Membaca puisi, menanggalkan topeng di zona aman

Adrianus Saerong

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Membaca puisi, menanggalkan topeng di zona aman

Picasa

Komunitas Unmasked mengadakan acara Poetry Jam: Confessions di The Safehouse, Kuningan, Jakarta Selatan, pada 1 April 2017


JAKARTA, Indonesia — Seni berpuisi sudah lama hadir di tengah-tengah masyarakat Indonesia, bahkan hal ini sangat kental dengan beberapa tokoh perjuangan. Namun, seiring berjalannya waktu, puisi sebagai medium berekspresi mulai ditinggalkan.

Ada pandangan miring yang mengaitkan puisi dengan orang lemah, bahwa para penyair zaman sekarang hanyalah sekumpulan mahkluk cengeng. Anggapan tersebut membuat generasi muda takut untuk berpuisi, tapi untungnya Indonesia memiliki Unmasked, sebuah kelompok yang tak takut membawa kembali puisi ke tengah-tengah masyarakat.

Digawangi oleh Ayu Meutia, Putri Minangsari, Pangeran Siahaan, dan Abdul Qowi Bastian ini rajin mengadakan acara pembacaan puisi atau open mic untuk umum (disclaimer: Qowi adalah redaktur di Rappler Indonesia). Pada Sabtu, 1 April 2017 mendatang, mereka telah siap mengundang warga Indonesia ke dalam acara Poetry Jam: Confession di The Safehouse, Menara Anugerah, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 16:00 WIB. 

Pada acara ini, Ayu berjanji bahwa panggung yang mereka sediakan akan menjadi zona aman bagi para open mic-ers—sebutan bagi para pembaca puisi.

“Kami kali ini berkolaborasi dengan Safehouse yang secara harafiah berarti tempat berlindung,” kata Ayu.

“Unmasked sendiri berarti tanpa topeng, oleh karena itu panggung puisi bisa kita artikan sebagai zona aman, tempat melepas topeng, tanpa menyisakan ketakutan,” ujarnya.

Poster acara Unmasked Poetry Jam: Confessions di Safehouse, Jakarta Selatan, pada 1 April 2017.

Meski bertemakan “confessions”, atau pengakuan, Ayu mengajak setiap dari kita untuk datang membuka diri dengan puisi-puisi berani.

“Tema ini memang terdengar sensitif, tapi kita bisa memberikan sebuah twist dalam puisi yang dibacakan. Saya menunggu semua persembahan yang ada, dan siapa tau tidak cengeng seperti yang dikira, melainkan berani,” ucapnya.

Menurut Ayu, keberanian dalam diri peserta merupakan kunci sebelum menaiki zona aman yang mereka siapkan. Pasalnya, acara-acara Unmasked sering kali direkam oleh para pengunjung, dan menjadi viral di dunia maya.

“Berani dan yakin kepada materi yang akan disampaikan menjadi modal utama, sehingga apabila penampilan itu menjadi viral, kita sudah siap,” katanya.

Kata puisi sering kali diidentikan dengan hal mendayu-dayu, dan tak sedikit orang yang takut untuk berpuisi karena malu. Padahal dalam penyampaiannya hal ini bisa diungkapkan melalui berbagai cara seperti melalui lagu hip-hop. Dalam acara Sabtu besok, musisi rap Ciel Duke dan Yacko bahkan hadir meramaikan Poetry Jam: Confessions.

Berawal dari perbincangan dengan Putri Minangsari di kedai kopi, Ayu bersama teman-temannya memberikan Indonesia sebuah wadah baru untuk mengekspresikan diri lewat puisi. Ia juga mengaku bersyukur kepada film Ada Apa Dengan Cinta? yang merilis sekuel tahun lalu. Hal itu dianggap Ayu sangat membantu pelestarian seni puisi di tengah masyarakat Indonesia, terutama generasi muda.

“Respon masyarakat kepada Unmasked sejauh ini positif, jumlah penonton juga terus meningkat,” kata Ayu.

“Belakangan ini saya lihat seni puisi jadi lebih akrab di kalangan masyarakat. Generasi muda semakin giat berpuisi dan mendengarkan puisi, dan kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah mengajak Unmasked bekerja sama,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ayu juga memuji karya-karya dari pembaca Rappler untuk memperingati Hari Puisi Sedunia yang jatuh pada 21 Maret lalu, khususnya Wirawan Perdana, dengan karyanya, Si Pencari.

“Sulit untuk memilih karena semua karya yang ada bagus, tapi Si Pencari dekat dengan kondisi sekarang, dan menurut saya puisi ini indah. Pada dasarnya, semua ajaran agama itu tentang kebaikan dan spritualitas,” ucapnya.

(BACA: Hari Puisi Sedunia: 5 karya terbaik pembaca Rappler)

Meski Unmasked lebih sering melontarkan alunan bahasa Inggris dalam acara-acaranya, mereka tidak menutup diri dan membuat acara pembacaan puisi menjadi eksklusif. Mereka tetap mendorong orang-orang untuk berpuisi dengan cara dan bahasa apapun. 

Bahkan Ayu juga mengajak mereka yang selama ini memandang puisi dengan sebelah mata untuk bergabung dalam acara Unmasked, agar pandangan mereka akan seni satu ini berubah.

“Tidak perlu segan, saya sendiri merasa lebih percaya diri setelah aktif berpuisi. Datanglah ke acara Unmasked, dan lihat bagaimana puisi sebenarnya tidak harus serius dan eksklusif,” katanya.

Hari Puisi Sedunia baru saja kita lalui seminggu yang lalu, dan belum terlambat untuk merayakannya bersama Unmasked di Safehouse, pada Sabtu ini. Beranikah kita melepaskan topeng dan naik ke zona aman?

Untuk mengikuti informasi terbaru tentang Unmasked Open Mic, kunjungi laman Facebook mereka.—Rappler.com

BACA JUGA:

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!