5 hal tentang Santoso, teroris paling diburu di Asia Tenggara

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Santoso memiliki dendam khusus terhadap aparat kepolisian karena anggota kelompok MIT kerap tewas di tangan polisi.

santoso tewas

JAKARTA, Indonesia — Tim satuan tugas Polri dan TNI yang tergabung dalam Operasi Tinombala terlibat baku tembak dengan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan menewaskan pimpinannya, Santoso alias Abu Wardah, pada Senin, 18 Juli.

Aksi baku tembak yang dimulai sekitar pukul 17:00 WIT itu juga menewaskan satu orang teroris lainnya, yang kemudian diketahui bernama Muchtar.

Kabar tewasnya Santoso dikonfirmasi kebenarannya oleh Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, pada Selasa, 19 Juli. “Sidik jarinya sama,” kata Tito.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi juga mengklaim bahwa yang tewas adalah Santoso. “Iya, sudah pasti Santoso,” kata Rudy, Selasa.

Sebenarnya, siapa Santoso, sehingga Pemerintah Amerika Serikat pun ikut memasukan namanya ke dalam daftar teroris?

Berikut 5 hal yang perlu kamu tahu tentang teroris paling dicari se-Asia Tenggara ini.

Berawal dari perampokan

Santoso lahir di Tentena (Poso), 21 Agustus 1976. Persinggungannya dengan aparat berawal saat ia memimpin aksi perampokan mobil boks distributor Djarum Super pada tanggal 3 Agustus 2004. Atas aksinya tersebut dia divonis hakim pengadilan negeri Palu selama 5 Tahun.

Saat itu, bekas kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) yang kini menjadi Kepala Polisi (Kapolri) Tito Karnavian mengatakan Santoso bukanlah sosok ideolog. “Dari karakter sendiri, sebetulnya dari pemeriksaan kami pada 2005, saat dia ditangkap, dia sebetulnya bukan ideolog, bukan ahli strategi yang baik,” kata Tito.

Selepas dari penjara, aksi Santoso berkembang menjadi terorisme. Dia diangkat menjadi Amir MIT pada tahun 2012 lalu. Ia menjadi lebih dingin dan berani menyerang duluan.

Perubahan sikap Santoso tak bisa dilepaskan dari pengaruh kelompok-kelompok militan Islam semasa Konflik Poso. Jamaah Islamiyah (JI), salah satunya. Santoso sempat mendapat gemblengan pemahaman agama dari Abu Husna alias Hambali, yang dikenal sebagai salah satu pentolan JI. Bahkan, Santoso disebut Alchaidar sempat menjalani pelatihan militer di Mindanau, Filipina.

Kedatangan kelompok ekstremis Islam ke Poso semasa konflik pada 2004-2007 lalu juga turut menumbuhkan benih-benih yang tertanam dalam diri pria beristri dua ini.

Baiat pada ISIS

Kelompok Santoso dan jaringan MIT juga melakukan baiat untuk bergabung dengan grup Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ada dana yang mengalir dari Suriah untuk mendanai seluruh aksi teror mereka.

Kepala Operasi Daerah Tinombala 2016 Kombes Pol Leo Bona Lubis mengatakan ada data aliran dana yang berhasil didapatkan intelijen kepolisian. Meski demikian, ia tidak bisa membeberkan rinciannya.

Menurut dia, dana ke jaringan Santoso tersebut masuk secara pelan-pelan dan berkesinambungan, mulai dari kisaran Rp 2 juta dalam beberapa kali pengiriman melalui yayasan dan rekening perseorangan.

Sementara, untuk pasokan senjata, Santoso diduga menerima bantuan dari kelompok Anshorut Khilafah, Filipina. Kelompok tersebut merupakan pecahan dari Front Pembebasan Islam Moro (MIL). 

Menurut Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi, kelompok Santoso memperoleh senjata dari Abu Syarifah yang menjadi Amir Anshorut Khilafah Filipina. Senjata api tersebut kemudian dibawa oleh Abu Fatas, WNI yang merupakan anak buah Abu Syarifah yang baru keluar dari penjara di Filipina.

“Kemudian dibawa oleh kurir Abu Sahle dan 9 orang anggota Abu Syarifah. Dan di Indonesia dibawa oleh Iron selaku kurir Santoso,” ujar Rudy. 

Iron sendiri telah ditangkap dan dijatuhi vonis 6,5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Dendam pada polisi

Selama menebar teror dan ketakutan, Santoso lebih banyak mengarahkan serangannya ke aparat kepolisian. Ia rupanya memiliki dendam khusus.

Pada, 25 Mei 2011 misalnya, kelompok Santoso melakukan aksi penembakan terhadap anggota Polri di kantor Bank BCA di Palu, Sulawesi Tengah. Pada tahun-tahun berikutnya, Santoso dan kelompoknya tak pernah absen menghabisi anggota polisi yang lain.

Ia juga berkali-kali mengirimkan bom ke markas kepolisian. Sebut saja bom bunuh diri di Polres Poso pada tahun 2013, yang diikuti ledakan serupa di Mapolres Palu dan Mapolres Palu Timur. Pada 2014, di Pos Polmas Pantango Lembah. Aksi bom lain yang fenomenal adalah bom pos Natal pasar sentral Poso.

Kebencian Santoso pada aparat berseragam cokelat ini didasari keinginannya untuk membalas dendam kawan-kawannya yang tewas di tangan polisi sebelumnya.

Mengancam Densus 88

Selain memiliki dendam khusus kepada polisi, Santoso juga tak segan menantang personil Detasemen Khusus (Densus) 88. Bahkan, dia langsung mengirimkan surat tantangan pada Densus 88 yang tengah memburu dirinya.

“Kami selaku Mujahidin gugus tugas Indonesia Timur menantang Densus 88 Anti-Teror untuk berperang secara terbuka dan jantan! Mari kita berperang secara laki-laki! Jangan kalian cuma berani menembak, menangkapi anggota kami yang tidak bersenjata! Kalau kalian benar-benar kelompok laki-laki, maka hadapi kami! Jangan kalian menang tampang saja tampil di televisi!” tulis Santoso pada 14 Oktober 2012.

Ia menujukkan tantangan tersebut pada aparat keamanan yang sedang berada di Tamanjeka dalam rangka mencari dua polisi yang diculik untuk melakukan perang terbuka di Gunung Biru.

Santoso dan kawan-kawannya sudah menebar ranjau di sekitar Gunung Biru. Aparat keamanan tidak terpancing. Mereka sudah mendapat info gerakan Santoso dan jebakan ranjau yang dipasang di area itu.

Ikut diburu Amerika Serikat

Selain Detasemen Khusus 88, Amerika Serikat juga berburu Santoso. Departemen Luar Negeri AS menyatakan Santoso telah dimasukkan ke dalam daftar teroris global atau SDGT.

AS juga memblokir seluruh aset milik Santoso yang disebut sebagai pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

“Sebagai dampak dari penunjukan ini, seluruh properti dalam yurisdiksi AS yang terkait dengan Santoso diblokir dan semua warga AS dilarang terlibat transaksi apapun dengan Santoso,” demikian pernyataan Departemen Luar Negeri AS, pada 23 Maret silam.

Dalam daftar SDGT itu, Santoso disebut sebagai pemimpin MIT yang bertanggung jawab atas sejumlah pembunuhan dan penculikan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. -Rappler.com 

BACA JUGA:

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!