Popularitas Pokémon GO telah melebihi Tinder, tapi berpotensi kehilangan pasar

Iqbal Kurniawan

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Popularitas Pokémon GO telah melebihi Tinder, tapi berpotensi kehilangan pasar
Game mobile gratis biasanya berkembang pesat di awal karena rasa penasaran, tapi jumlah penghasilan akan menurun jika pengguna sudah bosan

JAKARTA, Indonesia — Niantic Labs telah merilis Pokémon GO di sejumlah negara secara resmi pada pekan lalu.

Berkat kepopuleran seri Pokémon, game tersebut langsung menduduki posisi puncak aplikasi terpopuler di semua negara tempat game tersebut dirilis, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru.

Kesuksesannya tidak hanya dirasakan oleh sang pengembang, tapi juga Nintendo sebagai salah satu pemegang saham The Pokémon Company.

NIlai saham milik Nintendo langsung meningkat 10 persen dalam waktu singkat. Perusahaan game yang memiliki kantor pusat di Kyoto, Jepang, tersebut kini memiliki nilai kapitalisasi pasar mencapai US$23 miliar (sekitar Rp 301 triliun), nilai tertinggi dalam kurun waktu lebih dari dua bulan terakhir.

Dalam sebuah catatan yang diterbitkan oleh perusahaan investasi Macquarie Securities kepada para kliennya, mereka menyebutkan bahwa Pokémon GO memiliki skema monetisasi yang menjanjikan. Para pemain diperkirakan akan terus membeli IAP seiring dengan progres mereka mengoleksi, menyimpan, serta bertualang dengan Pokémon.

‘Lahan basah’ yang siap digarap 

Popularitas Pokémon GO berimbas pada penghasilan yang diraihnya. Menurut data yang diterbitkan oleh Think Gaming, sebuah perusahaan analisis aplikasi mobile, Pokémon GO diperkirakan berhasil meraup US$1,6 juta (sekitar Rp 21 miliar) per hari di Amerika Serikat.

Kondisi menjanjikan juga terjadi di Australia. Walau tidak menyebutkan angka secara spesifik, namun Macquarie Securities menyebutkan bahwa penghasilan Pokémon GO di negeri kanguru bukan didorong oleh segelintir orang yang mengeluarkan banyak uang, melainkan dari mayoritas pemain yang secara masif membeli IAP.

Menanggapi fenomena yang dialami Pokémon GO, Fabien Pierre-Nicolas selaku VP Marketing Communications & Community dari App Annie merasa optimistis. “Saya bisa membayangkan penghasilan sebesar US$1 miliar (sekitar Rp 13 triliun) dalam satu tahun ke depan bila Pokémon GO memiliki lebih sedikit masalah server, tersedia merata di seluruh dunia, dan lebih banyak fitur sosial maupun PvP.”

Sukses menyalip Tinder

Dilihat dari sisi jumlah pengguna dan user engagement pun, performa Pokémon GO tetap mengesankan. Menurut data dari perusahaan analisis SimilarWeb, jumlah pemain Pokémon GO di Amerika Serikat saat ini telah melampaui pengguna aplikasi Tinder hanya dalam waktu dua hari setelah perilisannya.

Jumlah pengguna smartphone yang memakai aplikasi Tinder hanya sebesar 2 persen dari seluruh perangkat Android yang aktif di Amerika Serikat. Angka tersebut lebih sedikit dibandingkan Pokémon GO yang telah terpasang pada 5,2 persen pada sejumlah perangkat yang sama.

Bila ditilik dari sisi user engagement seperti yang ditunjukkan grafik per 8 Juli 2016 di atas, Pokémon GO menunjukkan performa yang bahkan hampir melampaui Twitter. Jumlah pengguna aktif harian Pokémon GO meningkat dengan sangat pesat, dan kemungkinan telah melampaui Twitter pada saat ini.

Lebih dari 60 persen pengguna smartphone yang mengunduh Pokémon GO memainkannya secara rutin setiap hari. Durasi permainan yang dilakukan mencapai sekitar 43 menit per hari, lebih tinggi dari rata-rata yang diperoleh Whatsapp, Instagram, Snapchat, dan Messenger di Amerika Serikat.

Tantangan besar menanti

Walau memiliki potensi yang sedemikian besar, performa Pokémon GO di masa depan masih menjadi tanda tanya. Game tersebut saat ini masih memiliki berbagai kendala, seperti masalah serverindikasi celah keamanan data pemain, keberadaan bug, dan lainnya.

Terlebih lagi, Pokémon GO memiliki tantangan besar untuk membuat pemain betah bermain. Game mobile dengan skema free-to-play biasanya menikmati perkembangan pesat di awal perilisan berkat rasa penasaran para pemain yang ingin menjajalnya. Namun, seiring dengan waktu, jumlah penghasilan akan menurun sesuai dengan sejumlah pemain yang merasa bosan dan meninggalkan game tersebut.

Hal tersebut telah terjadi pada salah satu game terkenal yang dirilis sebelumnya pada 2016, yaitu Clash Royale. Game yang resmi dirilis Februari lalu itu kini mulai ditinggalkan pemainnya, walau Supercell selaku developer selalu berusaha menghadirkan beragam konten baru melalui update secara konsisten.

Meskipun memiliki jalan yang terjal ke depannya, Pokémon GO masih berpeluang besar untuk menjadi mesin uang baik bagi Niantic Labs maupun Nintendo. Masih banyak penggemar di berbagai negara, seperti Jepang sebagai negara asal Pokémon, yang menantikan game tersebut.

Niantic Labs juga berjanji untuk menghadirkan lebih banyak fitur, seperti kemampuan untuk bertukar koleksi Pokémon antara sesama pemain, yang tentu saja berpotensi membuat pemain betah bermain lama. —Rappler.com

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Tech in Asia

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!