Perancis vs Islandia: Mengakhiri kejutan Strakamir Okkar

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Perancis vs Islandia: Mengakhiri kejutan Strakamir Okkar
Apakah kiprah Islandia akan berakhir di tangan Les Bleus?

JAKARTA, Indonesia – Salah satu kekuatan Islandia hingga mampu ke babak perempat final adalah karena lawan-lawannya tak pernah menganggapnya serius. Mereka tak sadar apa yang bisa dilakukan Aron Gunnarsson dan kawan-kawan.

Namun, di perempat final, faktor tersebut tak lagi berlaku. Didier Deschamps, pelatih timnas Perancis, tak bisa memperlakukan mereka sebagai tim debutan Euro 2016. Mereka adalah pembunuh raksasa.

Les Bleus bisa menjadi korban selanjutnya jika lengah dalam bentrok di Stadion Stade de France, Saint Denis, Senin, 4 Juli, pukul 02.00 dini hari WIB.

“Para pemain sadar bahwa Islandia bisa sampai sejauh ini bukan karena keberuntungan. Mereka layak dan mereka punya kualitas,” kata Deschamps seperti dikutip UEFA.com.

Salah satu kemampuan tim berjuluk Strakamir Okkar tersebut yang masuk dalam radar Deschamps adalah dalam hal lemparan ke dalam. Pemain Islandia mampu melakukannya hingga 35 sampai 40 meter. “Itu sudah seperti tendangan bebas,” kata mantan pemain Juventus dan Chelsea tersebut.

Selain itu, kata Deschamps, Islandia sangat mengandalkan fisik. Dengan kemampuan fisik yang kuat, tim yang ditangani duet pelatih Lars Lagerback dan Heimir Halllgrimsson itu bakal sangat kuat dalam menahan bola.

“Kami harus lebih agresif dan bertarung untuk duel-duel udara,” katanya.

Deschamps memang harus memberi perhatian serius kepada Islandia. Tim dari negeri yang hanya dihuni sekitar 300 ribu warga itu menjelma menjadi kekuatan menakutkan di Euro 2016. Di tangannya, Inggris dan Austria keok.

Sementara itu, Portugal dan Hungaria tak bisa meraih kemenangan saat melawan mereka.

Islandia juga tidak lantas lemah karena tidak memiliki pemain bintang. Mereka justru mampu memanfaatkan ketiadaan bintang dengan bermain sangat kolektif. “Itu yang selalu menjadi ciri kami,” kata Lagerback.

Mereka juga tidak canggung sedikitpun dengan tekanan lawan yang bermain di rumah sendiri. Sebab, negeri Skandinavia tersebut justru memiliki kemampuan mental yang sangat kuat.

“Kadang-kadang warga kami ini sangat delusional. Saat melawan Belanda, orang-orang berkata, kami akan membantai mereka. Kami akan kalahkan mereka dengan telak. Dan mereka mengatakannya dengan sangat serius,” kata Dadi Rafnsson, direktur kepelatihan pemuda di Bridablik, salah satu klub di Islandia kepada Guardian.

“Perancis memang favorit, tapi peluang mereka tidak terlalu besar,” kata Lagerback.

Deschamps harus menghadapi semangat luar biasa Islandia tersebut dengan kekuatan tim yang tidak komplit. Bek Adil Rami dan N’Golo Kante harus absen karena sanksi akumulasi kartu.

Rami bisa digantikan Eliaquim Mangala atau Samuel Umtiti. Untuk Kante, Deschamps bisa memasang Yohan Cabaye.

Cabaye dan Kante sejatinya memiliki tipe bermain yang berbeda. Kante adalah sosok penjaga pertahanan yang baik. Raja interseps Liga Inggris tahun lalu itu adalah tembok besar bagi lawan sebelum menghadapi kuartet bek.

Kelemahannya, Kante tidak banyak memiliki visi serangan. Dia juga kurang bisa bermain agresif dan membuat ancaman ke gawang lain.

Sebaliknya, Cabaye adalah pemain dengan paradigma playmaker. Dia memiliki visi permainan. Namun, dia agak lemah dalam bertahan.

Deschamps andalkan Payet dan Griezmann

Antoine Griezmann bisa jadi top scorer Euro 2016. Sumber foto: Whoscored.com

Meski diunggulkan karena faktor komposisi pemain dan menjadi tuan rumah, Perancis sejatinya juga belum meyakinkan. Paul Pogba masih belum bisa menampilkan performa terbaiknya. Begitu juga gelandang Paris Saint-Germain Blaise Matuidi.

Di awal turnamen, Antonie Griezmann juga belum padu dengan pemain. Untungnya, striker Atletico Madrid itu mulai membaik performanya. Dia sudah mencetak tiga gol dan menjadi salah satu kandidat top scorer Euro 2016.

Selain Dimitri Payet, Deschamps kini bisa mengandalkan Griezmann. Kontribusinya tidak hanya dalam serangan. Griezmann juga ikut membantu pertahanan saat diserang.

Data dari Whoscored saat Perancis melawan Republik Irlandia menyebutkan bahwa Griezmann juga adalah pembagi bola yang baik. Meski berposisi sebagai penyerang, dia memiliki visi permainan bagus.

Statistik Griezmann saat melawan Irlandia. Sumber: Whoscored.com

Namun, Griezmann sejatinya cenderung lebih senang jika bermain di tengah. Posisi yang biasa dia emban di Atleico Madrid. Di Les Bleus, Deschamps lebih banyak memasangnya sebagai penyerang sayap.

Saat Perancis mengalahkan Irlandia 2-1 dan Griezmann memborong dua gol, pemain 25 tahun tersebut mulai dipasang sebagai sentral serangan di babak kedua.

“Harus diakui saya memang lebih terbiasa bermain di tengah. Seperti yang biasa aku lakukan di Atletico,” katanya.

Dengan situasi tersebut, Deschamps bakal terus memantau perkembangan permainan timnya dari menit ke menit. Dia tak mau lengah dengan potensi Islandia yang berbahaya.

Deschamps juga tak segan untuk segera mengubah game plan tim jika anak asuhnya tak mampu mencetak gol.

“Saya sering melihat tim memulai pertandingan dengan baik tapi berakhir buruk. Saat situasi tidak berjalan bagus, saya selalu bereaksi. Seperti yang saya lakukan (saat melawan Irlandia) dengan meminta Kingsley Coman untuk melakukan pemanasan meski pertandingan baru berjalan 35 menit,” katanya.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!