Tradisi Ramadan di Masjid Istiqlal: Ribuan makanan berbuka disajikan gratis

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Tradisi Ramadan di Masjid Istiqlal: Ribuan makanan berbuka disajikan gratis
Selama satu bulan, pengelola Masjid Istiqlal menghabiskan biaya sekitar Rp 2 miliar untuk menyiapkan 3.000 makanan untuk berbuka dan 1.000 makanan untuk sahur.

JAKARTA, Indonesia – Ratusan umat Muslim terlihat memadati Masjid Istiqlal di hari pertama berbuka puasa, pada Senin, 6 Juni sejak sore hari. Rappler tiba di masjid terbesar di kawasan Asia Tenggara itu pada pukul 17:00 WIB, tetapi sudah langsung diminta naik ke lantai dua untuk siap-siap berbuka puasa.

“Silahkan naik ke atas ya, Mbak. Yang perempuan di sisi sebelah kanan, sedangkan laki-laki di sisi sebelah kiri,” ujar seorang petugas di masjid yang resmi dibuka sejak tahun 1978 lalu.

Umat Muslim duduk saling berhadap-hadapan dan membentuk barisan memanjang secara horizontal. Petugas kemudian mulai membagikan kotak makan kepada jemaah untuk berbuka puasa. Sambil menunggu untuk berbuka, sang imam meminta mereka untuk berzikir.

Jumlah jemaah yang mendatangi masjid yang memiliki lima lantai itu semakin banyak jelang waktu berbuka tiba. Tak berapa lama, terdengar suara bedug yang dipukul dan alunan adzan. Satu hari untuk berpuasa telah selesai dilalui.

Berikut video laporan Rappler langsung ketika berbuka puasa:

 

Menurut Kepala Protokol Masjid Istqlal, Abu Hurairah Abdul Salam, kegiatan membagikan makanan kepada umat Muslim di bulan Ramadan sudah menjadi tradisi.

“Pada hari ini, total jemaah yang berbuka puasa mencapai hampir 3.000 orang. Sementara, jumlah paket untuk berbuka puasa mencapai 3.000. Tapi, tergantung harinya juga, hari ini (jemaah) terhitung cukup banyak karena anak sekolah masih libur,” ujar Hurairah yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Senin malam, 6 Juni.

Kemungkin, di saat anak-anak kembali bersekolah, jumlah jemaah yang berbuka puasa akan turun menjadi 2.500 orang. Untuk menyediakan ribuan paket makanan, Hurairah menyebut penyelenggara bekerja sama dengan Rumah Makan Sederhana dan menyajikan menu masakan Padang.

“Kalau sebelumnya, kami memasak sendiri di dapur masjid. Sekarang tinggal terima jadi,” tutur dia.

Lalu, bagaimana untuk sahur? Hurairah menyebut sahur baru disajikan di hari ke-21 hingga hari ke-30. Total, ada 1.000 paket makanan yang siap dibagikan. Pihak pengelola Masjid Istiqlal mengaku juga bekerja sama dengan Rumah Makan Sederhana.

MENU BUKA PUASA. Sekitar 3.000 paket buka puasa disiapkan pengelola Masjid Istiqlal selama bulan Ramadan. Foto oleh Zachary Lee/Rappler

Hurairah menjelaskan untuk bisa merealisasikan sekitar 4.000 makanan itu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dia menyebut ada sekitar Rp 2 miliar yang dihabiskan untuk berbuka puasa dan sahur bersama.

“Dana itu diperoleh dari dana sumbangan masyarakat yang setiap minggu rata-rata bisa mencapai Rp 100 juta. Karena ini sumbangan masyarakat, maka kembali lagi ke mereka dalam bentuk ini,” tutur dia.

Bantuan juga akan diberikan dari Uni Emirat Arab. Rencananya dua organisasi dari sana akan ikut memberikan bantuan berupa paket makanan selama 4 hari di bulan Ramadan. Mengenai tanggal pembagian, Hurairah menjelaskan, itu diserahkan kepada organisasi tersebut.

Setelah berbuka puasa, jemaah biasanya diarahkan untuk salat tarawih.

Pembagian tidak merata

Tetapi, buka puasa di Masjid Istiqlal tidak selalu diwarnai kebahagiaan. Umat Muslim yang mengaku sengaja datang dan berbuka puasa di sana justru mengaku kecewa karena tidak mendapat makanan.

“Suami saya tidak dapat kotak makan. Padahal, kami sengaja datang kemari karena melihat di televisi ada koki dan makanannya beragam,” ujar Wilianti yang ikut serta mengajak putrinya Pricilla Azahra.

Alhasil jatah sisa makanan putrinya disantap oleh suaminya.

“Kok bisa begini ya? Apa karena kesalahan dari panitia?” tanya Wilianti yang datang dengan dibonceng motor dari daerah Tanah Abang.

TIDAK RATA. Salah satu warga yang datang untuk berbuka puasa, Wilianti mengaku suaminya tidak mendapatkan makanan berbuka saat berkunjung ke Masjid Istiqlal. Foto oleh Zachary Lee/Rappler

Dia menyebut jumlah sumbangan yang sempat digembar-gemborkan tersebut tidak sesuai, karena tidak semua orang menikmati paket berbuka puasa gratis. Alhasil, dia kapok dan tidak ingin kembali untuk berbuka puasa di Masjid Istiqlal. Wilianti mengaku akan mencari masjid lain yang membagi makanan secara merata.

“Saya bingungnya itu, di saat suami saya enggak dapat makanan, tetapi ada satu orang bisa membawa hingga 5 nasi kotak,” tuturnya.

Jemaah lainnya, Syahrul Muchtar justru mengaku bersyukur bisa berbuka puasa di Masjid Istiqlal. Syahrul yang datang bersama rekannya Firman sengaja mampir ke Istiqlal karena dekat dari tempat pelatihan pendidikan di sebuah kampus di kawasan Tugu Tani.

“Kalau kembali ke kostan yang berada di kawasan Kalibata, kami khawatir tidak akan sempat mengejar waktu berbuka. Jadi, setelah kembali dari kampus jam 17:00 kami langsung naik kereta ke sini,” tutur Syahrul yang mengaku berasal dari Makassar ketika ditemui Rappler.

Firman yang berasal dari Parepare merasa menu berbuka puasa di Masjid Istiqlal dikatakan lebih dari cukup. Sebab, di daerah tempatnya tinggal di Sulawesi Selatan, mereka hanya diberi kue jika berbuka puasa di masjid.

“Jadi, di sini malah diberikan makanan berat dan menunya langsung nasi,” tutur Firman yang tengah menyelesaikan pendidikan di bidang perbankan selama 6 bulan.

Hurairah mengakui memang ada jemaah yang membawa pulang lebih dari satu kotak makan untuk keluarga yang ada di rumah. Padahal, idealnya mereka mengkonsumsi di masjid lalu dilanjutkan dengan salat tarawih.

“Idealnya satu orang hanya boleh mengambil satu kotak makan. Kalau pun ada yang mengambil lebih dari satu kotak, biasanya mereka adalah petugas keamanan dan kebersihan yang membawakan untuk rekannya,” kata dia.

Tetapi, Hurairah menyebut sulit jika petugasnya harus memantau satu demi satu orang-orang tersebut. Sebab, jumlah petugas di masjid terbatas.

Di saat yang sama, Hurairah menyesalkan sikap jemaah yang malah memilih pulang setelah berbuka puasa.

“Panitia semula berharap, usai berbuka mereka menunggu hingga ceramah selesai lalu salat,” tutur Hurairah.

Saksi bisu para pemimpin beribadah

SALAT TARAWIH. Umat muslim mengikuti salat tarawih pertama bulan Ramadan 1437 H di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Minggu, 5 Juni. Foto oleh Sigid Kurniawan/ANTARA

Di saat jemaah memilih pulang, penjagaan di pintu masuk Masjid Istiqlal terlihat diperketat. Rupanya, Presiden Joko “Jokowi” Widodo tiba-tiba datang ke masjid dan menunaikan ibadah salat tarawih. Dengan mengenakan kemeja gamis berwarna putih, Jokowi duduk di barisan paling depan tanpa memberikan ceramah apa pun.

Keberadaan Masjid Istiqlal di Jalan Taman Wijaya Kusuma itu memang sudah menjadi saksi bisu bagi 7 Presiden untuk menunaikan ibadah. Masjid Istiqlal juga kerap dijadikan lokasi berkunjung bagi para pemimpin dunia ketika ke Indonesia. Salah satunya adalah Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada tahun 2010.

Dalam sebuah wawancara dengan media, Imam Besar Masjid Istiqlal, Almarhum Ali Mustafa Yaqub yang ketika itu menerima Obama menyampaikan bangunan fisik masjid mengandung makna khusus. Terdapat hubungan antara Islam dengan kebudayaan. Khusus, untuk Masjid Istiqlal, unsur budaya disimbolkan dengan bedug.

“Jadi, saya katakan, Islam datang tidak untuk menghilangkan budaya-budaya lokal. Bahkan, bisa saja budaya lokal itu bersinergi dengan Islam. Contohnya, bedug bisa masuk masjid,” ujar Yaqub di tahun 2010 lalu kepada media.

Imam yang meninggal pada bulan April lalu itu turut menjelaskan di seberang masjid terdapat gereja katolik yang terkenal, Katedral. Keberadaan dua rumah ibadah dan berdekatan menggambarkan toleransi beragama di Indonesia.

“Saya katakan kepada dia, kedua rumah ibadah itu tidak hanya menjadi simbol saja tetapi juga kerja sama. Umat Katolik yang tidak mendapat lahan parkir saat akan gereja, bisa memarkirkan kendaraan mereka di Istiqlal,” tutur Yaqub.

Ketika mendengarkan hal tersebut, Yaqub menyebut Obama begitu terkesan. Obama juga terkejut ketika mengetahui Masjid Istiqlal sanggup menampung 200 ribu umat Muslim.

“Saya menyebut masjid ini kedua terbesar di dunia setelah Masjidil Haram di Mekah,” tutur dia. – Rappler.com

BACA JUGA: 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!