Polda Yogyakarta tangkap 7 mahasiswa Papua

Anang Zakaria

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Polda Yogyakarta tangkap 7 mahasiswa Papua
Tujuh mahasiswa Papua ditangkap di tempat berbeda tanpa alasan yang jelas.

YOGYAKARTA, Indonesia – Personil kepolisian kembali mengepung asrama mahasiswa Papua di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta pada Jumat, 15 Juli. Dalam peristiwa tersebut, Polda Yogyakarta menangkap 7 mahasiswa.

Mereka ditangkap di tempat yang terpisah. Tiga orang yang terdiri dari Nus Tabuni (mahasiswa Universitas Widya Dharma Klaten, Jawa Tengah), Obi Kogoya (mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta) dan Debi Kogoya (mahasiswa Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta) ditangkap saat hendak masuk ke asrama. Di dalam, mereka tengah menggelar aksi damai untuk mendukung penentuan hak nasib bagi Papua barat.

Polisi langsung membawa mereka ke markas Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta. Penangkapan ketiganya berlangsung sekitar pukul 09:30 WIB. Hal itu bermula dari sekelompok petugas polisi yang berseragam dan mengenakan pakaian preman berusaha masuk secara paksa melalui pintu belakang asrama.

Tetapi, hal itu tidak jadi mereka lakukan. Dari kejauhan, mereka melihat beberapa mahasiswa Papua yang sedang memarkir sepeda motor di dekat pintu belakang asrama.

Polisi mendatangi mereka untuk menanyakan surat kendaraan bermotor. Sementara, beberapa petugas polisi yang lain meneriaki mereka dengan ucapan provokatif: “kami habisi kamu”.

Kondisi menjadi tak terkendali. Dua mahasiswa Papua kemudian meninggalkan polisi dan berjalan pelan menuju ke Jalan Kusumanegara sambil diliputi rasa takut. Mereka pun akhirnya berlari dan dikejar oleh petugas polisi dari belakang.

Sempat terdengar petugas polisi melepaskan tembakan peringatan ke udara. Polisi akhirnya berhasil menangkap mereka. Salah satu di antaranya bahkan menjadi korban pengeroyokan.

Berikut video penangkapan dua mahasiswa Papua yang berlangsung hari ini: 

Sementara, 4 mahasiswa lainnya ditangkap usai meninggalkan asrama. Mereka diketahui bernama Adius Kutligagal, Obet Hisage, Terry Aud dan Demianus Dabi.

Menurut informasi dari juru bicara Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat, Roy Karoba, semula keempat rekannya itu diminta untuk berbelanja kebutuhan dapur di Pasar Giwangan.

“(Hasil belanja digunakan) untuk masak dan makan teman-teman di asrama,” kata pria yang menjadi penyelenggara aksi di dalam asrama.

Belum diperoleh informasi apakah mereka ditangkap saat pergi menuju ke pasar atau usai pulang dari sana.

“Yang jelas kami terima kabar, mereka saat ini berada di Polda DIY,” tuturnya.

Rappler sempat mendengar informasi adanya penangkapan belasan mahasiswa Papua yang ditangkap di tempat terpisah. Tetapi, informasi tersebut belum bisa dikonfirmasi. Sementara, saat Rappler mencoba mengkonfirmasi kepada polisi, belum ada respons.

Ormas ikut mengepung asrama

Selain petugas kepolisian, anggota organisasi masyarakat pun ikut mendatangi asrama mahasiswa Papua. Puluhan orang berseragam Pemuda Pancasila, Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia dan Paksi Katon berdemonstrasi di depan asrama.

Mereka berkumpul di Jalan Kusumanegara sekitar pukul 10:00 WIB. Massa menuding acara yang digelar di dalam asrama sejak hari Rabu kemarin terkait dengan agenda separatisme.

Polisi sudah berupaya menghadang mereka di persimpangan Jalan Kusumanegara dengan Jalan Glagahsari yang ada di bagian timur Asrama Papua. Tetapi, sekitar pukul 11:00 WIB, massa ormas itu merangsek ke arah barat dan berbaris di depan asrama. Mereka sempat memaksa masuk ke dalam asrama dan berupaya menjebol pintu gerbang.

Acara yang digelar di dalam Asrama Papua bertajuk Aksi Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat dan telah digelar sejak Rabu, 13 Juli. Mereka menggelar panggung budaya, mimbar bebas, dan aksi damai hingga hari Sabtu esok.

Acara tersebut berkaitan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Melanesia Spearhead Group (MSG) di Honiara, Solomon Island yang digelar pada 14-16 Juli. Salah satu agenda dari KTT tersebut yakni membahas keanggotaan bagi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Organisasi itu ingin menjadi anggota penuh kelompok negara MSG.

Aksi itu juga bertepatan dengan peringatan 47 tahun Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tanggal 14 Juli. – Rappler.com

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!