5 hal tentang pelaku penembakan Orlando, Omar Mateen

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

5 hal tentang pelaku penembakan Orlando, Omar Mateen
Hal-hal yang kamu perlu tahu tentang Omar Mateen, pelaku penembakan di klub gay Pulse, Orlando, Amerika Serikat. Bukan sekali ini ia melakukan kekerasan.

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) — Terjadi penembakan massal di klub malam komunitas LGBT bernama Pulse yang berlokasi di Orlando, Amerika Serikat, pada Minggu, 12 Juni, dini hari waktu setempat.

Serangan fatal ini menewaskan 50 orang dan 53 lainnya luka-luka. Angka kematian diduga masih bisa meningkat lantaran banyak korban luka berada dalam kondisi kritis. Insiden ini disebut sebagai serangan massal terbesar di Amerika Serikat.

Pelaku yang membawa senapan serang AR 15 dan sepucuk pistol ini akhirnya tewas ditembak oleh aparat keamanan. Akhirnya, ia teridentifikasi sebagai Omar Mir Seddique Mateen, pria keturunan Afghanistan yang lahir dan besar di Amerika.

(BACA: Identitas pelaku penembakan massal di Orlando terungkap)

Sebelum serangan ini, rupanya ia sudah beberapa kali terlibat kasus. Berikut 5 hal yang perlu kamu tahu tentang Mateen:

1. Menelepon 911 untuk baiat

Saat melakukan serangan pada Minggu dini hari, sekitar pukul 2 pagi, Mateen menelepon 911 dan mendeklarasikan diri setia pada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurut aparat penegak hukum, ia menelepon setelah memulai serangan.

Hal ini sekaligus dibenarkan oleh ISIS berjam-jam kemudian, yang langsung mengklaim serangan tersebut sebagai tanggung jawabnya. Lewat telegram dan majalah resminya Amaq, mereka menulis, “Serangan ini dilakukan oleh petarung ISIS.”

Meski demikian, pihak kepolisian mengatakan tak ada indikasi Mateen pernah berkontak langsung dengan kelompok radikal ekstremis ini. Mateen tidak menerima pelatihan ataupun instruksi dari ISIS.

Hal ini memang umum terjadi dalam penyerangan di Amerika. Para “pejuang” biasanya menyatakan kesetiaan pada ISIS, namun tidak pernah berkontak langsung.

2. Pernah dipanggil FBI

Mateen pernah dua kali dipanggil oleh Biro Federal Investigasi (FBI), pada 2013 dan 2014. Saat itu, ia membuat komentar provokatif ke rekan kerjanya. “Ia mengindikasikan ada ikatan dengan kelompok teroris,” kata agen khusus FBI, Ronald Hopper.

Pada 2014, ia kembali dipanggil FBI karena ada kemungkinan relasi dengan warga Amerika yang menjadi pelaku bom bunuh di Suriah Moner Mohammad Abu-Salha. Namun, kedua kasus ini langsung ditutup karena keterangan Mateen karena tidak berhubungan.

“Kami menyimpulkan keduanya minim kontak, dan tidak ada hubungan yang mengancam pada saat itu,” kata Hopper.

Bagaimanapun juga, Mateen adalah satu dari ratusan orang yang dipantau FBI karena diduga simpatisan ISIS.

3. Terindikasi gay?

Keluarga Mateen mengatakan pria 29 tahun ini memang memiliki kebencian pada kaum homoseksual. “Setelah melihat dua pria berciuman di Miami, Mateen langsung mengamuk kepada ayahnya,” kata aparat.

Hal ini diduga menjadi dasarnya menyerang klub Pulse, yang memang terkenal sebagai tempat kaum homoseksual bersenang-senang. Secara khusus, Mateen menyewa mobil dan menyetir ke Orlando untuk menembaki orang-orang di Pulse.

Namun, hal ini tidak tampak saat ia bekerja di toko suplemen GNC. Di situ, ia bertemu dengan kawan SMA-nya, Samuel King, yang mengakui diri sebagai gay.

“Saat itu, ia masih bersikap ramah dan tidak menunjukkan kebencian. Selalu tersenyum dan menyapa,” kata King. Menurut dia, ada sesuatu yang berubah setelah ia terakhir bertemu Mateen pada 2009.

Meski demikian, baru terungkap dari kesaksian 4 pengunjung Pulse yang mengaku sering bertemu Mateen di klub tersebut. “Kadang ia datang dan duduk di pojok, minum sendirian. Kadang ia begitu mabuk hingga berisik dan kasar,” kata Ty Smith, salah satu pelanggan Pulse.

Ia mengira telah melihat Mateen belasan kali.

Sementara Kevin West, pelanggan lain, mengatakan pernah berinteraksi dengan Mateen lewat aplikasi kencan khusus kaum homoseksual Jack’d. Ada juga yang mengatakan mengenal Mateen lewat aplikasi serupa lainnya seperti Grindr dan Adam4Adam.

Bagaimanapun juga, belum bisa dipastikan apakah Mateen memang menyukai sesama jenis, atau hanya sedang melakukan riset untuk mempersiapkan serangan ini.

4. Terlibat KDRT

Sebelumnya, Mateen pernah menikah dengan Sitora Yusufiy dari Uzbekistan. Pernikahan itu tak bertahan lama, akibat kekerasan dalam rumah tangga.

“Mateen bersikap normal saat awal pernikahan, namun mulai berlaku kasar setelah beberapa bulan,” kata Yusufiy. Ia menduga mantan suaminya itu mengidap penyakit mental bipolar, meski tak pernah didiagnosis oleh dokter.

Mateen, menurut Yusufiy, bisa marah tanpa sebab. Ia juga sering memukuli, bahkan melarangnya bertemu dengan keluarga.

Pada akhirnya, keluarga Yusufiy harus menyelamatkan ia dari suami yang ditemui lewat media sosial ini. Saat itu, ia meninggalkan semua barangnya begitu saja dan kabur pada 2011.

“Bahkan keluarga saya harus menarik saya dari cengkeramannya, dan terbang dengan penerbangan darurat. Saya langsung membuat laporan polisi,” kata dia.

Di sisi lain, Yusify mengakui kalau Mateen sangat religius. Tetapi, menurut dia, hal ini tidak melatarbelakangi serangan ataupun tindakan anehnya.

5. Berlatih menembak

Menurut Yusufiy, Mateen pernah berlatih menembak. “Bersama teman-temannya yang petugas polisi, dan memiliki lisensi untuk memiliki pistol,” kata dia.

Mateen sendiri memang ingin menjadi petugas polisi, dan mendaftar ke akademi. Ia juga bekerja sebagai petugas pengawas di pusat rehabilitasi preman, yang dimanfaatkannya untuk mengumpulkan pengalaman.

Yusify mengakui kalau ia tak pernah melihat mantan suaminya berlatih. “Tapi saya yakin ia pergi ke tempat latihan menembak,” kata dia.

Menurut Departemen Agrikultur dan Servis Pelanggan Florida, Mateen memiliki lisensi pistol yang akan kadaluarsa pada September tahun depan.—Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!