Nigeria vs Jerman: Mimpi ulangi memori 1996

Agung Putu Iskandar

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua puluh tahun lalu Nigeria meraih medali emas sepak bola di Olimpiade. Para penerusnya memimpikan hal yang sama.

Jeremy Toljan (kiri) saat Jerman melawan Portugal di Olimpiade Rio. Foto: Twitter resmi timnas Jerman.

JAKARTA, Indonesia – Malam yang magis itu bermula ketika seorang bocah berusia 9 tahun dibangunkan ayahnya di tengah malam. Setengah sadar dia digiring ke depan televisi. Di depannya, timnas Nigeria bertarung melawan Argentina dalam laga puncak Olimpiade Atlanta 1996.

Bocah tersebut melihat negaranya ketinggalan 0-1 melalui gol cepat Claudio Lopez. Kemudian, Celsetine Babayaro menyamakan kedudukan sekitar 20 menit kemudian. Tim Tango kembali unggul di menit ke-50 setelah mendapat hadiah penalti.

Benak bocah tersebut terkesiap kala Nigeria kembali menyamakan kedudukan via gol Daniel Amokachi. Namun, hingga menit ke-80, belum ada pemenangan di laga tersebut. Pikirannya penuh harapan sekaligus kekhawatiran.

Namun, gejolak itu berganti tangis bahagia ketika jelang laga berakhir, Emmanuel Amunike tampil sebagai pahlawan. Dia menjebol gawang Argentina yang dikawal Pablo Cavallero.

“Saya tak akan pernah melupakan malam yang indah itu,” kata bocah tersebut yang kini dikenal dengan nama John Obi Mikel seperti dikutip Evening Standard.

Dua puluh tahun kemudian, Mikel yang kini merumput di Liga Inggris bersama Chelsea, berpotensi mengulangi keajaiban yang sama. Mereka di ambang partai puncak Olimpiade Rio 2016. Namun, mereka harus melewati batu besar yang menghalangi perjalanan mereka: Jerman.

Tim Panser menghalangi langkah mereka menuju final Olimpiade. Kedua tim akan bentrok di Arena Corinthans, Sao Paulo, Kamis, 18 Agustus pukul 02.00 WIB dini hari.

Mikel sadar, Jerman adalah raksasa sepak bola dunia. Juara Piala Dunia 2014 dan semi finalis Euro 2016 tersebut bukan lawan mudah. Namun, para pendahulunya juga menghadapi kesulitan yang tak kalah berat.

Nigeria harus menghadapi Brasil di semi final. “Kemenangan negeri saya atas Brasil benar-benar menginspirasiku. Justru karena mereka lah saya menekuni sepak bola dengan lebih serius,” katanya.

Dalam wawancara khusus dengan FIFA.com, Mikel mengakui prestasi timnya benar-benar luar biasa. Mereka mampu lolos dari fase grup dengan status juara grup. Mereka mengalahkan Jepang 5-4, Swedia 1-0, dan hanya sekali kalah atas Kolombia 0-2.

Di babak perempat final, tim berjuluk The Dream Team tersebut melampiaskan kekalahan tersebut dengan membekuk runner up grup A Denmark 2-0.

Sebagai pemimpin dari rekan-rekannya, harapan rakyat Nigeria memang dibebankan kepada Mikel. Pemain 29 tahun tersebut menjadi bintang utama pasukan Samson Siasia di Olimpiade kali ini.

Antonio Conte, manajer anyar Chelsea, bahkan mendorong agar Mikel fokus di timnas lebih dulu daripada di level klub. “Tugasmu adalah membawa medali emas ke London,” kata Conte ditirukan Mikel.

Demi meraih emas tersebut, Mikel pun rela berpindah posisi. Pemain yang sudah memperkuat Chelsea selama satu dekade itu biasanya menempati salah satu pos gelandang bertahan dalam format 4-2-3-1. Namun, di Nigeria, dia lebih banyak berperan sebagai gelandang serang.

Mikel tak merasa kikuk di posisi tersebut. Justru, dia sejatinya adalah seorang gelandang serang. Namun, selama memperkuat Chelsea, tim lebih membutuhkannya sebagai gelandang bertahan atau holding midfielder.

“Saya sudah berada di posisi selama 11 tahun. Tapi, setiap kali ke timnas, saya selalu lebih ofensif,” katanya.

Dalam wawancara dengan FIFA.com, Mikel mengatakan rahasia kesuksesan timnya adalah kebersamaan. Dalam kebersamaan tersebut, mereka sangat percaya diri untuk menekan lawan. Mereka juga selalu tampil ngotot siapapun lawan mereka.

“Saya kira yang membuat kami sampai sejauh ini adalah keinginan besar untuk menang dan bagaimana kami saling membantu satu sama lain,” katanya.

Di bagian lain, Jerman mewaspadai spirit kebangkitan Nigeria. Pelatih Jerman, Horst Hrubesch, mengatakan bahwa timnya bukanlah favorit. Sebab, Nigeria bukanlah underdog.

“Mereka punya kekuatan fisik dan permainan yang bagus. Mereka tak bisa diremehkan,” kata Hrubesch seperti dikutip All Nigeria Soccer.

Namun, dia mengatakan bahwa timnya tak akan main aman dengan Nigeria. Mereka akan langsung menyerang sejak menit pertama pertandingan.

“Kami akan bermain ofensif. Seperti gaya kami biasanya. Kami punya kualitas dan permainan tim terus tumbuh selama kompetisi ini berlangsung,” katanya.—Rappler.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!