Kepala BNN Budi Waseso siap tembak mati pengedar narkoba

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kepala BNN Budi Waseso siap tembak mati pengedar narkoba

ANTARA FOTO

BNN akan bentuk tim khusus sembari menunggu senjata yang akan datang pada November

 

JAKARTA, Indonesia — Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso, menyatakan siap menembak mati para pengedar narkoba. Menurut Budi, tindakan para pengedar sudah merusak jutaan generasi muda dan mengancam masa depan negara.

“Kami tidak ngawur, karena tindakan tegas itu juga terukur, sebab akan kami lakukan pada pengedar yang kami sudah punya data pelanggaran hukumnya. Kalau sudah begini masih direhabilitasi, justru kita yang kalah, karena mereka pasti cari mangsa lagi,” kata Budi dalam acara “Ngopi Bareng Buwas-Pimred Media” di Surabaya, pada Rabu malam, 26 Oktober.

Ia menjamin tindakannya tidak akan melanggar hukum dan HAM.

“Pernyataan Presiden bahwa Indonesia berstatus darurat narkoba itu sudah di atas UU, bahkan Presiden menyatakan perang pada narkoba. Selain itu juga ada Peraturan Kepala Polri. Tindakan mereka yang merusak jutaan generasi muda itu justru lebih melanggar HAM,” katanya.

Dalam berulang kesempatan, Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah menyatakan bahwa Indonesia kini dalam masa darurat narkoba. 

“Ini adalah moment darurat, jangan sampai kita lepaskan. Ada sebuah situasi yang sudah sangat darurat, jadi semuanya harus bekerja bersama-sama karena memang kondisinya sudah sangat darurat,” kata Jokowi dalam pidatonya pada Rakornas Penanganan Narkoba 2015.

“Dan yang lebih mengerikan lagi, sudah di dalam penjara masih me-manage mengelola peredaran narkoba di luar. Ini sudah darurat sekali. Oleh sebab itu, semuanya, gubernur, bupati, wali kota, kita harus satu garis, satu kata perangi narkoba. Jangan ada toleransi lagi sekecil apa pun,” ujar Jokowi saat itu.

Momen darurat inilah yang menjadi landasan Jokowi untuk mengeksekusi mati terpidana kasus narkoba.

Budi sendiri dalam suatu kesempatan pernah mengatakan ia mendukung upaya keras pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam memberantas peredaran narkoba. 

Sejak menjabat sebagai presiden pada Juni 2016, Duterte mengimplementasikan metode pemberantasan narkoba garis keras. Ia pun kini berada di bawah tekanan internasional.

Ia memerintahkan aparat kepolisian untuk memberantas narkoba dengan segala cara, terlebih jika mereka menolak ditangkap. “Saya katakan kepada polisi, jika mereka dalam bahaya, tembak saja,” kata Duterte.

“Jika sebuah kebijakan semacam itu diberlakukan di Indonesia, kami yakin maka jumlah pengedar dan pengguna narkoba di Indonesia tercinta akan menurun secara drastis,” kata Budi pada 7 September, menjelang kedatangan Duterte ke Jakarta dalam kunjungan kenegaraan beberapa waktu lalu.

Menunggu senjata

Untuk itu, menurut Budi, BNN telah menyiapkan tim khusus yang akan bertindak tegas pada pengedar narkoba yang merusak jutaan generasi muda itu. “Kami tinggal menunggu senjata standar yang kami pesan dan akan datang pada bulan November,” kata Budi.

Dalam acara yang juga dirangkai dengan pertemuan BNN/BNNP dan Reserse Narkoba se-Indonesia itu, ia menegaskan bahwa pihaknya juga sudah memiliki 50 ekor K-9 (anjing pelacak) khusus narkoba.

“Lima puluh ekor K-9 itu sudah kami latih dalam enam bulan dan daya endus dan lacaknya sudah teruji, bahkan saya sendiri yang berangkat ke Belanda atas perintah presiden untuk belajar khusus teknik menciptakan K-9 itu,” katanya.

Unit K-9 itu akan ditingkatkan lagi jumlahnya dengan menggunakan anjing setempat. “Untuk itu, BNN sudah bekerja sama dengan komunitas pecinta anjing. Jadi, kami serius memerangi narkoba, karena pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5,9 juta,” katanya.

Menurut Budi, para bandar sudah menciptakan “Operasi Regenerasi Pasar Narkoba” yang menyasar anak-anak TK, SD, dan SMP melalui jajanan anak-anak sekolah yang membuat ketagihan. “Mereka lakukan itu, karena 5,9 juta pengguna sudah tinggal menunggu waktu saja untuk sekarat dan mati,” katanya.

Saat ini, katanya, tercatat 40-an orang per hari yang meninggal dunia akibat menjadi pengguna narkoba yang menggerogoti sistem metabolisme pada organ tubuh mereka, sedangkan bandar besar yang diuntungkan umumnya ada di luar negeri.

“Omzet jaringan narkoba itu sudah mencapai Rp3,6 triliun dalam setahun, namun tahun lalu tercatat Rp2,7 triliun yang aliran dananya keluar dari Indonesia dengan menyebar pada 11 negara dan angka terbanyak mengalir ke China,” katanya.

Namun, ia mengaku sudah putus asa, karena pihak luar negeri sulit diajak kerja sama dalam pemberantasan narkoba, termasuk negeri jiran, seperti Singapura dan Malaysia. “Untuk itu akan kami berantas dengan cara-cara yang sudah kami pelajari dari berbagai negara,” katanya. —Antara/Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!