Masjid Jami’e Darussalam, oase di tengah kebisingan Jakarta

Sakinah Ummu Haniy

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Masjid Jami’e Darussalam, oase di tengah kebisingan Jakarta
Masjid Jami’e Darussalam merupakan karya Ridwan Kamil saat menjadi arsitek

JAKARTA, Indonesia — Sore itu, seperti biasa, lalu lintas di kawasan sekitar Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin, Jakarta, sangat padat. Menjelang waktu berbuka puasa, lalu lintas di pusat ibu kota Jakarta ini memang benar-benar menguji kesabaran.

Namun tak jauh dari lokasi kemacetan, tepatnya hanya 300 meter dari pusat perbelanjaan Grand Indonesia, terdapat sebuah bangunan masjid dengan arsitektur yang tidak biasa.

Masjid ini merupakan karya Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bersama Urbane, sebuah biro arsitektur yang bermarkas di Bandung, Jawa Barat. Proyek pembangunan Masjid Jami’e Darussalam ini dimulai pada 2012.

Di awal bulan Ramadan tahun ini, Ridwan Kamil, selaku arsitek masjid mungil nan indah ini, menyempatkan singgah ke Masjid Jami’e Darussalam setelah mengisi sebuah acara di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta.

Masjid ini merupakan ruislag, masjid yang dipindahkan dari tanah wakaf satu ke tanah wakaf yang lainnya.

Masjid Jami’e Darussalam awalnya berada di atas tanah wakaf di Jalan Kotabumi, sekitar 50 meter di belakang Plaza UOB. Namun, masjid tersebut sempat terkepung oleh tanah milik PT Putra Gaya Wahana dan masuk dalam peta proyek pembangunan.

Akhirnya, perusahaan tersebut mendapatkan izin dari Menteri Agama untuk menukar lokasi masjid ke tanah yang lebih luas di Jalan Kota Bumi Ujung, tak jauh dari lokasi semula.

Berbeda dengan masjid yang biasanya identik dengan kubah, Masjid Jami’e Darussalam yang terletak di Jalan Kotabumi Ujung, Kebon Melati, Jakarta Pusat, ini memiliki bangunan berbentuk segitiga.

Ruangan utamanya terletak bagian di atas, lengkap dengan mimbar dan dinding yang dipenuhi tulisan kaligrafi.

Dinding masjid yang berbentuk segitiga dipenuhi tulisan kaligrafi. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler.com

Desain yang unik ini pada awalnya sempat ditolak oleh pihak pengurus masjid. Pasalnya, bentuk segitiga dianggap tidak seperti masjid pada umumnya.

“Pada saat dikeluarkan gambar, di benak kita belum terima bentuknya seperti ini,” kata pengurus Masjid Jami’e Darussalam, H. Haris Maulana, kepada Rappler menjelang berbuka puasa pada Rabu, 15 Juni.

Namun karena Ridwan Kamil memberikan argumennya, akhirnya pihak pengembang dan pengurus masjid bersepakat untuk menerima desain yang diberikan.

“Pak Ridwan berargumen, kubah enggak cocok untuk di daerah tropis. Akhirnya dipakailah bentuk seperti ini, dengan kaligrafi Lailaahaillallah, dengan filosofi tertentu,” kata Haris.

“Tapi kita masih kekeuh juga, enggak terima. Akhirnya Pak Ridwan ngomong gini, ‘Kalau ente percaya sama yang ahlinya, serahin sama yang ahlinya,” kata Haris menirukan Ridwan.

Untuk membiayai operasional sehari-hari, masjid ini mengandalkan sistem wakaf produktif. Masjid Jami’e Darussalam memiliki ruangan yang bisa disewa untuk berbagai acara, ada pula ruko yang disediakan, namun saat ini masih belum terisi.

Selain itu, masjid juga memiliki warung kopi di bagian depan, serta bantuan dana dari perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar lokasi masjid.

Selama bulan Ramadan, masjid yang resmi dibuka pada 25 Juni 2015 ini menyediakan makanan dan minuman untuk berbuka puasa secara cuma-cuma.

Di bulan Ramadan 1437 Hijriyah, masjid menyediakan takjil secara cuma-cuma bagi jamaah yang ingin berbuka puasa. Foto oleh Sakinah Ummu Haniy/Rappler.com

“Untuk kegiatan Ramadan, kita ada takjil setiap hari. Ada sekitar 100 porsi,” ujar Haris.

Sebagian besar jamaah masjid adalah masyarakat yang bekerja di lokasi sekitar, sementara warga setempat tidak terlalu banyak.

“Kebanyakan pekerja sih, warga sini cuma 30 persen. Kalau buat hari-hari kerja, 70 persennya pekerja dan orang yang melintas.”

Simak hasil jalan-jalan Rappler di masjid berkapasitas 1.500 orang ini dalam video berikut:

 

—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!