Indonesia

Mimpi Rio Haryanto kini jadi nyata

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Beragam cerita dari Rio Haryanto. Mulai dari masa kecil, awal karir di dunia balap, hobi dan sosok Rio di mata orang terdekat.

This compilation was migrated from our archives

Visit the archived version to read the full article.

JAKARTA, Indonesia – Lahir di Solo, Jawa Tengah, pada 22 Januari 1993, Rio Haryanto merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, buah hati pasangan Sinyo Haryanto dan Indah Pennywati.

Penampilan Rio di masa kecil sedikit berbeda dengan yang kita lihat sekarang. Jika saat ini Rio terlihat tegap dan gagah, Rio kecil cenderung gemuk dan berpipi chubby.

Rio kecil suka makan, suka tidur, dan merupakan orang yang menyenangkan.

Bakat balap Rio turun dari sang ayah yang merupakan pembalap nasional di masa mudanya. Kedua kakaknya, Roy Haryanto dan Ryan Haryanto, juga menekuni bidang yang sama.

Mulai tertarik pada dunia balap sejak usia 6 tahun, Rio sempat mengalami kecelakaan yang menyebabkan luka di tangan kanannya.

Dalam wawancara bersama Marissa Anita di NET TV, Rio mengungkapkan kisah tersebut.

“Saat itu saya masih kecil sekali. Masih umur enam tahun. Saat sedang latihan go-kart di sebuah parkiran di Solo, tiba-tiba ada motor pembalap liar yang masuk ke sirkuit, lalu terjadilah kecelakaan,” kata Rio.

Karena kecelakaan tersebut, Rio sempat patah tulang pada bagian siku di tangan kanannya dan berbekas hingga sekarang.

Namun kecelakaan tersebut tidak membuat Rio trauma. Rio kecil justru ingin menjadi lebih baik lagi.

Sang ibunda, Indah Pennywati, pun sering kali khawatir dengan putra bungsunya tersebut. Oleh karena itu, Indah dan Sinyo selalu mendampingi Rio di setiap balapan dan mendoakan agar Rio selalu diberikan keselamatan. 

Karir Rio di dunia balap mobil

Rio Haryanto bersama timnya usai finish pertama pada Race 2 di Silverstone, Inggris, 5 Juli 2015. Foto oleh Kedutaan Besar RI di Inggris     

Setelah mengikuti beragam kompetisi go-kart sejak 1999, jalan Rio menuju Formula 1 tidaklah mudah. Di usia 13 tahun, Rio mulai serius meniti karirnya di dunia balap mobil.

Nama Rio mulai dikenal saat ia menjuarai Asian Karting Open Championship pada 2006.

Dua tahun kemudian, Rio mulai tampil dalam kompetisi yang bernaung di bawah payung Formula 1. Untuk pertama kalinya pada 2008, ia mengikuti ajang Formula Asia 2.0. Saat itu usianya baru 15 tahun.

Penampilannya sangat memukau. Pada musim pertamanya, Rio berhasil meraih posisi ketiga, hasil dari satu kemenangan dan tujuh podium.

Ia pun mengikuti sejumlah ajang balapan di musim berikutnya, antara lain Asian Formula Renault Challenge, Formula BMW Europe, dan Australian Driver’s Championship.

Prestasinya patut dibanggakan. Dalam Formula BMW Europe, Rio berhasil meraih 12 podium, termasuk sebelas kemenangan, dari total 15 balapan dalam kompetisi tersebut.

Pada 2010, Rio memulai koneksinya dengan tim asal Inggris, Manor Racing. Pada tahun yang sama, Rio memulai karirnya di ajang balap mobil yang sebenarnya, GP3.

GP3 merupakan kompetisi penyuplai pembalap yang akan bertarung di GP2, sementara GP2 adalah kompetisi balap mobil yang derajatnya tepat di bawah Formula 1.

Pada tahun pertamanya di GP3, Rio kembali tampil cemerlang. Dengan menyelesaikan kompetisi di posisi lima, ia menjadi pebalap Manor dengan capaian terbaik di musim tersebut.

Berkat prestasinya, Rio dipanggil untuk mencoba mobil Formula 1 milik Marussia Virgin Racing di Abu Dhabi, dan menjadi pembalap Indonesia pertama sekaligus termuda di dunia yang mendapatkan kesempatan tersebut. 

Setelah dua tahun di GP3, Rio memutuskan untuk naik tingkat ke GP2 pada musim 2012. Bersama tim Carlin, musim pertama Rio tidak mudah. Ia hanya mampu menyelesaikan musim di posisi 14.

Pada 2013 Rio pindah ke tim Barwa Addax dan 2014 ke tim EQ8 Caterham, namun hasil yang didapatkan juga belum memuaskan.

Di tahun keempatnya, pada 2015, Rio mulai menunjukkan talentanya yang sebenarnya. Bersama tim Campos, Rio berhasil meraih lima podium, termasuk tiga di antaranya berada di posisi puncak.

Rio terus bersaing ketat dengan pembalap Rusia, Sergey Sirotkin, namun di akhir musim, ia harus puas berada di posisi keempat dengan selisih hanya satu angka.

Bekal tersebut yang kemudian memuluskan jalan Rio menuju kasta tertinggi kompetisi balap mobil dunia, Formula 1.

Selengkapnya bisa dibaca di sini. 

Kesukaan Rio Haryanto

Rio Haryanto berpose usai jumpa pers di Jakarta, pada 14 Maret 2016. Foto oleh M Agung Rajasa/Antara      

Dalam wawancara bersama NET TV, juga terungkap bahwa Rio punya boneka berbentuk ikan lumba-lumba yang selalu setia menjadi guling di setiap tidurnya.

“Boneka ikan has the right size untuk jadi teman tidur,” ungkap Rio diselingi tawa.

Pembalap 23 tahun ini juga terkenal gemar memasak. Lebih banyak menghabiskan waktunya di luar negeri tanpa bantuan orang tua dan asisten rumah tangga, mengharuskan Rio memasak untuk memenuhi kebutuhannya.

Apalagi, sebagai seorang pembalap yang membutuh stamina yang kuat, pola makan Rio juga dipantau dengan ketat oleh seorang ahli gizi dan mengharuskannya mengonsumsi makanan sesuai yang diperbolehkan. Oleh karena itu, memasak merupakan salah satu hal yang sering Rio lakukan di waktu luang.

Rio juga hobi bermain golf sebagai refreshing sekaligus meningkatkan perhitungan, stamina, dan pengelolaan mentalnya. Selain itu, Rio juga konsisten menjaga kebugaran dengan pergi ke-gym.

Sebagai pembalap, Rio pun punya sosok seprofesi yang ia jadikan panutan.

Ia mengidolakan pembalap asal Brasil, Ayrton Senna, yang pernah menjadi juara dunia Formula 1 pada 1988, 1990, 1991. Senna tewas dalam kecelakaan tragis di San Marino, Italia pada 2004.

Selain prestasinya sebagai pembalap, Rio juga kagum pada sosok Senna yang mampu memberikan harapan baru bagi masyarakat Brasil yang pada saat itu sedang mengalami krisis.

Senna juga dikenal memiliki sikap dermawan. Dia mempunyai yayasan bernama The Ayrton Senna Foundation yang fokus untuk membantu anak-anak kurang mampu di Brasil.

Rio Haryanto menurut orang di sekitarnya

Warga Solo membubuhkan tanda tangan dalam aksi solidaritas dan dukungan untuk Rio Haryanto, pada 20 Maret 2016. Foto oleh Maulana Surya/Antara     

VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, yang telah mengenal dan berinteraksi dengan Rio dalam satu tahun terakhir mengaku salut dengan sosok Rio yang punya tekad kuat dan tetap rendah hati.

“Yang saya paling terkesan adalah dia adalah pemuda yang santun, dia juga anaknya kalem, tidak terlalu banyak bicara. Tapi ternyata di balik itu dia punya tekad yang sangat kuat dan dedikasi dalam pekerjaannya,” kata Wianda kepada Rappler.

Menurut Wianda, Rio berlatih setiap hari. Sejak bercita-cita untuk masuk F1, Rio tidak pernah putus asa mencoba dengan berbagai cara. Dia juga terus meningkatkan diri sendiri, sampai akhirnya bisa menembus F1.

“Saya sangat kagum dengan pribadinya Rio. Dia adalah contoh nyata bagaimana mewujudkan suatu mimpi yang jadi kenyataan. Jadi dia benar-benar mewujudkan apa yang dia cita-citakan,” ujarnya.

Wianda juga mengaku tidak melihat perubahan dalam diri Rio meskipun tahun ini ia berhasil menjadi pebalap Indonesia pertama yang mampu menembus Formula 1.

“Rio tetap pemuda yang rendah hati dan ramah kepada setiap orang.”

Pertamina, selaku sponsor utama, berharap ke depannya Rio dapat terus meningkatkan prestasinya dan terus fokus untuk balapan dengan baik.

“Saya berharap Rio benar-benar bisa mewujudkan cita-citanya. Kalau untuk tahun ini, target kita bersama adalah bisa menyelesaikan keseluruhan race pada 21 race yang ada pada musim ini,” ujar Wianda.

“Kemudian Rio juga diberikan kemudahan dan keselamatan dalam setiap kegiatan yang dilakukan, termasuk kita sebagai Pertamina bisa mendukung Rio secara maksimal dengan dukungan yang selama ini kita berikan.”

Serupa dengan Wianda, juru bicara Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot Dewa Broto yang berinteraksi secara intensif dengan Rio mulai November 2015 lalu juga mengenal sosok Rio sebagai orang yang rendah hati.

“Sangat humble, sangat wise untuk seusianya, meskipun membawa segudang prestasi internasional, tidak ada kesan sombong. Overall itu adalah tipikal pemuda yang sangat berprestasi, sangat baik, dan bisa menjadi role model,” katanya.

Gatot juga berharap agar Rio Haryanto dapat terus mengukir prestasi di kancah internasional.

“Harapannya bisa mencapai prestasi seperti yang dia dan pemerintah Indonesia harapkan.”—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!