Revolusi digital industri keuangan

Ursula Florene

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Revolusi digital industri keuangan
“Lebih baik bekerjasama, ketimbang melawan.”

JAKARTA, Indonesia – Perkembangan teknologi digital saat ini mulai merambah ke segala bidang. Industri keuangan finansial pun tak luput dari proses digitalisasi ini.

“Kami melihat teknologi finansial (fintech) akan memberikan dampak positif di Indonesia,” kata Will Ongkowidjaja, Co-Founder Alpha JWC Ventures di Jakarta pada Rabu, 30 Maret 2016. Keuntungan terutama dirasakan oleh para pelaku unit usaha kecil dan menengah (UMKM).

Selama ini, mereka memang terkendala masalah dana untuk pengembangan usaha. Mendapatkan pinjaman uang dari bank tak semudah membalikkan telapak tangan. Sementara investor swasta, atau pribadi, sulit mempercayai keberlangsungan usaha mereka.

Di sisi lain, pihak-pihak pribadi yang memiliki minat untuk berinvestasi atau memberi pinjaman malah kesulitan untuk mendapat pihak yang dimodali. Sistem teknologi finansial dapat menjadi solusi bagi masalah ini.

Proses mudah, dipertemukan data

Salah satu contohnya adalah Iwan Kurniawan, COO Modalku –salah satu aplikasi pinjaman modal –yang sudah berhasil menjodohkan 14 UMKM dengan pemilik modal. Pengalamannya yang malang melintang di bidang perbankan hingga perusahaan fintech, membuatnya terpikir untuk membuat Modalku.

“Karena saya melihat bank, khususnya, bergerak lambat. Setelah pindah ke salah satu perusahaan fintech di Cina, saya membandingkan operating model-nya,” kata dia.

Di Cina, perusahaan teknologi semacam ini sudah berjalan selama 10 tahun dan sangat membantu kebangkitan usaha masyarakat.

Melihat lahan ini masih belum digarap sama sekali, Iwan pun mendirikan Modalku pada Januari 2016 lalu. Perusahaan teknologi finansial ini menyasar unit usaha menengah.“Jadi perusahaan yang sudah ada, tapi masih butuh modal lagi untuk bertambah besar,” kata dia.

Sektor ini masih luput dari perhatian pemerintah. Sementara untuk meminjam dari bank, prosesnya cenderung rumit dan membutuhkan waktu lama. Rata-rata, para pemilik usaha hanya membutuhkan pinjaman dalam jangka pendek, yang tak mungkin disediakan bank.

“Jadi, perusahaan yang butuh pinjaman kita saring, lalu profilnya kita masukkan ke situs. Pemberi pinjaman yang memutuskan transaksi selanjutnya,” kata dia. Pinjaman yang diberikan minimal  Rp 10-500 juta, dan dapat dikembalikan dalam jangka waktu 1-3 bulan.

Era ponsel pintar pembuka akses

Akshay Garg, CEO sekaligus pendiri Kredivo, fintech pemberi kredit lainnya, mengatakan penetrasi pemberian kredit di Indonesia masih rendah. Data 2015 terakhir menyebutkan angkanya hanya 30 persen. “70 juta orang di Indonesia tak memiliki akses kredit,” kata dia.

Dalam kondisi ini, UKM Indonesia terancam memiliki jurang finansial sebesar US$ 54 milyar. Perlu ada solusi cepat agar angka tersebut tak jadi kenyataan. Akshay menilai, keberadaan perusahaan jasa finansial berbasis teknologi dapat menjadi solusi. Pasalnya, angka penetrasi internet di Indonesia pun terus berkembang dari tahun ke tahun.

Teknologi berbasis internet dapat menjembatani permasalahan jarak. Selain itu, penyimpanan dan pencarian data juga lebih mudah dilakukan.

Arwin Rasyid, seorang pengusaha yang sudah malang melintang di bisnis finansial, pun mengatakan hal serupa. “Sekarang ini, di jasa finansial maupun perbankan, sudah dikuasai generasi millennial,” kata dia.

Generasi ini terdiri dari mereka yang berusia 18-30 tahun, dan akan membentuk masa depan industri keuangan. Karena lahir saat perkembangan teknologi tengah pesat, maka generasi ini akrab dan mahir menggunakannya. Jasa fintech, menurut Arwin, sangat sesuai dengan cara kerja generasi ini.

“Saya rasa bukan ide baik untuk menentang kemajuan teknologi. Industri justru harus merangkul dan memanfaatkannya,” kata dia.

Tak hanya pemudahan aplikasi dan teknologi. Perusahaan juga dapat memanfaatkan jaringan data besar untuk menentukan arah bisnis mereka kelak. Data yang memperlihatkan tren, identitas, penghasilan, hingga kecenderungan masyarakat, dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan masyarakat. “Keduanya komplimenter,” kata dia.

Pemerintah siap menyambut era teknologi

Teknologi dan data tak hanya bermanfaat bagi perusahaan, pemerintah pun dapat mengambil keuntungan dari sana. Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong mengatakan, pemerintahan Presiden Joko Widodo mulai mengarah ke sana.

“Bila terbentuk satu sistem terintegrasi tentu akan memperlancar kinerja,” kata dia.

Saat ini, pemerintah tengah menyiapkan dua langkah terkait teknologi. Pertama, adalah membuat semua jasa layanan pemerintahan dapat dilakukan secara online. Kedua, mempublikasikan data-data yang ada kepada masyarakat.

Data adalah salah satu unsur penting. Bila diolah dengan baik, dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Tom –sapaan Thomas –mencontohkan situs kawalpemilu.org. “Itu data dari KPU diolah menjadi informasi untuk masyarakat,” kata dia.

Kementerian Perdagangan saat ini tengah mencontoh ide tersebut, namun di sektor pangan. Tom berencana untuk memberikan ponsel pintar ke petani dan peternak di daerah. Di situ, mereka diminta memasukkan data diri serta hasil alamnya.

Data-data ini akan terhubung pada satu platform yang berisi pedagang serta perantara dan distributor. “Jadi akses mereka ke pasar juga lebih mudah,” kata Tom.

Dari kumpulan informasi ini, pemerintah dapat dengan mudah mendeteksi jumlah pasokan komoditas yang bergerak. Data pangan ini akan dimanfaatkan untuk pengendalian harga. Kelak, pembeli di pasar dapat memantau, juga melaporkan harga yang berkembang.

Selain itu, ada juga pemberi modal pinjaman, sehingga petani dan peternak ini tak perlu lagi bergantung pada lintah darat untuk mendapat uang.-Rappler.com

BACA JUGA: 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!