Atlet PON Sulteng akhirnya bisa pulang ke Palu

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Atlet PON Sulteng akhirnya bisa pulang ke Palu

ANTARA FOTO

Kemenpora akhirnya turun tangan dan menegur Pemda Sulteng karena tidak berkoordinasi dengan kontingen atletnya. Mereka akan dipulangkan ke Palu hari ini.

JAKARTA, Indonesia (UPDATE) – Setelah mendapat pemberitaan yang luas dari beberapa media, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akhirnya turun tangan dan berkoordinasi agar 9 atlet asal Sulawesi Tengah tidak terlantar. Melalui keterangan tertulis, Deputi 4 bidang peningkatan prestasi olah raga, Gatot S. Dewa Broto, mengaku baru tahu permasalahan ini pada sore kemarin. 

Dia langsung melakukan konfirmasi mengenai peristiwa adanya atlet cabang olah raga Muay Thai yang terlunta-lunta di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, karena tidak memiliki ongkos pulang kembali ke daerahnya. Sayang, Kadispora Sulteng tidak merespons kembali saat dihubungi Kemenpora. 

“Mereka (Kadispora Sulteng) tidak mengetahui duduk persoalannya walau tengah berada di Jakarta,” tulis Gatot dalam siaran pers pada Kamis malam, 22 September. 

Tidak adanya koordinasi, menurut Gatot, lantaran tim atlet Muay Thai mengikuti PON XIX tanpa persetujuan Pemprov Sulteng.  

“Berdasarkan informasi dari manajer dan pelatih Muay Thai Sulteng memang benar diakui bahwa Pemprov dan KONI Sulteng sama sekali tidak membantu. Alasannya, cabor Muay Thai hanya masuk ke dalam eksibishi. Namun, pada kenyataannya atlet mereka meraih prestasi cukup baik dengan memperoleh 7 medali,” tutur Gatot. 

Eksibishi adalah cabor yang dipertandingkan secara tidak resmi, dengan tujuan agar publik mengenal lebih jauh bidang olah raga yang dimaksud. Selain Muay Thai, ada 11 cabor lainnya yang masuk eksibishi yakni arung jeram, barongsai, rugby, basket three x three, bola tangan, pentaque, gateball, woodball, yongmodoo, korfball, dan soft tennis. 

Sejak semalam, total 13 kontingen asal Sulteng sudah diinapkan di sebuah hotel di area Cikini. Wisma Sulteng yang sebelumnya dijadikan rujukan tidak bisa diinapi karena penuh.

“Kemenpora mengingatkan kepada seluruh pimpinan kontingen provinsi untuk selalu mengkonsolidasikan keberadaan kontingennya masing-masing, baik yang ikut bertanding atau yang hanya ikut eksibishi. Dengan kemudahan jaringan telekomunikasi saat ini, sudah tidak ada lagi alasan PB Muay Thai Indonesia atau PB cabor lain untuk tak berkomunikasi dengan PB PON atau masing-masing kontingen,” kata Gatot memberi peringatan. 

Sementara, menurut pelatih para atlet Muay Thai, Iwan Said, mereka sudah menyampaikan rencana keberangkatan mereka kepada pemprov dan pemda. Tetapi, tidak direstui, karena cabor Muay Thai masih tergolong eksibishi. 

“Mereka mengatakan tidak ada dana untuk itu,” ujar Iwan yang dihubungi Rappler pada Jumat pagi, 23 September. 

Saat ini, perwakilan dari DPRD Sulteng tengah mengurus agar 13 kontingen itu bisa kembali ke Palu pada hari ini. 

“Rencananya, kami akan pulang hari ini,” tutur Iwan. 

Sembilan atlet Muay Thai itu terlunta-lunta di Stasiun Manggarai usai mengikuti PON XIX di Hotel Bukit Indah Cianjur sejak hari Sabtu pekan lalu. Akibat ketiadaan dana, akhirnya mereka naik kereta dari Bogor dan turun di Stasiun Manggarai. 

“Kami sudah tidak punya uang lagi untuk membeli tiket pesawat. Jadi, kami memutuskan naik kereta dari Bogor dan kini tiba di (Stasiun) Manggarai. Kini, kami tidak tahu harus ke mana,” ujar pelatih para atlet Muay Thai, Iwan Said yang dihubungi Rappler melalui telepon pada Kamis sore, 22 September.

Menurut Iwan, sejak mereka memenuhi undangan dari PB PON, pemerintah daerah tidak memberikan dukungan berupa dana. Mereka bisa berangkat, atas sumbangan yang dilakukan secara swadaya. Saat berangkat, mereka berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 16 juta.

“Tetapi, ketika tiba di lokasi, kami diminta untuk mendaftar ulang. Itu pun harus membayar sebesar Rp 450 ribu untuk satu orang. Hotel juga memang disiapkan panitia, tetapi kami juga tetap harus membayar,” ujar Iwan merinci biaya yang harus mereka keluarkan selama berlaga di PON.

Dia mengaku sudah menyampaikan keluhan kepada panitia, tetapi mereka tetap harus membayar uang pendaftaran ulang. Alhasil, mereka terpaksa merogoh dana sebesar Rp 4,1 juta hanya untuk biaya administrasi.

Sementara, mereka berada di Jawa Barat selama 5 hari. Sisa dana tidak mencukupi. Mereka bisa sedikit lega, ketika ada seorang atlet Jabar yang bersedia menjamin agar hotel mengizinkan mereka menginap di sana.

“Kami akhirnya menginap dengan menyewa kamar seperti vila, di mana biaya per malamnya mencapai Rp 1,5 juta. Total kami dengan kontingen lainnya mencapi 13 orang menginap di sana,” tutur dia.

Iwan sudah meminta dana tambahan dari Pemda Palu dan sempat dikirim Rp 5 juta. Tetapi, itu pun tidak cukup untuk membeli tiket mereka pulang.

Dia mengaku kecewa dengan perlakuan Pemda lantaran anak asuhnya berhasil meraih medali di kompetisi tingkat nasional itu.

“Dalam PON tahun ini, kami berhasil membawa pulang 1 medali emas, 3 medali perak dan 3 medali perunggu. Perkembangan para atlet pun juga selalu saya sampaikan setiap hari, tetapi tidak ada perubahan sikap,” kata dia.

Saat berada di Stasiun Manggarai, mereka sempat dibelikan nasi bungkus oleh seorang warga asal Sulawesi yang sedang berada di sana. Iwan berharap, atlet didikannya bisa segera pulang ke Palu.

“Mohon kepada Pemda jangan tutup hati dan mementingkan dirinya sendiri. Tolong melihat ke anak-anak ini yang memiliki masa depan dan prestasi,” ujar Iwan berharap. – Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!