Dua nelayan Indonesia kembali diculik di perairan Malaysia

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Dua nelayan Indonesia kembali diculik di perairan Malaysia
Kedua nelayan diculik saat pemerintah tiga negara sudah sepakat melakukan patroli terkoordinasi

JAKARTA, Indonesia (UPDATED) – Setelah berhasil membebaskan semua anak buah kapal yang sempat diculik di perairan Sabah, Malaysia, justru insiden serupa kembali terulang. Pada Sabtu, 5 November, 2 nelayan Indonesia kembali diculik oleh kelompok bersenjata.

Direktur dari Komando Keamanan Wilayah Timur Sabah (ESSCom), Wan Abdul Bari Wan Abdul Khalid membenarkan adanya aksi penculikan itu. Mereka diculik dalam dua peristiwa berbeda yakni pukul 11:00 dan 11:45 waktu setempat.

“Dalam insiden penculikan pertama, lima anggota dari kelompok bersenjata menculik nelayan berusia 52 tahun. Sementara, dua nelayan lainnya yang berusia 47 dan 35 tahun ditinggalkan,” ujar Abdul seperti dikutip dari News Straits Times Malaysia.

Tak lama setelah insiden penculikan yang pertama, kelompok bersenjata itu menculik nelayan dari kapal lain. Tiga orang termasuk putra korban yang masih berusia 10 tahun hanya bisa melihat aksi penculikan tanpa melawan.

“Informasi diterima kru kapal menyandarkan kapal di Sanakan jetty sekitar pukul 18:40 waktu setempat,” kata Abdul.

Kelompok bersenjata yang terdiri dari 5 orang diyakini bermarkas di Pulau Tawi-Tawi. Kemungkinan kelompok tersebut masih terkait dengan Abu Sayyaf yang berada di selatan Filipina.

Sebelumnya, insiden serupa terjadi di perairan Malaysia pada bulan Juli dan Agustus. Total terdapat 4 WNI yang diculik dan sudah berhasil dibebaskan oleh pemerintah.

Malaysia sendiri termasuk dalam 3 negara yang ikut menandatangani kesepakatan patroli terkoordinasi untuk mencegah aksi penculikan yang semakin meningkat di area itu. Aksi penculikan di perairan Sulu terlihat bisa diredam usai Presiden Rodrigo Duterte bersumpah untuk memberantas kelompok Abu Sayyaf.

Bahkan, dalam kunjungannya ke Jakarta pada bulan September lalu, Duterte memberi restu bagi militer Indonesia untuk masuk ke perairan Filipina untuk mengejar kelompok Abu Sayyaf yang menculik WNI.

“Kali ini, kami ingin membuatnya lebih jelas jika terjadi aksi pengejaran di wilayah perairan Indonesia, maka mereka bisa menyeberang. Pengejaran bisa terus dilanjutkan di perairan internasional. Dan jika mereka sangat cepat (mereka) bisa ikut masuk ke wilayah perairan Filipina dan meledakan mereka,” ujar Duterte di hadapan komunitas Filipina di Jakarta. (BACA: Presiden Duterte izinkan TNI masuki perairan Filipina untuk kejar kelompok Abu Sayyaf)

Tetapi, pengetatan patroli terkoordinasi di perairan Sulu, justru membuka celah penculikan terjadi di wilayah lain. Kelompok bersenjata pun kini sudah menyasar secara spesifik untuk menculik WNI. Penyebabnya diduga, adanya uang tebusan yang diterima jika menyandera WNI.

Berdasarkan laporan yang diperoleh Rappler, Abu Sayyaf berhasil memperoleh pendapatan sekitar Rp 97,5 miliar hanya dari bisnis menculik ini. Sebanyak Rp 27,5 miliar di antaranya diperoleh dari Indonesia. (BACA: Puluhan miliar rupiah uang tebusan dibayar untuk bebaskan sandera Indonesia)

Minta bantuan Pemerintah Malaysia

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku sudah mendengar kejadian penculikan ini dan telah melaporkannya kepada Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Dia menyayangkan peristiwa serupa bisa kembali terulang, karena terdapat sekitar 6.000 WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia dan beroperasi di daerah itu. 

“Menlu juga sudah meminta kepada Pemerintah Malaysia untuk membantu proses pembebasan,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan pendek pada Minggu, 6 November. 

Selain itu, Retno juga menghubungi penasihat perdamaian Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, Jesus Dureza, untuk berkoordinasi mengenai terjadinya kembali aksi penculikan. KRI Tawau dan KJRI Kota Kinabalu telah berkoordinasi dengan beberapa pihak di Sandakan, termasuk berbicara dengan nelayan yang dibebaskan, untuk bisa memperoleh informasi lebih detail mengenai peristiwa itu. 

“Kedua WNI yang diculik merupakan pekerja legal dan bekerja di kapal penangkap ikan Malaysia. Mereka bekerja di kapal asal Buton, Sulawesi Tenggara,” kata Iqbal. 

Pasca kejadian ini, pemerintah mengimbau para ABK Indonesia yang bekerja di Sabah untuk sementara waktu tidak melaut hingga kondisi kembali kondusif. Iqbal tidak menepis ada kemungkinan pelaku penculikan 2 nelayan Indonesia ini sama dengan penculik 4 WNI.

“Hingga saat ini belum ada komunikasi dari penculik kepada keluarga atau pemilik kapal. Biasanya untuk penculikan yang terjadi di wilayah Malaysia, pelaku baru menghubungi antara 2-3 hari kemudian,” kata Iqbal. – dengan laporan Santi Dewi/ Rappler.com

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!