Duterte dan Jokowi: Sama tapi beda

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Duterte dan Jokowi: Sama tapi beda
Jokowi dan Duterte mempunyai perjalanan karir politik yang mirip

JAKARTA, Indonesia – Presiden Filipina Rodrigo Roa Duterte tiba di Jakarta Kamis malam ini, 8 September 2016, untuk melakukan kunjungan selama dua hari.

Kunjungan ini merupakan kunjungan kenegaraan pertama dari Duterte sejak dilantik menjadi presiden ke -16 Filipina pada Kamis, 30 Juni.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Duterte pada Jumat, 9 September. Mereka tidak akan kekurangan isu untuk dibahas dalam pertemuan bilateral tersebut. 

Apa yang membuat pertemuan itu menarik adalah Jokowi dan Duterte mempunyai perjalanan karir politik yang hampir sama. Terkadang, sikap politik mereka terhadap beberapa isu juga sama.

Berikut adalah beberapa kesamaan karir dan sikap politik Jokowi dan Duterte. 

1. Mantan Walikota

Jokowi dan Duterte memulai karir politik mereka sebagai walikota. 

Jokowi, presiden Indonesia yang ke 7, memulai karir politiknya dengan menjadi Walikota Solo di Jawa Tengah pada 2005. Pada Juli 2010, Jokowi dilantik menjadi Walikota Solo untuk kedua kalinya. Pada 2012, Jokowi menjadi Gubernur Jakarta sebelum dilantik menjadi presiden bulan Oktober 2014.

Duterte berhenti menjadi Walikota Davao di Pulau Mindanao, kira-kira satu jam penerbangan sebelah selatan Manila, ibukota Filipina, untuk maju dalam pemilihan presiden pada Senin, 9 Mei 2016, lalu.

Duterte menjabat sebagai Walikota Davao selama 22 tahun. Duterte juga pernah menjadi wakil walikota dan anggota legislatif Kota Davao.

2. Orang luar politik

Jokowi dan Duterte terpilih menjadi presiden berkat dukungan masyarakat akar rumput.

Jokowi menjadi presiden Indonesia pertama yang bukan dari elit politik atau militer. Sebelum menjadi Walikota Solo, Jokowi adalah seorang pengusaha meubel. Dia menjadi anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ketika mencalonkan diri dalam pemilihan walikota Solo  2005 lalu.

Walau menjadi anggota PDIP dan terpilih menjadi gubernur Jakarta pada 2012, sikap dan tutur katanya yang sederhana membuat dia beda dari elit politik Indonesia.

Duterte juga demikian. Selama 22 tahun, Duterte menjadi walikota Davao, terpilih kembali dalam tujuh pemilihan kepala daerah. Tetapi dia hanya politisi daerah, tidak pernah menjadi bagian dari elit politik di Manila, ibukota Filipina.

Pada saat pemilihan pun, Duterte lebih banyak didukung oleh masyarakat akar rumput (grassroot) daripada elit politik. 

 3. Pemimpin merakyat 

Jokowi dan Duterte selalu mencitrakan diri tidak hanya sebagai pemimpin rakyat tetapi juga pemimpin yang merakyat.

Pada 7 Juli, misalnya, Duterte kembali ke kampungnya di Davao dengan menggunakan pesawat komersial, Philippine Airlines, dan duduk di kelas ekonomi.

Baik sebelum dan sesudah menjabat sebagai presiden, Duterte kerap muncul di tengah masyarakat dan di depan media mengenakan kemeja polo saja.

Baru-baru ini, Duterte menjemput di bandara puluhan tenaga kerja Filipina yang dipulangkan dari Arab Saudi karena perusahaan tempat mereka bekerja bangkrut. Duterte menyalami dan memberi mereka uang saku dan uang transportasi. Dan tidak lupa dia mengingatkan mereka untuk memberi sebagian uang untuk istri mereka sebagai oleh-oleh.

Jokowi sudah lebih dulu menggunakan pesawat komersial dan duduk di kelas ekonomi. Jokowi juga sering memberikan sepeda kepada masyarakat di daerah dan tampil memakai sarong di istana negara.

4. Perang melawan narkoba

Duterte dan Jokowi mengambil sikap yang sama terhadap narkoba: Tidak ada toleransi untuk penyalahgunaan narkoba. Hanya saja, Jokowi berbeda dari Duterte dalam hal menangani pengguna, pengedar, dan bandar narkoba.

Jokowi lebih mengutamakan pendekatan hukum dalam memerangi narkoba: menangkap dan mengadili pengedar dan bandar narkoba. Dan tergantung derajat kesalahan mereka, pengedar dan bandar narkoba bisa dihukum mati dan dieksekusi setelah mereka mengambil semua jalan hukum yang tersedia. Sejak Jokowi dilantik pada 20 Oktober 2014, 18 orang terpidana mati dalam kasus narkoba telah dieksekusi mati.

Duterte mengaku mengutamakan pendekatan hukum juga, tetapi dalam kenyataannya, dia  mengizinkan polisi menggunakan senjata bila terduga pengedar atau bandar  melakukan perlawanan saat ditangkap. Tidak heran, sejak dilantik 30 Juni lalu, lebih dari 2.000 terduga pengedar dan bandar narkoba telah ditembak mati dalam operasi anti narkoba.

5. Komunikasi (politik)

Jokowi dan Duterte juga mempunyai perbedaan dalam komunikasi (politik).

Tutur kata Jokowi sederhana, tenang, dan diplomatis. Bila ada perbedaan sikap politik, negosiasi dilakukan secara tertutup.

Sementara itu, gaya komunikasi Duterte lebih frontal dan eksplosif. Awal minggu ini, misalnya, Duterte berkata kasar terhadap Presiden Amerika Serikat Barack Obama. – Rappler.com

  

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!