Aktivis tolak reklamasi dipukul dan dilarang hadiri Pesta Kesenian Bali

Bobby Andalan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Aktivis tolak reklamasi dipukul dan dilarang hadiri Pesta Kesenian Bali
Tidak hanya pengusiran, tetapi juga terjadi aksi pemukulan terhadap aktivis lingkungan tolak reklamasi Teluk Benoa di Bali

BALI, Indonesia — Kehadiran Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 dinodai oleh tindakan represif aparat terhadap warga yang hendak ingin menonton. 

Tidak hanya pengusiran, tetapi juga terjadi aksi pemukulan terhadap dua aktivis lingkungan saat acara berlangsung di Lapangan Niti Mandala Renon, Sabtu, 11 Juni.

Warga yang mendapat intimidasi adalah mereka yang memakai baju bertuliskan “Bali Tolak Reklamasi”. Mereka datang ke lokasi saat Jokowi tengah berpidato. 

Endra Dinatha, misalnya, dihentikan aparat untuk masuk ke arena lebih jauh lantaran ia memakai kaus yang bertuliskan “Bali Tolak Reklamasi”.

“Tiba-tiba aparat menghentikan saya dan melarang saya masuk ke dalam untuk melihat pertunjukan karena saya memakai kaus tolak reklamasi,” kata Endra.

Hal serupa juga dialami oleh Agus Saskara. Aparat yang mengenakan baju bertuliskan “Turn Back Crime” itu memaksa Agus untuk membuka jaketnya. Agus yang mengenakan pakaian bertuliskan “Desa Pekraman Denpasar Tolak Reklamasi” diminta kembali ke rumah untuk mengganti bajunya. 

“Kalau sudah ganti baju, baru saya boleh menonton,” ucap Agus.

“Saya sangat menyesalkan tindakan aparat tersebut. Masa gara-gara baju saja, saya dilarang menonton,” ujarnya. 

Tak hanya sekadar mengusir, bahkan aksi pemukulan pun menimpa aktivis ForBALI, yang gencar menolak reklamasi Teluk Benoa. Mereka di antaranya adalah pengacara publik Wayan Adi Sumiarta dan Direktur Eksekutif WALHI Bali, Suriadi Darmoko.

Suriadi mengatakan, usai berdebat dengan seorang pria yang diduga aparat, tiba-tiba terjadi aksi saling dorong mendorong. Saat itulah rahangnya dipukul. 

“Awalnya kami didorong-dorong. Ketika saya berusaha menghindar agar tidak terjatuh akibat dorongan itu, tiba-tiba rahang kanan saya dipukul hingga saya jatuh tersungkur,” aku Suriadi.

Ia mengaku sempat mempertanyakan alasan larangan menggunakan kaus Bali Tolak Reklamasi. Menurutnya, tidak ada alasan yang jelas soal larangan menggunakan kaus tersebut. Karena itu, ia pun tetap bertahan dengan argumennya. 

“Kenapa saya menduga yang memukul saya adalah aparat berpakaian preman, karena mereka selalu mengatakan atas perintah atasan setiap melarang kita menggunakan baju Tolak Reklamasi,” kata Suriadi.

Ia mengalami pukulan di bagian rahang kanannya, sedangkan Adi Sumiarta mengalami pukulan sebanyak 3 kali dari belakang di bagian tengkuk kirinya. 

“Saya tidak melihat wajahnya. Tapi dari video dan foto yang tersebar, polisi setidaknya bisa mengetahuinya,” ujar Adi.

Sementara itu, Koordinator ForBALI, Wayan Gendo Suardana, menyesali tindakan yang dilakukan terhadap warga dan aktivis yang ingin menonton PKB kemarin. 

“Ini kejadian paling lucu tahun 2016. Penguasa ketakutan dengan baliho dan kaus Tolak Reklamasi,” kata Gendo.

Gendo sendiri termasuk orang yang diminta untuk mengganti baju jika ingin menyaksikan pawai PKB. “Padahal ini kan pesta rakyat, enggak ada pengumuman apa pun terkait ketentuan berpakaian. Ini kaus biasa saja. Parahnya dan saking parno-nya, aktivis dipukuli sampai tersungkur,” ujarnya. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!