Kisah mengharukan nenek Regina dan putrinya yang tinggal di gubug reyot

Jose

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Kisah mengharukan nenek Regina dan putrinya yang tinggal di gubug reyot
"Saya hanya berharap bisa hidup lebih baik lagi."

KUPANG – Di usianya yang sudah 75 tahun, Regina Wahi, 75 tahun, seharusnya hanya tinggal menikmati hidup. Namun hidup ternyata tak begitu manis buatnya.

Di usia yang telah senja tersebut, Regina masih harus mengasuh putrinya, Yeni Wahi, yang telah berusia 43 tahun. Yeni mengalami kebutaan sejak kecil dan menderita gangguan mental.

“Saya sudah mengurus anak saya yang cacat sejak berumur lima tahun. Anak saya menderita sakit hingga mengalami kebutaan,” kata nenek Regina saat ditemui di kediamannya, Senin, 6 Februari 2017.

Setiap hari Regina rutin memandikan dan menyuapkan Yeni. Seringkali Regina kehabisan beras, sehingga ia harus meminta kepada tetangga. Sebab Regina dan putrinya hidup miskin.

Keduanya tinggal di sebuah gubug reot yang berdiri di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gubug berukuran 3×3 meter itu berdinding seng dan berlantai tanah. 

Regina dan putrinya terpaksa tinggal di gubug tersebut setelah rumah yang ditinggal mediang suaminya terbakar pada 2016 lalu. “Saya hanya berharap bisa hidup lebih baik lagi,” kata Regina.

Saat ini Regina tak lagi bekerja. Sehingga ia hanya mengandalkan bantuan dari tetangganya untuk hidup dan merawat putrinya. Setiap malam ia selalu berdoa agar Tuhan memberinya umur panjang. 

“Kalau saya sudah tidak ada, maka anak semata wayang saya akan terlantar,” katanya.

Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat Darlius Pauwiru mengatakan nenek Regina pernah mendapatkan beras miskin (Raskin), namun bantuan ini tak maksimal sehingga mereka sering dibantu warga untuk makan. “Terkadang warga di sini memberikan beras untuk mereka makan,” katanya.

Dia mengatakan pemerintah Kota Kupang juga pernah memberikan bantuan kepada nenek Regina berupa beras, terpal, dan mie instan. Namun bantuan tersebut hanya diberikan sekali, sehingga tidak memberikan dampak bagi kehidupan nenek Regina dan anaknya. 

Harusnya pemerintah memperhatikan dan memelihara rakyat yang hidupnya seperti ini. Karena sesuai dengan amanat undang-undang dasar, setiap warga negara harus diperhatikan, dipelihara oleh negara. “Mungkin jangkauan pemerintah hanya sebatas begini saja,” kata Darlius Pauwiru. —Rappler.com

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!