CEK FAKTA: Hari Bipolar Sedunia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

CEK FAKTA: Hari Bipolar Sedunia

REMKO DE WAAL

Kesadaran dan pengetahuan tentang gangguan bipolar masih minim. Gangguan mental bukanlah hal yang tabu.

JAKARTA, Indonesia – Setiap 30 Maret diperingati sebagai Hari Bipolar Sedunia. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan ulang tahun pelukis ternama di dunia, Vincent van Gogh (1853-1890), yang didiagnosis mengidap bipolar.

Apakah bipolar itu?

Selama ini, belum banyak yang benar-benar memahami apakah bipolar disorder itu. Menurut Aliansi Gangguan Kejiwaan Nasional (NAMI), bipolar adalah gangguan yang ditandai oleh perubahan mood atau suasana perasaan yang parah.

Rata-rata, pengidap bipolar akan berayun antara dua kondisi kejiwaan: Manik dan depresi.

Manik adalah kondisi perasaan girang yang sangat tinggi. Dalam kondisi ini, pengidap bipolar memiliki antusiasme tinggi dan cara bicara yang cepat seperti dalam tekanan.

Sementara dalam kondisi depresi, mereka akan sangat pesimistis, putus asa, dan merasa tak berdaya. Bila sangat parah, penderita bipolar tak akan sanggup untuk bangun dari tempat tidurnya. Tak jarang yang juga mengalami serangan panik.

Apa penyebabnya?

Gangguan bipolar dapat disebabkan beberapa hal:

  1. Genetika

Seorang anak dapat mengidap gangguan bipolar turunan dari orangtuanya. Namun, fkctor ini tak absolut.

2. Stres

Kejadian yang menimbulkan dampak psikologis, seperti kematian, penyakit, atau kerusakan hubungan, dan kondisi finansial dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan bipolar. Cara orang-orang ini menangani isu tersebut juga dapat memengaruhi perkembangan gangguan bipolar.

3. Struktur otak

Pengidap bipolar dapat ditelisik dari struktur otaknya. Peneliti menemukan ada perbedaan pada ukuran otak hingga aktivasi beberapa bagian otak pengidap bipolar. Dalam beberapa kasus, ada juga yang mengidap bipolar lantaran gegar otak dan trauma akibat luka di kepala.

Ada berbagai cara untuk mengenali gejala gangguan bipolar. Kebanyakan orang akan mendeskripsikan perasaan mereka untuk mengetahui status kondisi mental. Namun, disarankan untuk tak membuat kesimpulan sendiri; tapi memastikan lewat analisa dokter.

Berdasarkan Diagnosa dan Statistik Manual Gangguan Mental, ada empat tipe bipolar:

  1. Bipolar I

Kondisi ketika seseorang mengalami satu atau lebih kondisi manik dan depresi. Kebanyakan orang yang berada dalam status ini, naik-turun kondisi mental seseorang harus berada dalam kondisi parah selama tujuh hari. Perawatan rumah sakit juga menadi salah satu penilaian.

2. Bipolar II

Kondisi ketika perpindahan antara depresi dan manik berlangsung cukup sering.

3. Cyclothomia

Ketika kondisi mental tak stabil, di mana kondisi hipermanik dan depresi ringan berlangsung selama dua tahun. Mereka yang berada dalam kondisi cyclothomia akan mengalami kondisi normal, tetapi tak pernah lebih dari 8 pekan.

4. Bipolar “tak terdefinisikan”

Ketika kondisi gangguan mental tak memenuhi tiga kriteria sebelumnya. Gejalanya mungkin tak berlangsung dalam jangka waktu ama.

Bagaimana cara mengobatinya?

 

Marshanda sering alami serangan panik sebelum konsumsi obat. Foto dari Instagram/@Marshanda99

Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan bipolar. Salah satunya dengan obat stabil, antipsikotik, dan antidepresan. Ada pula yang memanfaatkan psikoterapi seperti cognitive behavioral therapy dan terapi berbasis keluarga.

Tak jarang yang mendapatkan terapi kejut listrik (ECT) dan pengendalian diri. Selain itu, mereka juga memanfaatkan kelas meditasi maupun agama dan spiritual.

Andriani Marshanda, salah satu aktris Indonesia yang secara terbuka mengakui dirinya pengidap bipolar, mengakui rajin mengonsumsi obat. Terutama, setelah ia sering mengalami serangan panik.

“Selain minum obat, aku pakai metode memanfaatkan support system aku. Biasanya Mama,” kata dia usai menghadiri seminar terkait bipolar pada Rabu, 30 Maret. Ia kerap meminta ibunya untuk melakukan langkah penenangan setiap dirinya mulai marah-marah.

Pertama-tama, ibunya akan mulai bertanya apakah ia marah karena panik atau benar-benar merasa marah. Setelah itu, ia juga diminta untuk menilai tingkatan marahnya. Ia juga mulai aktif mengikuti pelatihan pengembangan diri.

Marshanda mengakui, setelah didiagnosis menderita gangguan bipolar pada 2009 lalu, kondisinya terus membaik. Sekarang ia sudah jarang mengalami serangan panik, juga berdamai dengan kondisi dirinya. Pengobatan sendiri intensif ia lakukan sejak tahun 2013.

(BACA: Marshanda: Karena bipolar, aku bahagia)

Perlunya mengubah paradigma

Kesadaran akan gangguan bipolar masih sangat minim. Sebab, jumlah pengidap gangguan ini tak sedikit. Menurut laporan Huffington Post, jumlah pengidap bipolar di seluruh dunia diperkirakan mencapai 5 persen dari total penduduk dunia. Persisnya, ada 450 juta orang.

Namun, tak banyak yang berani mengakui lantaran penyakit mental memiliki stigma buruk di masyarakat. Lewat Hari Bipolar Sedunia, diharapkan masyarakat akan teredukasi, dan meningkatkan kepedulian. Bagaimanapun juga, penyakit mental tak jauh berbeda dengan penyakit biasa.

Pengidap gangguan mental tetap memerlukan dukungan dan perawatan hinga mereka akhirnya sembuh. Bukan dikucilkan, bahkan disembunyikan dari mata masyarakat lain. —Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!