Pasca Brexit, akan ada referendum ulang?

JAKARTA, Indonesia—Sebanyak lebih dari 2 juta warga Britania Raya menandatangani petisi agar diadakan pemilihan ulang pada Sabtu, 25 Juni. Sebelumnya, hasil referendum menyatakan mayoritas warga menginginkan agar negaranya keluar dari keanggotaan di Uni Eropa. Berpisahnya Inggris dan UE mengakibatkan jatuhnya nilai tukar poundsterling dan ketidakstabilan ekonomi negara tersebut.

Setidaknya 2 juta orang telah menandatangani petisi yang disebarkan dalam situs resmi pemerintah meminta diadakannya Pemilu ulang. Jumlah tersebut 15 kali lipat lebih banyak daripada yang dibutuhkan agar sebuah isu diperbincangkan di parlemen.

Antusiasme warga sempat membuat situs petisi tersebut tidak bisa diakses untuk sementara. Sementara anggota parlemen telah menyatakan akan mulai membicarakan hasil petisi tersebut pada Selasa mendatang.

“Saya khawatir, sangat khawatir dengan masa depan anak-anak saya,” ujar seorang pekerja berusia 57 tahun di pusat kota London, Lindsey Brett. 

Banyak warga Britania Raya yang khawatir dengan isu imigrasi dan ketidakamanan keuangan, sepertinya kurang menghiraukan himbauan yang sebelumnya telah dikemukakan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Ia mengimbau kemungkinan terjadinya isolasi dan bencana ekonomi jika negaranya benar-benar keluar dari UE—yang ternyata diinginkan oleh mayoritas warga dalam referendum.

Pada Jumat, 24 Juni kemarin, Cameron telah mengumumkan pengunduran dirinya di bulan Oktober mendatang dan akan mempersilahkan penggantinya nanti memulai proses ‘perceraian’ dengan UE di bawah pasal 50 Perjanjian Lisbon, yang memberikan waktu dua tahun.

Negosiasi Brexit harus “cepat dan mulus”, ujar komisioner UE Pierre Moscovici kepada radio lokal. —Dengan laporan AFP/Rappler.com

BACA JUGA:

• Apa dampak Brexit bagi Indonesia?
• Yang perlu kamu ketahui tentang Brexit
• Brexit: Inggris memilih keluar dari Uni Eropa