Penyelenggara ArtJog terima sponsor Freeport karena kurang dana

Anang Zakaria

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Penyelenggara ArtJog terima sponsor Freeport karena kurang dana

ANTARA FOTO

Panitia ArtJog telah meminta maaf. Tetapi, mereka menjelaskan dana sponsor dibutuhkan untuk operasional panitia.

YOGYAKARTA, Indonesia – Penyelenggara acara seni ArtJog 2016 meminta maaf pada Senin, 13 Juni kepada berbagai pihak yang merasa tersakiti karena ikut menerima dana sponsor dari PT Freeport. Total dana sponsor yang mereka terima mencapai Rp 100 juta.

Pendiri acara ArtJog, Heri Pemad, mengatakan dukungan dana dari Freeport dilakukan atas kebutuhan pendanaan yang mendesak. Dana tersebut dipakai untuk operasional awal kerja penyelenggara.

“Bila tidak segera dipenuhi akan mengancam keberlangsungan ArtJog,” ujarnya. 

Namun, kebijakan panitia penyelenggara itu dikecam oleh komunitas seniman dan para aktivis lingkungan. Menurut mereka, panitia Artjog dinilai tak peka terhadap persoalan pelanggaaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan perusakan lingkungan di Papua. Padahal banyak karya seni yang dipamerkan bertema kemanusiaan, budaya, hingga sosial-politik.

ArtJog tahun ini sudah memasuki tahun ke-9 sejak digelar tahun 2008 lalu. Tetapi, pemerintah daerah baru memberikan bantuan pada tahun ini. Dinas Kebudayaan membantu pembiayaan untuk mencetak 1.225 eksemplar katalog pre-event dan pertunjukkan musik saat pembukaan ArtJog. Total biaya yang dikucurkan mencapai Rp 75 juta dan bersumber dari Dana Keistimewaan DIY.

“Uang tersebut tidak diberikan dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk kegiatan. Karena tidak ada lagi hibah dalam bentuk uang,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Umar Priyono.

Infrastruktur seni tak memadai

Kendati menjadi bursa seni terakbar di Indonesia, tetapi ArtJog digelar di area ruang pamer yang minim. Oleh sebab itu, pada ArtJog tahun ini penyelenggaraanya dipindah ke Jogja National Museum (JNM).

Heri Pemad mengakui untuk menemukan gedung ideal sebagai tempat penyelenggaraan ArtJog juga sulit. Akhirnya, dia memindahkan acara pertama kali ke JNM agar bisa disediakan ruang pamer yang layak. Panitia pun turut merenovasi gedung JNM.

“Kebutuhan infrastruktur yang utama itu gedung. Itu yang membuat kami tertatih-tatih,” tuturnya.

Tetapi, JNM dikelola oleh pihak swasta. Menantu Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubowono X, KPH Wironegoro tercatat sebagai Direktur Eksekutif JNM. Walaupun gedung tersebut milik pemda.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Umar Priyono kendati provinsi itu memiliki banyak potensi seni, tetapi ruang seni untuk memamerkannya tidak ada. Selama ini, komunitas seniman memamerkan karya di dua gedung milik pemerintah yakni Taman Budaya Yogyakarta dan gedung bekas kampus Akademi Seni Rupa Indonesia.

Tapi kondisi kedua infrastruktur itu pun belum bisa disebut ideal untuk kegiatan seni berskala besar.

Taman Budaya misalnya, kata Umar, ukuran pintunya terlalu kecil bagi akses karya-karya seni rupa berukuran besar. Plafonnya pun dinilai terlalu rendah. Padahal untuk mencapai hasil maksimal, gedung pameran seni harus dilihat dari berbagai sisi. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!