Hartomo diangkat menjadi kepala BAIS, anggota DPR Papua kecewa

Kanis Dursin

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Hartomo diangkat menjadi kepala BAIS, anggota DPR Papua kecewa
Dunia memantau penyelesaian dugaan pelanggaran HAM di Papua.

 

JAKARTA, Indonesia – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPR Papua) mengaku kecewa dengan keputusan Panglima TNI Jen. Gatot Nurmantyo mengangkat Mayjen Hartomo sebagai Kepala Badan Inteligen Startegis (BAIS) yang baru.

“Apakah tidak ada anggota TNI yang tidak terlibat dalam pelanggaran HAM sehingga harus memilih Hartomo,” kata anggota DRP Papua Wilhemus Pigai kepata Rappler pada Kamis, 22 September.

Hartomo merupakan satu dari 4 anggota Komando Pasukan Khusus (Kopasus) yang diadili dan dihukum penjara karena terlibat dalam pembunuhan tokoh Papua Theys Eluay.

“Saya sangat kecewa dengan pengangkatan Hartomo sebagai kepala BAIS. Ini menjadi tanda bahwa penyelesaian masalah HAM di Papua belum menemukan titik terang,” kata Laurenzus Kadepa, aggota DPR Papua dari Partai Nasional Demokrat (NasDem), kepata Rappler.

 

Theys meninggal dunia setelah mengikuti acara di Markas Satgas Tribuana X di Jayapura, Papua pada 2001, di mana Hartomo menjabat sebagai komandan.

Pada 2003, Mahkamah Militer Tinggi III di Surabaya menghukum Hartomo 3,5 tahun penjara dan pemecatan dari dinas militer. Pada 16 September lalu, Hartomo diangkat menjadi Kepala BaIS. 

 

Laurenz mengatakan pengagkatan Hartomo menbuktikan pemerintah, terutama TNI, melindungi pelanggar hak asasi manusia (HAM) dan ini akan memperburuk kondisi HAM di Papua.

“Memang Hartomo diangkat Panglima TNI (Gatot Nurmantyo) tetapi tidak mungkin tanpa diketahui oleh dan restu Presiden Jokowi. itu akan mengurangi kepercayaan masyarakat Papua terhadap janji pemerintah untuk menyelesaikan masalah HAM di Papua,” kata Laurenz.

Saat ini, sebuah tim gabungan sedang menyedlidiki tiga kasus dugaan pelanggaran HAM berat di Papua, yaitu kasus penembakan di Paniai, Wasior, dan Wamena.

Theys, kata Laurenz, bukan tokoh Papua saja, tetapi juga tokoh internasional.

“Karena kasus pembunuhan Theys, penyelesaian pelanggaran HAM di Papua juga dipantau oleh dunia internasional.” – Rappler.com

  

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!