Sepekan setelah dibubarkan TNI, Perpustakaan Jalanan Bandung tetap buka

Yuli Saputra

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sepekan setelah dibubarkan TNI, Perpustakaan Jalanan Bandung tetap buka
Front Anti Fasis kecam tindakan pembubaran Perpustakaan Jalanan oleh TNI di Bandung

BANDUNG, Indonesia — Puluhan warga Bandung pada Sabtu malam, 27 Agustus, menggelar aksi solidaritas terhadap Perpustakaan Jalanan yang dibubarkan oleh aparat TNI sepekan lalu.  

Massa yang tergabung dalam Front Anti-Fasis itu mengecam tindakan represif aparat militer yang bahkan diduga melakukan pemukulan terhadap tiga orang relawan Perpustakaan jalanan.

Dalam aksi pada Sabtu malam, massa hanya melakukan aksi diam dan membaca buku di Taman Cikapayang, Jalan Ir. H. Djuanda Bandung, tempat Perpustakaan Jalanan biasa buka lapak.  

Tampak sebuah karangan bunga yang bertuliskan “Turut Berduka Cita Atas Dibubarkannya Komunitas Perpustakaan Jalanan oleh Tentara Bersenjata.” Karangan bunga itu dikirim atas nama Warga Bandung.

Selain itu beberapa spanduk putih yang mengecam tindakan TNI  juga tampak terpasang, di antaranya bertuliskan “Tolak Keterlibatan Militer di Ranah Sipil,” “Tolak Represifitas Militer,” dan “TNI Kembali ke Barak.”

“Kami sangat prihatin dengan batasan di ruang publik apalagi indikasinya dilakukan oleh aparat,” kata koordinator lapangan aksi, Eddy Sulaeman, kepada wartawan di lokasi, Sabtu.

Menurutnya, aksi ini diikuti oleh lebih dari 10 komunitas dan organisasi yang peduli terhadap kebebasan berekspresi. Salah satunya Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandung.

Ketua AJI Bandung, Adi Marsiela, mengatakan keterlibatan organisasinya karena telah terjadi pemberangusan terhadap keterbukaan informasi dan kebebasan berekspresi.

“Bandung Kota HAM, kan, klaimnya, tapi pembuktiannya seperti ini,” kata Adi.

AJI Bandung, ujar Adi, juga mempermasalahkan kehadiran TNI di ranah sipil. Berdasarkan Undang-undang TNI No. 34 Tahun 2004 Pasal 7, TNI tidak punya wewenang di ruang-ruang publik.

“Respon otoritas sipil harusnya ada di ranah pemerintah,” ujar Adi.

Melalui aksi tersebut, Front Anti-Fasis menyerukan pernyataan sikap, di antaranya:

  1. Tolak keterlibatan TNI di ranah sipil
  2. Junjung tinggi pemenuhan hak kebebasan berekspresi serta akses terhadap ruang publik dan edukasi
  3. Bubarkan Komando Teritorial
  4. Militer harus kembali ke barak dan tidak mencampuri urusan ketertiban sipil
  5. Tolak represifitas dan intimidasi aparat
  6. Bandung tidak ramah hak asasi manusia

Perpustakaan Jalanan tetap buka

Perpustakaan Jalanan tetap membuka lapak di Taman Cikapayang, Bandung, pada 27 Agustus 2016. Foto dari Facebook/PerpustakaanJalanan

Meski sempat dibubarkan dan diduga mengalami tindak kekerasan dari aparat TNI pada Sabtu, 20 Agustus, pekan lalu, Perpustakaan Jalanan tetap membuka lapak di Taman Cikapayang. 

Di trotoar depan taman di pusat kota Bandung itu, puluhan buku digelar untuk dibaca di tempat atau disewa secara gratis oleh siapapun yang datang ke taman tersebut.

Seorang relawan Perpustakaan Jalanan, Wirdan Ardi, mengaku ia sebetulnya merasa ketakutan untuk melanjutkan kegiatan literasi tersebut. Namun, Wirdan menyakini apa yang ia dan kawan-kawannya lakukan tidak salah.

“Yang saya tahu, kegiatan kita enggak ilegal. Ini ruang publik bisa dipakai siapapun. Ide munculnya perpustakaan di jalan untuk memindahkan buku di ruangan ke jalanan, karena buku bisa dibaca dimana saja dan kapan saja,” ujar Wirdan.

Mahasiswa Informatika itu juga mengatakan tetap akan membuka Perpustakaan Jalanan di malam hari. Meski hal itu dikatakan melanggar aturan jam malam, namun Wirdan mengatakan tidak ada penegasan dari Pemerintah Kota Bandung tentang aturan tersebut.

Menjawab pertanyaan Kodam III Siliwangi tentang jenis buku yang disewakan, Wirdan mengatakan, pihaknya mendapat donasi buku dari banyak pihak sehingga bebas menerima buku apa saja.

“Buku apa saja yang dilarang, saya juga enggak tahu,” katanya.

”Ide munculnya perpustakaan di jalan untuk memindahkan buku di ruangan ke jalanan, karena buku bisa dibaca dimana saja dan kapan saja.”

Mengenai aksi solidaritas yang mengecam pembubaran Perpustakaan Jalanan, Wirdan mengucapkan terima kasih terhadap sejumlah pihak yang mendukung komunitas baca buku yang dibentuk sejak 2010 itu.

“Semoga semangat literasi di Indonesia semakin luas,” ujarnya.

Seorang warga Bandung, Indra Cahyono, menyatakan keprihatinannya terhadap tindakan represif aparat. Seharusnya, kata Indra, inisiatif anak muda dalam mengampanyekan baca buku ini didukung oleh pemerintah.

“Hak warga untuk bebas berekspresi dan bebas membaca di manapun. Ada inisiatif ini harusnya didukung oleh pemerintah. Selama ini kurang dukungannya,” kata Indra.

Untuk membuktikan dukungannya, Indra yang datang beserta anak dan isterinya itu, menyumbangkan 20 eksemplar buku.

Seorang elanggan Perpustakaan Jalanan, Ferry Setiawan, merasakan keasyikan membaca buku sambil nongkrong di taman. Menurut pemuda 18 tahun itu, penerangan di Taman Cikapayang cukup baik untuk membaca buku.

“Jelas kok bacanya, tidak sampai membuat mata saya lelah,” kata Ferry yang sering datang ke Perpustakaan Jalanan.

Berdasarkan pantauan Rappler di Taman Cikapayang, cukup banyak warga Bandung yang datang dan membaca buku di sekitar lapak buku yang digelar di trotoar. 

Penerangan di taman tersebut cukup terbantu dengan adanya lampu penerangan jalan umum (PJU) yang terletak di sekitar Taman Cikapayang.

Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam 3 Siliwangi, Letkol ARM Mokhamad Desi Aryanto mempertanyakan tentang kegiatan membaca buku di taman yang memiliki penerangan tidak cukup baik.

“Mengapa kegiatan membaca buku-buku ini harus dilaksanakan dengan berkumpul di suatu tempat pada malam hari, bukankah penerangan pada malam hari tidaklah sebaik pada siang hari, bukanlah hal ini menjadi suatu yang aneh,? Kata Desi melalui siaran pers yang diterima Rappler beberapa waktu lalu. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!