Pengemudi Gojek tuntut manajemen hapuskan sistem performa

Santi Dewi

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Pengemudi Gojek tuntut manajemen hapuskan sistem performa
Sistem performa sudah dihapus dan diganti kebijakan pemotongan saldo pengemudi jika mereka membatalkan pesanan customer

JAKARTA, Indonesia — Para pengemudi layanan ojek online, Go-Jek, menggelar aksi damai untuk memprotes kebijakan baru dalam sistem performa yang diterapkan oleh manajemen, pada Senin, 3 Oktober.

Dinamai “Cinta solidaritas Go-Jek Indonesia”, para pengemudi berkumpul lebih dulu di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan pada pukul 10:00 WIB.

Dari sana, pengemudi kemudian melakukan konvoi ke kantor pusat Go-Jek di kawasan Kemang, Jakarta Selatan pukul 11:00. Mereka menuntut kepada pihak manajemen untuk menghapus sistem performance yang ada di dalam aplikasi Gojek khusus bagi pengendara versi 1.0.101. Menurut salah seorang pengendara Gojek, Andi, sistem tersebut sangat merugikan mereka, lantaran menghalangi mereka untuk bisa memperoleh bonus harian. 

“Kami baru bisa meraih bonus jika nilai performa minimal 50 persen dan mendapat 50 poin. Jika berhasil memenuhi ketentuan itu, maka kami akan mendapat bonus Rp 140 ribu,” ujar Andi yang ditemui Rappler di depan kantor Gojek dan menyebut untuk meraih 2 poin maka dia harus menempuh perjalanan minimal 10 kilometer. 

Yang menjadi masalah, jika pengemudi membatalkan pesanan, maka pihak manajemen akan memotong sistem performa tersebut. Padahal, kata Andi, pengemudi membatalkan pesanan karena berbagai macam alasan, mulai dari jalanan yang macet hingga banyaknya pesanan yang fiktif. 

“Tetapi, saat kami melaporkan ke call centre ditemukan pesanan fiktif, kami malah diminta untuk membatalkan pesanan. Padahal, kekeliruan bukan dari kami,” kata Andi lagi. 

Dia mengatakan seperti hari ini, dia banyak menerima pengemudi yang ternyata tidak jadi menggunakan jasanya. Alhasil, dia harus membatalkan pesanan. Nilai performancenya yang semula 100 kemudian terus melorot hingga tinggal 4 persen. 

“Nilai pemotongannya enggak tentu, bisa sekali membatalkan, nilai performancenya saya dipotong 50 persen atau lebih,” tuturnya. 

Sementara, pengemudi Gojek lainnya, Didi mengaku aturan baru yang diberlakukan seolah-olah mengerjai mereka. Sama seperti orang yang sedang panjat pinang ketika hampir mencapai puncak, akhirnya kembali melorot hanya karena nilai performa yang kurang. 

“Kami sudah menjalankan pekerjaan dengan baik, orang atau pesanan diantar. Tetapi, hanya karena permasalahan sepele, seperti toko yang dituju tutup, lalu customer tidak terima, lalu terpaksa kami membatalkan pesanan, itu akhirnya berpengaruh terhadap nilai performance kami. 

Kebijakan baru tersebut terdapat di dalam aplikasi mereka versi 1.0.101. Tarif jarak per kilometer yang sebelumnya adalah Rp 4.000,00 kini diubah menjadi Rp 2.000,00 per kilometer sejak beberapa waktu yang lalu. 

Melihat kesejahteraan mereka terancam, maka ribuan pengemudi Gojek memutuskan berunjuk rasa dan menuntut agar sistem performance dihapus. 

Sistem performance dihapus 

Belakangan, manajemen Gojek menghapus sistem performance dalam perubahan sistem di aplikasi menjadi 1.106. Sebagai ganti performance, manajemen memutuskan memotong Rp 3.000 dari saldo pemasukan pengemudi, jika mereka membatalkan atau mengabaikan pesanan yang masuk ke dalam sistem. 

“Kami baru tahu tadi pagi kalau sudah ada perubahan sistem semacam ini,” kata Andi. 

Sedangkan bagi Didi, dia mengaku kecewa terhadap perlakuan manajemen, lantaran setelah demonstrasi hari ini, citra Gojek akan rusak. 

“Sementara, kompetitor yang akan mengambil keuntungannya,” ujar Didi.

Pengemudi Gojek lainnya, Budi mengaku tidak terlalu memusingkan sistem yang berlaku di manajemennya. Sebagai, salah satu mitra Gojek, dia sadar hanya bisa mengikuti ketentuan yang sudah digariskan oleh manajemen. 

“Makanya, saya malas ikut demonstrasi, Mbak. Lebih baik tetap narik. Toh, mau pindah ke tempat lain pun, kebijakannya tetap sama,” kata Budi. 

 Manajemen Gojek hingga saat ini belum memberikan keterangan apa pun terkait aksi unjuk rasa dari mitra pengendaranya. Kondisi aksi unjuk rasa ini turut dikawal oleh personil kepolisian. Kapolres Jakarta Selatan, Tubagus Ade Hidayat ikut datang ke kantor Gojek untuk melakukan negosiasi. 

Menurut Tubagus, CEO Gojek Indonesia, Nadiem Makarim, tidak berada di kantornya di Kemang. Pria berusia 32 tahun itu baru akan tiba di kantornya pada malam hari. 

“Besok pagi (dia) akan berkomunikasi dengan kalian. Silahkan cari alasan yang benar, asal jangan semuanya datang. 100 orang sudah cukup,” ujar Tubagus menyampaikan kepada ribuan pengemudi Gojek. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!