‘The Book of Forbidden Feelings’, kisah-kisah rahasia yang menyimpan rasa

Amelia Stephanie

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

‘The Book of Forbidden Feelings’, kisah-kisah rahasia yang menyimpan rasa
Untuk melengkapi bukunya, ‘The Museum of Forbidden Feelings’ juga digelar

JAKARTA, Indonesia – Pembukaan pameran The Museum of Forbidden Feelings dilaksanakan pada tanggal 28 September di Qubicle Centre, Senopati 79, Jakarta Selatan. Acara ini sekaligus menjadi ajang peluncuran buku karya Lala Bohang, The Book of Forbidden Feelings.

The Museum of Forbidden Feelings ini merupakan sebuah karya hasil eksplorasi lebih lanjut dari buku The Book of Forbidden Feelings yang memamerkan beberapa koleksi personal yang dianggap menyimpan rasa.

“Pameran The Museum of Forbidden Feelings adalah perayaan hal remeh-temeh, cerita, memori dan emosi tertentu yang berlawanan dengan obsesi kesempurnaan, pencapaian dan kesuksesan atas hal-hal yang bersifat superfisial,” kata Lala, seorang seniman, ilustrator dan penggagas pameran.

Pameran 'The Museum of Forbidden Feelings' akan berlangsung di Qubicle Centre, Senopati 79, Jakarta Selatan, hingga 10 Oktober mendatang.

Sebanyak 72 objek yang dipamerkan memiliki makna tersendiri bagi pemiliknya yang tak lain adalah teman-teman Lala dengan latar belakang dan profesi berbeda-beda.

Mulai dari surat seorang mantan kekasih yang tidak pernah ia kirimkan hingga gulungan film berisi foto-foto kenangan seorang sutradara bersama mantan kekasihnya yang sudah menjadi tunangan orang lain. Gulungan film tersebut sengaja disimpan di dalam kamera agar tidak tergoda untuk mencetaknya.

Forbidden Feelings bisa jadi berbentuk dirty little secrets, mundane life, pentingnya bermalas-malasan, junk food session is happiness dan hal-hal yang dilakukan ketika sendiri dan jarang muncul di permukaan, padahal paling sering dijalanin atau dipikirkan,” kata Lala.

Lala memilih tema ‘Forbidden Feelings’ karena ia merasa dunia ini kian hari semakin hanya menyoroti hal-hal bagus dan indah saja. Padahal hidup ini hadir dalam hal positif dan negatif bersamaan.

Sedangkan tidak ada ruang bagi orang untuk menunjukkan dirinya sebenarnya yang mungkin kurang dapat diterima oleh masyarakat.

“Ya, jadi kalau tema ‘Forbidden Feelings’ itu sebenernya aku udah tertarik dengan tema itu sejak 2015 awal karena melihat wacana kehidupan sekarang obsesinya ke picture. Semua yang bagus indah, itu aja yang dapat perhatian. Sedangkan hidup manusia itu, kan, layer-nya positif dan negatif, yang negatif itu yang kurang mendapat panggung, jadi aku mau kasih tempat,” kata Lala saat pembukaan pameran di Qubicle.

Namun menurut Lala, objek-objek yang ditampilkan sebenarnya tidaklah ‘forbidden’, hanya masyarakat saja yang membuat batasan itu.

Siska, seorang Senior Editor Gramedia Pustaka Utama yang menyunting buku Lala menyatakan kalau nyawa dari buku ini adalah kemampuan mengajak pembaca untuk jujur dengan apa yang ada di dalam dirinya secara mendalam.

Melalui buku ini, Lala ingin mengajak orang-orang untuk lebih mengapresiasi hal-hal kecil di dalam hidup keseharian dan berani menghadapi perasaan-perasaannya.

Acara pembukaan The Museum of The Forbidden Feelings dan peluncuran buku The Forbidden Feelings ini juga dihadiri oleh para pemilik objek, seperti penyiar Aan Mansyur. Dimeriahkan juga oleh penampilan AriReda di akhir acara peluncuran.

Pameran The Museum of Forbidden Feelings masih akan berlangsung hingga 10 Oktober dan juga akan diisi oleh workshop menulis buku oleh Lala Bohang pada tanggal 9 Oktober.-Rappler.com.

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!