Sivitas akademika ISI Yogyakarta desak kampus larang aktivitas Hizbut Tahrir

Anang Zakaria

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sivitas akademika ISI Yogyakarta desak kampus larang aktivitas Hizbut Tahrir

yaya ulya

Keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia di masjid kampus ISI dinilai mengancam kebebasan berekspresi dan berkesenian.

YOGYAKARTA, Indonesia – Sivitas akademika Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menyatakan penolakan mereka terhadap keberadaan organisasi massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada Jumat, 17 Juni di area kampus. Alasannya, organisasi itu dinilai telah dianggap mengancam kebebasan berekspresi dan berkesenian.

Pernyataan itu dipicu semakin menguatnya aktivitas HTI yang terpusat di masjid kampus, Al Mukhtar. Dalam aktivitasnya, HTI dinilai telah menyebarkan ideologi anti-demokrasi dan membatasi berkesenian. Sebagai contoh, pada Jumat pekan lalu, seorang khatib berceramah mengenai larangan menggambar dan membuat patung mahluk hidup.

Salah seorang alumni dan orator aksi, Yustoni Volunteero menilai larangan tersebut merupakan bentuk nyata hambatan dalam melakukan aktivitas seni dan keragaman.

“Justru dengan penyeragaman seni di kampus akan membawa dampak buruk di masyarakat. Kalau ada penyeragaman di ISI, maka bisa ada (penyeragaman) di Indonesia,” ujar Yustoni saat berorasi.

Isi larangan dalam khotbah hari Jumat pekan lalu dibenarkan oleh salah seorang pengajar seni patung di Fakultas Seni Rupa Murni, Rain Rosidi. Bahkan, beberapa koleganya yang merupakan pengajar dan seniman, serta berafiliasi dengan HTI mulai menerapkan larangan itu.

“Tapi, tidak sampai masuk ke kelas,” kata dia.

Oleh sebab itu, sivitas akademika membuat satu pernyataan sikap bersama yakni ISI Yogyakarta adalah perguruan tinggi yang kreatif dan inovatif.

“Kami juga mendorong pimpinan ISI Yogyakarta segera menerbitkan surat keputusan yang melarang aktivitas HTI di lingkungan kampus,” kata Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa ISI, Caki Arok Subagyo.

Sementara, Rektor ISI Yogyakarta, Agus Burhan mengatakan masuknya pengaruh HTI di kampus diakui sudah berlangsung sejak lama. Bahkan, sudah ada beberapa pengajar yang kini enggan mengampu mata kuliah menggambar manusia.

Agus menyebut segera mengeluarkan surat keputusan yang melarang kegiatan organisasi massa dan partai politik serta penyebaran ideologinya di kampus.

“(SK) ini tidak hanya untuk HTI saja,” ujar Agus.

Pihak rektorat, Agus melanjutkan juga telah melakukan restrukturisasi kepengurusan di Masjid Al-Mukhtar. Diharapkan dengan kebijakan itu, bisa mengembalikan fungsi masjid sebagai fasilitas ibadah yang netral bagi seluruh sivitas akademika.

Sementara, para pengajar yang melanggar kurikulum akan dijatuhi sanksi sesuai undang-undang guru dan dosen.

“Ini yang harus kami luruskan kembali,” kata dia.

Dikendalikan norma dan agama

Lalu, bagaimana tanggapan HTI mengenai penolakan dari sivitas akademika ISI? Juru bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto mengaku tidak paham apa yang sebenarnya dipersoalkan oleh ISI. Selama ini, kata Ismail, aktivitas HTI sudah berlangsung lama dan terbuka di Indonesia.

“Di Yogyakarta, aktivitas kami tidak terbatas hanya di ISI Yogya saja. Tetapi di kampus lainnya juga,” ujar Ismail yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Jumat, 17 Juni.

Menurut pandangan HTI, seni memang sudah seharusnya dikendalikan oleh norma dan agama. Ismail mengatakan, para dosen yang kini berafiliasi dengan HTI memiliki hak untuk menentukan sikap mereka dalam berkesenian.

“(Tapi) silakan diselesaikan sendiri dengan dosennya,” ujar Ismail ketika ditanya mengenai peluang dosen yang bergabung dengan HTI akan dijatuhi sanksi. – Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!