Mari mencicipi 17 kopi terbaik Indonesia di Atlanta

Uni Lubis

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Mari mencicipi 17 kopi terbaik Indonesia di Atlanta

ANTARA FOTO

Indonesia menjadi negara potret atau peserta utama dalam ajang kopi spesial di AS. Pangsa pasar kopi di Indonesia baru 5,5 persen, bahkan kalah dibandingkan Vietnam.

JAKARTA, Indonesia – Di masa lalu, revolusi dimulai dengan perbincangan di kedai kopi.   Kedai kopi menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, tempat melepas penat sambil berbincang dari ujung barat sampai ke timur. 

Kebiasaan ini kian merebak, dan bisnis kedai kopi semakin marak di berbagai kota. Meningkatnya konsumsi kopi tentu peluang bagi pamor kopi asli Indonesia.  Pekan depan, 17 jenis kopi spesial (speciality coffee) asal Indonesia siap menjadi primadona di ajang Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 yang digelar di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.

Ketujuh belas kopi special itu terpilih sebagai kopi terbaik dari seluruh daerah penghasil kopi Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Dalam acara yang digelar pada 14-17 April ini, Indonesia dinobatkan sebagai negara potret (portrait country).  Ini kesempatan pertama dalam 28 tahun pagelaran SCAA.

“Kopi terbaik Indonesia akan menjadi sorotan utama lebih dari 12 ribu pengunjung SCAA Expo 2016. Sebagai negara potret, kita berharap dapat meningkatkan branding sebagai pemilik kopi terbaik di dunia yang lolos seleksi standar tinggi yang ditetapkan SCAA,” ujar Menteri Perdagangan Thomas Trikasih  Lembong pada konferensi pers bertajuk “Celebrating Indonesia as Portrait Country SCAA 2016” di Alun-Alun Indonesia, Grand Indonesia, pada hari Jumat, 8 April.

Bagi Indonesia, kopi merupakan komoditas yang sangat penting. Kopi telah menjadi sumber penghidupan bagi jutaan petani di Indonesia yang menghasilkan kopi yang dinikmati seluruh warga dunia. Tom menilai bahwa kopi juga menjadi minuman abad 21 yang telah menggerakkan produktivitas dan kreativitas di Sillicon Valley, AS, pusat inovasi teknologi komunikasi.

“Tidak semua negara bisa mendapat kesempatan ini, karena hanya negara penghasil kopi (grower) yang bisa menjadi negara potret,” kata Tom. 

Ketujuh belas specialty coffee telah diuji oleh Caswells Coffee yang bertindak sebagai kurator kopi. Lembaga ini merupakan satu-satunya laboratorium kopi di Indonesia yang tersertifikasi standar SCAA.

Ketujuh belas jenis speciality coffee yang lolos kurasi dengan cupping score lebih besar dari 83,5 adalah jenis Gunung Puntang, Mekar Wangi, Manggarai, Malabar Honey, Atu Lintang, Toraja Sapan, Bluemoon Organic, Gayo Organic, Java Cibeber, Kopi Catur Washed, West Java Pasundan Honey, Arabica Toraja, Flores Golewa, Redelong, Preanger Weninggalih, Flores Ende, dan Java Temanggung.  Jenis Gunung Puntang mendapatkan skor 86,25 dan menjadi speciality coffee Indonesia paling direkomendasikan.

Dalam lelang kopi internasional sebelumnya biasanya kopi Gayo Aceh dan Flores Bajawa menjadi andalan Indonesia.

Pada pameran SCAA nanti, pengunjung dapat menghampiri Paviliun Indonesia yang menampilkan 17 kopi khas indonesia tersebut. Pengunjung dapat mencicipi rasa yang variatif dari kopi yang dihasilkan lima pulau penghasil kopi terbaik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera, Bali, Flores, dan Sulawesi.  

Kontrak Pembelian Kopi US$ 18 Juta

Eksotisme kopi Indonesia terbukti menarik pembelian specialty coffee oleh Royal Coffee USA. Pada 15 April 2016, perusahaan Amerika itu  menyiapkan kesepakatan  pembelian kopi dari Indonesia  senilai US$  18 juta. Memorandum of Understanding  (MoU) akan ditandatangani Royal Coffee USA dengan beberapa eksportir kopi Indonesia, yaitu PT. Indokom Citra Persada, PT. Mandago, PT. Ihtiyeri Keti Ara, dan CV. Yudiputra di ajang SCAA. 

Mendag Tom memandang keunikan kopi Indonesia sebagai keunggulan. “Keanekaragaman hayati Indonesia memberikan banyak kontribusi bagi lahirnya kekayaan biji kopi yang layak disebut specialty coffee. Masing-masing memiliki cita rasa yang unik, seperti jenis Gunung Puntang yang memiliki kombinasi cita rasa floral dan buah tropis. Keunikan dan keanekaragaman inilah yang akan kita promosikan kepada dunia,” ujar Tom.

Pada ajang prestisius SCAA itu, Indonesia juga akan tampil pada seri pengenalan kopi, dengan menampilkan tiga orang pembicara, yaitu Q grader instructor dari Caswells Coffee, Resianri Triane, yang akan membicarakan tema “Revealing the Indonesian Coffee Character and Uniqueness”. 

Pembicara ke-2 adalah petani kopi di Sumatera Utara, yaitu Leo Purba yang berbicara mengenai “Exploring Semi Wash Process and Farmers Challenge in Facing The Global Markets”. Pembicara ke-3 adalah mantan Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia Tuti Mochtar yang mengusung tema “Woman in Coffee”.

Ekspor Kopi Meningkat 15,21 persen

Berdasarkan data yang dilansir UN Comtrade, pada 2014, AS mengimpor kopi dari dunia sebesar US$ 5,88 miliar atau setara 19,10 persen dari total impor dunia. Nilai tersebut meningkat 10,48 persen dibanding tahun sebelumnya.  Sebanyak  81,23 persen merupakan kopi biji tidak digongseng tidak dihilangkan kafeinnya (HS 090111 coffee, not roasted, not decaffeinated),  10,15 persen merupakan biji kopi digongseng (HS 090121 coffee, roasted, not decaffeinated); dan 7,66 persen kopi biji tidak digongseng tanpa kafein (HS 090112 coffee, not roasted, decaffeinated).  

Pada 2015, nilai ekspor kopi Indonesia ke dunia tercatat US$ 1,19 miliar atau meningkat 15,21 persen jika dibanding periode yang sama pada 2014. Dari nilai tersebut, AS masih tetap menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan nilai US$ 281,15 juta (pangsa 23,47 persen).

Selanjutnya disusul Jepang dengan nilai  ekspor US$  104,96 juta (pangsa 8,7 persen), Jerman dengan nilai US$  88,4 juta (pangsa 7,4 persen), Italia dengan nilai US$ 84 juta (pangsa 7 persen), dan Malaysia dengan nilai US$ 70,8 juta (pangsa 5,9 persen). 

Ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh kopi biji tidak digongseng tidak dihilangkan kafeinnya sebesar 99,97 persen  (HS 090111 coffee, not roasted, not decaffeinated). Sedangkan ekspor biji kopi digongseng ke AS hanya sebesar 0,03 persen (HS 090121 coffee, roasted, not decaffeinated). 

Saat ini, pangsa pasar kopi Indonesia di pasar AS sebesar 5,5 persen atau urutan ke-6 di bawah Brasil, Kolombia, Vietnam, Kanada, dan Guatemala. 

Menurut International Coffee Organization, Indonesia menduduki urutan ke-4 sebagai produsen kopi terbesar di dunia pada 2014 dengan perkiraan produksi mencapai 622 ribu metrik ton per tahun. Indonesia juga dikenal memiliki varian kopi terbanyak dengan jumlah hampir 100 jenis varian kopi arabika yang dikenal sejak tahun 1699.

Beberapa yang terkenal antara lain Sumatra Lintong, Sumatra Solok Minang, Java Preanger, Java Ijen Raung, Java Estate, Sulawesi Toraja, dan Papua Wamena – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!