Sketsatorial: Selamat Hari Kartini

Rappler.com

This is AI generated summarization, which may have errors. For context, always refer to the full article.

Sketsatorial: Selamat Hari Kartini
Hari Kartini bukanlah peringatan akan sosok pahlawan nasional kita, melainkan ide-ide dan perjuangannya

JAKARTA, Indonesia — Setiap 21 April, kita merayakan Hari Kartini, sebuah peringatan akan perjuangan pahlawan nasional yang memperjuangkan keseteraan hak kaum perempuan.

Kartini lahir dari anggota keluarga priyayi atau bangsawan. Ayahnya merupakan seorang bupati di Jepara dan ibunya adalah guru. Kartini melihat bagaimana timpangnya kesetaraan antara hak laki-laki dan perempuan di masanya dari segi pendidikan dan hak hidup.

Ia melihat bagaimana perempuan saat itu hanyalah alat pemersatu keluarga yang dinikahkan dengan pria idaman orangtua mereka. Lebih parah lagi, poligami merajarela di tanah Jawa. Ibunya,  M.A Ngasirah, juga jadi salah satu korban. Istri pertama, tapi bukan yang utama.

Kartini kemudian juga enggan untuk dijodohkan dan lebih memilih untuk menitih karir di dunia pendidikan. 

Selain mengajar, ia sering bertukar pikiran dengan teman penanya, Rosa Abendanon, tentang dunia luar dan kondisi Indonesia menggunakan Bahasa Belanda. 

Buah pemikiran juga tidak hanya diabadikan jadi buku ‘Habis Terang Tebitlah Gelap’ saja, tapi juga ada ‘Letters From Kartini’ dan ‘Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya’.

Perjuangannya tersebut tidak serta merta berhasil. Hingga akhir hayatnya, keseteraan hak antar jenis kelamin masih terjadi hingga 22 Desember 1928, 24 tahun setelah Kartini meninggal, baru terjadi sebuah konfrensi perempuan.

Perempuan-perempuan yang mengikuti konferensi tersebut terinspirasi dari berbagai kaum hawa inspiratif Indonesia, termasuk Kartini. Konferensi perempuan itulah yang kini kita kenal sebagai Hari Ibu berkat Dekret Presiden tahun 1953, sementara Hari Kartini baru ditetapkan 1964.

Hari Kartini bukanlah peringatan akan sosok pahlawan nasional kita, melainkan ide-ide dan perjuangannya. Sama saja seperti Hari Ibu, saat pertama kali Presiden Soekarno menetapkan perayaan tersebut. —Rappler.com

Sketsatorial adalah kolom mingguan Rappler tentang isu-isu penting yang dibahas dengan menggunakan video sketsa, dan dibuat oleh Iwan Hikmawan. Follow Iwan di Twitter @Sketsagram.

 

 

Add a comment

Sort by

There are no comments yet. Add your comment to start the conversation.

Summarize this article with AI

How does this make you feel?

Loading
Download the Rappler App!