumba Barat, mengatakan kepada Rappler bahwa dia dan ratusan mahasiswa asal NTT diminta berkumpul di salah satu rumah warga di Jalan Kenanga pada pukul 12:00 Rabu 23 Maret 2016. Di sana, dia dan teman-temannya diminta untuk mengungsi hingga kondisi aman.

“Sejak semalam kami diminta pulang, kemudian pukul 12:00 siang dikumpulkan dan diminta pulang oleh warga dan aparat keamanan setempat. Mereka khawatir dengan keselamatan mereka sendiri. Mereka bilang kalau situasi sudah aman boleh kembali lagi,” kata Patricius, Rabu.

“Kami tidak bisa berbicara apa-apa. Kami siap pulang,” lanjut Patricius.

Menurut Patricius, ada sekitar 300 mahasiswa dari 24 tempat kos di sekitar Sekarpuro yang pulang siang tadi. Mereka menumpang bus ke Bali dengan ongkos Rp 150.000 per orang. Sebagian dari mereka dibayar oleh Pemerintah Kabupaten Malang.

“Sebenarnya saya tidak ingin pulang dulu, tapi kondisi seperti ini ya tidak berkomentar lagi,. Saya juga tak boleh ke kampus oleh kakak tingkat sejak kemarin. Katanya daripada bahaya,” kata Patricius, mahasiswa semester dua Fakultas Keguruan di Unida.

Vita, seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Wisnuwardhana (Unidha) Malang, duduk termenung di dalam bis yang akan membawanya pulang. Mahasiswa semester 6 itu berharap situasi akan segera normal dan dirinya bisa segera menyelesaikan masa belajarnya di Malang.

“Takut juga, dan orang tua juga minta saya pulang,” kata Vita.

Belum ada informasi apakah mahasiswa asal NTT yang kuliah di kampus lain juga ikut mengungsi.

Pihak Kampus Mencari Provokator

Pihak rektorat kampus Universitas Wisnuwardhana membenarkan hal itu. Pembantu Rektor III Yudi Batubara mengatakan pihaknya tak punya pilihan lain setelah warga dan pejabat setempat menyampaikan keresahan penduduk Sekarpuro.

Namun kampus mengaku tidak mengeluarkan ijin resmi terkait kepulangan ratusan mahasiswa mereka. Mereka berharap situasi akan segera kondusif dan mahasiswa segera kembali pulang.  

“Kami mendapat pemaparan dari Kepala Desa, Camat, Kapolres Kota Malang dan Kapolres Kabupaten, ya ini realitanya seperti ini. Kami mengetahui dan mengantarkan mereka yang pulang, tetapi kami tidak memberikan ijin resmi kepada mereka,” kata Yudi.

Menurut Yudi, keresahan itu berawal dari kabar adanya serangan balik yang akan dilakukan kelompok mahasiswa asal Ambon kepada mahasiswa NTT di Unida yang sebagian besar kos ataupun kontrak di sekitar Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.

Induk semang yang warga setempat mengaku resah dan khawatir dengan kabar itu, sehingga mereka meminta mahasiswa NTT untuk sementara waktu mengungsi dari Desa Sekarpuro.

“Mahasiswa juga ada yang takut dan meminta pulang karena keinginan sendiri ataupun karena permintaan orang tua mereka yang resah di kampung halaman,” katanya.

 Kampus mengaku siap bekerjasama dengan kepolisian untuk mengungkap provokator yang menyebar berita meresahkan itu. Mereka juga bekerjasama memberikan data mahasiswa terkait bentrok antara mahasiswa asal NTT dan Ambon yang menyebabkan tewasnya mahasiswa asal Ambon, Nasehan Leplem alias Moger pada Minggu dini hari, 20 Maret.

Bentrokan terjadi setelah Moger yang asal kampus lain, datang ke Unida untuk menghadiri pelantikan pengurus salah satu unit kegiatan kemahasiswaan setempat.

“Bentrokannya terjadi di luar kampus, tapi kami ikut memberikan data mahasiswa yang diduga terlibat dalam bentrokan itu,” katanya. 

Peristiwa bentrok berdarah itu sendiri sudah ditangani oleg Polres Malang Kota dan telah menetapkan tiga tersangka meskipun penyelidikan terus berlanjut. “ Sudah ada tiga tersangka,’ kata Kapolres Malang Kota AKBP Decky Hendarsono. – Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!