SUMMARY
This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.
JAKARTA, Indonesia – Beberapa aktor serial Game of Thrones melupakan sejenak persoalan politik dan dendam mereka pada Jumat, 1 Juli 2016 lalu. Mereka mengunjungi 57 ribu orang pengungsi Suriah di Yunani.
Lena Headey (Cersei Lannister), Maisie Williams (Arya Stark), dan Liam Cunningham (Ser Davos Seaworth) diajak International Rescue Committee (IRC) ke kamp pengungsi di Lesbos dan 2 lokasi lainnya.
.@GameOfThrones‘ @Maisie_Williams @IAMLenaHeadey & @LiamCunningham1 are headed on a field trip with IRC- stay tuned!https://t.co/Egl7U0Csm6
— IRC Intl Rescue Comm (@theIRC) June 29, 2016
Di sana, Arya dan Cersei melupakan sejenak keinginan mereka untuk saling membunuh dan memilih bercakap-cakap dengan para pengungsi. Lena, pemeran sosok ratu yang kejam dan bengis, mendengarkan kisah seorang perempuan dengan 3 anak.
Ia terpisah dengan suaminya yang berada di Jerman, dan mengidap kanker. Dalam pernyataan tertulis, IRC mengatakan pasangan ini sudah tak bertemu selama 18 bulan lebih. “Karena proses pengurusan izin berjalan lambat dan terus diundur, mungkin ia harus menunggu 5-6 bulan lagi,” tulis mereka.
Sementara Maisie mendengarkan kisah dari Haya, remaja 13 tahun di tenda Cherso. Rupanya, ia ingin menjadi seorang artis. Menurut IRC, Haya sudah bermain dalam 3 pementasan di tenda pengungsi IRC.
“Mereka terjebak”
Dalam pernyataan resmi dari IRC, Lena mengatakan kalau para pengungsi ini cerdas, dan hanya ingin pulang ke rumah.”Mereka ingin kembali ke komunitas dan tempat tinggal mereka. Melanjutkan studi anak-anak mereka, ke universitas. Namun mereka terjebak,” kata dia.
It’s shames us all when we behave like it’s not our problem. It is. We can do better good people.
— lena headey (@IAMLenaHeadey) June 30, 2016
Ia juga melihat kesedihan yang amat sangat. “Kita bisa melakukan hal yang lebih baik, dan harus melakukan yang terbaik,” kata dia.
Maisie juga menyatakan hal serupa. Artis muda ini lebih menyoroti masa depan anak-anak yang terancam.
“Anak-anak dengan potensi begitu besar, harapan dan mimpi. Di mana kemanusiaan, yang justru membuat mereka menderita di kamp pengungsi -di Eropa?” kata dia.
Journey continues. @Maisie_Williams @IAMLenaHeadey & @LiamCunningham1 on visiting Lesbos w/ IRC. #RealmToTheRescuehttps://t.co/XLvkW9hzBQ
— IRC Intl Rescue Comm (@theIRC) June 30, 2016
Ser Davos -atau Liam -mengarahkan kritiknya pada para petinggi Uni Eropa. “Ini bukan gempa bumi, atau gelombang besar. Ini adalah krisis yang ditimbulkan manusia, 57 ribu orang terdampar di Yunani. Apakah ini standar Uni Eropa dalam menanggapi masalah pengungsi global?” kata dia.
Lokasi ini memang merupakan tempat bagi mereka yang terkena kebijakan “satu masuk satu keluar” antara UE dan Turki. Anggota UE, seperti Yunani, bisa mengirimkan pencari suaka ke Turki; sementara yang di Turki bisa mendapatkan rumah di Eropa.
Bagaimanapun juga, organisasi kemanusiaan menentang perjanjian ini. Karena, hak untuk bekerja, akses kesehatan dan pendidikan para pengungsi juga terancam.
Liam menyoroti para pengungsi yang berprofesi sebagai dokter kanker, hakim, dan orang sukses yang harus kehilangan semuanya karena perang. “Saya awalnya marah, tetapi setelah bertemu dengan mereka dan melihat apa yang telah terjadi, ini memalukan,” kata dia. – Rappler.com
BACA JUGA:
- Ditolak TNI AL, pengungsi Rohingya ditolong nelayan Aceh
- Kisah pilu pengungsi Rohingya Myanmar di Makassar
- Mesin rusak, kapal pengungsi Sri Lanka batal meninggalkan Aceh
Add a comment
How does this make you feel?
There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.