Bincang Mantan: Adakah cinta tanpa syarat?

Adelia Putri, Bisma Aditya

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Bincang Mantan: Adakah cinta tanpa syarat?
Cinta tanpa syarat tampaknya tak mungkin ada, kecuali cinta dari orangtua kepada anaknya. Benarkah?

 

Kedua penulis kolom Bincang Mantan adalah antitesa pepatah yang mengatakan kalau sepasang bekas kekasih tidak bisa menjadi teman baik. Di kolom ini, Adelia dan Bisma akan berbagi pendapat mengenai hal-hal acak, mulai dari hubungan pria-wanita hingga (mungkin) masalah serius.

Minggu lalu, seorang teman memberikan artikel berjudul What Love Is. Setelah diskusi panjang lebar yang berujung kalimat-kalimat nyinyir khas Aquarius, kami jadi bertanya-tanya, apa iya ada yang namanya cinta tanpa syarat? 

Adelia Putri: Cinta selalu ada timbal baliknya

I call bullshit on unconditional love. Saya ingat hal ini pernah dibahas di kelas beberapa tahun lalu, mungkin enggak sih seseorang melakukan sesuatu tanpa ada alasan di belakangnya? 

Dan seingat saya, tidak ada yang bisa membantah argumen yang saya keluarkan: Tidak ada yang namanya tindakan tanpa motivasi. Social Exchange Theory, bahasa kerennya. 

Semua tindakan manusia merupakan transaksi cost and reward. Iya, termasuk cinta.

Unconditional love mungkin ada dalam bentuk kasih sayang orangtua dan keluarga, meskipun tidak universal. Ada orangtua yang masih bisa menerima anaknya setelah melakukan sesuatu yang buruk, tapi banyak juga keluarga yang terpecah hanya karena masalah warisan. 

Tapi toh, apakah cintanya orangtua benar-benar tanpa syarat dan motivasi personal? Maybe the love makes them feel good about themselves, maybe it’s just maternal nature, maybe it’s their responsibility, or maybe it really is unconditional? Saya enggak tau. Boro-boro punya anak, bikin tubas kuliah enggak selesai-selesai (#deritamahasiswa).

But when it comes to romantic love, I stay on my ground: unconditional love is non-existent. Kita punya ekspektasi yang minta dipenuhi satu sama lain, mulai dari tindakan hingga ke hal fundamental seperti kepercayaan. 

Mau semanis apapun hubungan kalian, pasti ada deal breaker yang bisa memisahkan kalian —selingkuh, dibohongi, hilang tanpa kabar, hingga mungkin tindakan kriminal? Mungkin kalian sudah tahu deal breaker kalian, mungkin juga belum terpikirkan (karena siapa sih yang senang memikirkan akhir hubungan?).

Intinya adalah, semua hal, termasuk hubungan dan perasaan, punya terms and conditions yang harus dipenuhi (meskipun, layaknya kebanyakan terms and conditions yang kalian tandatangani, kalian tidak pernah baca apalagi pikirkan konsekuensinya di awal).

But then again, di balik semua skeptisme saya, I still believe that love does change things. Iya, cinta tanpa syarat cuma ada di telenovela, tapi dengan orang yang tepat, mungkin kamu bisa belajar mengkompromikan beberapa hal.

Seperti yang kakek saya pernah bilang dulu, tidak ada orang yang sempurna, dan mau tidak mau kita harus belajar kompromi. Ada beberapa deal breaker yang tidak bisa ditoleransi, tapi mungkin ada beberapa hal yang masih bisa digeser atau dibicarakan. 

Contohnya apa? Hanya kamu yang tahu mana hal yang prinsipil, mana yang bisa dinegosiasikan. Dan karena ini bukan telenovela yang hanya berlangsung selama setahun, semoga kamu bisa memilih dan menjalani konsekuensi pilihan kamu seumur hidup. 

Bisma Aditya: ‘Unconditional love’ itu sumber masalah

Jika diterjemahkan, unconditional love adalah “cinta tanpa syarat”. Sesuatu yang menurut saya enggak berbeda jauh dengan hantu dan alien. Segelintir orang yakin akan keberadaannya, tapi jika ditelaah dengan logika, sepertinya sih mustahil. 

Ada sih bukti-bukti keberadaannya, tapi biasanya enggak jelas seperti dokumentasi hantu yang masih saja ber-resolusi rendah cenderung blur di era smartphone ini.

Tapi pernyataan di atas punya pengecualian, ya! Cinta orangtua dan keluarga sudah pasti unconditionally, alias tanpa syarat. Yang kita bahas di sini cinta yang arahnya ke hubungan romantis antara seorang pria dan wanita.

Alasan logis cinta tanpa syarat itu mustahil, menurut saya adalah sebelum kita bisa cinta dengan seseorang pasti kita sudah melihat sesuatu dari orang lain itu. Mungkin dia cantik, baik, pintar, PDKT-nya niat, lucu, atau apa lah, you name it

Dan sesederhana apapun alasan kamu awalnya tertarik dengan seseorang, itu adalah sebuah syarat untuk mencintai yang meniadakan eksistensi unconditional love.

Mungkin enggak semua akan setuju dengan pernyataan di atas, ada teman yang bilang, “Gue engga gitu, kok. Gue dan pacar saling mencintai tanpa syarat”. 

Tapi kalau ditanya buktinya, dia akan cerita panjang lebar yang ujung-ujungnya ngejelasin hal-hal yang adalah syarat yang dia sanggah keberadaannya, tapi dengan kalimat beda. Udah gitu semua penjelasannya blur dan enggak jelas kayak foto penampakan hantu yang ada di Internet.

Kalau menurut saya sih, justru syarat-syarat itu sangat penting di dalam suatu hubungan. Selain kita butuh syarat itu untuk semakin dekat dengan pasangan kita saat itu (jika terpenuhi semua), kadang jika ada syarat yang enggak terpenuhi sebaiknya memang hubungannya yang disudahi demi kebaikan bersama. 

Memang waktu masih muda dan dimabuk cinta kita bisa menahan dan toleransi jika pasangan kita tidak memenuhi syarat-syarat yang terciptanya pun hanya ada di alam bawah sadar kita. 

Tapi ketika kita sudah harus melewati seumur hidup dengan orang itu, pastilah tidak terpenuhinya suatu syarat menjadi bom waktu yang suatu saat bisa meledak. Orang yang berpikiran dewasa pasti sudah sampe ke situ berpikirnya.

Kesimpulannya, unconditional love mungkin ada, tapi hanya untuk ABG childish yang belum berpikir jauh ke depan. Unconditional love sama seperti hantu, yang aneh jika masih ada orang dewasa yang percaya. 

Unconditional love adalah sumber masalah. Kalau kamu masih percaya juga dengan hal ini dan menjalin hubungan dengan berpegang dengan hal ini, siap-siap! —Rappler.com

Adelia, mantan reporter Rappler, kini sedang menempuh pendidikan pascasarjana di London, sementara Bisma adalah seorang konsultan hukum di Jakarta. Keduanya bisa ditemukan dan diajak bicara di @adeliaputri dan @bismaaditya

Baca juga kolom Bincang Mantan lainnya:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!