Bayern Munich vs Benfica: Jalan lapang melanjutkan tradisi

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kata Pep, kekalahan pahit dari tim Portugal musim lalu tak boleh terulang.

Thomas Mueller (kiri) saat musim lalu dikirim pulang oleh Barcelona di semifinal. Musim ini mereka belum bertemu Barca. Foto: Facebook FC Barcelona.

JAKARTA, Indonesia – Liga Champions memiliki tradisi yang selama ini tak pernah bisa dipatahkan. Yakni, para juara bertahan tidak akan pernah bisa menggondol gelar yang sama di musim sebelumnya.

Jika perhitungan peluang gelar juara Liga Champions memperhitungkan faktor itu, maka Bayern Munich, Real Madrid, dan Atletico Madrid adalah para raksasa yang memiliki peluang lebih besar dibanding tim-tim lainnya.

Juara bertahan Barcelona langsung dicoret peluangnya karena kutukan tersebut.

Khusus untuk Atletico, lolos hingga final Liga Champions dua musim lalu membuktikan bahwa mereka mulai membangun budaya di level paling bergengsi antar tim-tim Eropa.

Manchester City dan Paris Saint-Germain (PSG) masih harus saling bunuh. Sedangkan Benfica dan Wolfsburg tidak memiliki tradisi kuat di ajang turnamen antara gelar jawara Eropa tersebut.

Kebetulan, baik Real maupun Bayern punya kesamaan. Mereka berdua menghadapi lawan-lawan yang relatif lebih mudah di perempat final. Mereka tidak harus bentrok dini melawan favorit juara lainnya seperti PSG atau Barcelona.

Karena itu, dengan karunia keberuntungan yang bagus tersebut, Bayern harus memanfaatkannya dengan baik. Apalagi, tim berjuluk Die Rotten itu bakal menggelar leg pertama di kandang sendiri, Allianz Arena, pada Rabu 6 April pukul 01.45 WIB.

Kiprah mereka di Bundesliga cukup konsisten. Bayern memimpin puncak klasemen kasta tertinggi sepak bola Jerman itu dengan selisih lima angka dari pesaing terdekat, Borussia Dortmund.

Mereka juga berpeluang menggondol DFB Pokal setelah lolos ke semifinal pasca kemenangan 3-0 atas Bochum.

Dengan situasi tersebut, Bayern berpeluang untuk mengulangi kejayaan mereka  tiga tahun silam: meraih treble winners (tiga gelar dalam semusim).

Apalagi, der trainer (pelatih) Bayern Pep Guardiola sudah pamitan. Musim depan dia tidak akan lagi bersama Philipp Lahm dan kawan-kawan. Karena itu, ini adalah peluang bagi Pep untuk meninggalkan legacy sebelum bergabung ke Manchester City.

Upaya untuk mengalahkan Benfica sudah terbentang di depan mata. Pasukannya sedang naik daun setelah streak alias kemenangan beruntun dalam tiga laga Bundesliga. Tren positif tersebut bakal ditularkan ke Liga Champions.

“Saya tahu kami adalah Bayern. Dan tidak ada yang bisa memuaskan keinginan para fans kecuali kami meraih tiga gelar musim ini,” kata Pep seperti dikutip situs resmi UEFA.

Mantan pelatih Barcelona itu mengakui timnya menjadi favorit dalam laga ini. Tapi dia berharap anak asuhnya tidak meremehkan lawan. Sebab, secara statistik, Benfica cukup mampu mengganggu tim-tim besar.

Tim Portugal tersebut mengalahkan Atletico Madrid di fase grup 2-1. Mereka lolos ke perempat final setelah mengandaskan tim kaya dari Rusia Zenit St. Petresburg dengan agregat 3-1.

Pada Jumat, 1 Maret lalu, tim asuhan Rui Vitora tersebut melakoni laga “pemanasan” sebelum Liga Champions dengan sangat meyakinkan. Mereka membantai Sporting Braga 5-1.

“Benfica tahu apa yang harus dilakukan. Saya sendiri punya respek untuk sepak bola Portugal. Lihat apa yang dilakukan Porto kepada kami,” kata Pep.

Lelaki kelahiran Catalonia itu mengingatkan anak asuhnya pada perempat final Liga Champions musim lalu. Pada leg pertama yang digelar di kandang FC Porto, Bayern kalah 3-1.

Memang, mereka akhirnya mampu membalik keadaan di Allianz Arena dengan skor 6-1. Tapi bagi Pep, kekalahan adalah aib. “Kejadian tersebut tidak boleh lagi terjadi,” katanya.

Formasi 4-1-4-1 lebih agresif

Perkiraan formasi Bayern Muenchen vs Benfica. Sumber: Whoscored.com

Pelatih Benfica, Rui Vitoria, menyadari bahwa timnya sedang berhadapan dengan raksasa. Mereka tidak ada apa-apanya dibanding jawara lima kali Liga Champions itu.

“Dalam hal taktik, Bayern jelas berada di level berbeda,” kata Vitoria.

Benfica kemungkinan bakal lebih banyak bertahan dan mengandalkan serangan balik dalam pertandingan tersebut. Sambil berharap Bayern melakukan kesalahan.

Karena itu, barisan penyerang seperti Robert Lewandowski, Thomas Mueller, Franck Ribery, dan Douglas Costa harus bekerja keras membongkar pertahanan lawan.

Dalam laga nanti, Pep hanya kehilangan dua bek andalannya, Jerome Boateng dan Holger Badstuber. Namun, dia bisa menempatkan bek kiri David Alaba sebagai bek tengah mendampingi Javi Martinez.

Mantan gelandang Juventus Arturo Vidal bakal mengisi posisi sebagai jangkar tunggal dalam skema 4-1-4-1.

Skema tersebut membuat memang bukan pilihan reguler Pep. Namun, sebagian besar pertandingan mereka di Bundesliga menggunakannya.

Dengan formasi itu, second line Bayern bakal sangat agresif. Di kedua sayap sudah ada Ribery dan Costa. Di antara bayang-bayang Lewandowski, akan ada Mueller yang pergerakannya kerap tak terpetakan bek-bek lawan.

Thiago Alcantara dan Vidal bisa saling menutup jika di antara keduanya ingin membantu serangan.

Pep sendiri tidak terlalu memerdulikan status timnya sebagai tim favorit. “Tim favorit itu sudah banyak. Yang paling penting adalah kami menampilkan permainan terbaik,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA:

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!